Proses Penerimaan Siswa Baru SMA 17 Palembang Diprotes, Hasil Online dan Offline Berbeda
Adanya proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) di SMAN Plus 17 Palembang sempat berakhir menuai protes.
Penulis: Sri Hidayatun | Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM.PALEMBANG - Sejumlah wali siswa yang mengikuti tes penerimaan peserta didik baru (PPDB) di SMAN Plus 17 Palembang menuai protes.
Hal tersebut lantaran hasil pengumuman secara online seolah dipermainkan. Salah satu wali siswa yang enggan disebutkan namanya mengaku kecewa lantaran saat membuka web sekitar pukul 09.00 wib malam nama anaknya dinyatakan lulus.
Akan tetapi saat kembali dibuka sekitar pukul 10.00 wib malam anaknya dinyatakan tidak lulus.
"Kami bingung mba kenapa anak saya kok bisa gak lulus padahal sebelumnya dinyatakan lulus," ujarnya, Selasa (16/1/2018).
Saat melihat hasil pengumuman pun ia mengaku nama sang anak tidak ada. "Cak mano sebenernyo sistemnyo ini mba. Kami ada bukti screenshotnya ini," ungkap dia.
Adanya proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) di SMAN Plus 17 Palembang sempat berakhir menuai protes.
Hal tersebut lantaran dari dari web secara online beda dengan hasil dengan yang ditempelkan.
Menanggapi hal tersebut, Kepala SMAN Plus 17 Palembang, Parmin menjelaskan pihaknya sudah melaksanakan semua PPDB sesuai dengan aturan yang ada.
Baca: Robby Purba Foto Mesra Bareng Sophia Latjuba,Fans Ayu Ting Ting Murka,Tulis Komentar Pedas ini
"Semua proses sudah kita lakukan dengan lancar. Akan tetapi saat pukul 7 malam kita upload di website sama persis dengan hasil yang kita print. Lalu ada orang tua yang menelpon kalau anaknya ada yang dinyatakan lulus tapi keterangan dibawah tidak lulus," ujarnya.
Lanjut dia, mulai dari sanalah banyak sekali yang menelpon dan mengadu ke pihak sekolah hingga pukul 10 malam.
Baca: Opick Dikabarkan Akan Nikah Lagi,Sang Istri Tiba-tiba Lakukan Hal Mengejutkan Ini,Sudah Takdir!
" Sampai pagi ini saya didatangi oleh orang tua siswa yang menanyakan hal tersebut. Bahkan ada orang tua yang sampai ingin cabut pisau, parang demi ingin membela anaknya. Tapi saya bilang boleh marah asal sopan," ujarnya dengan nada sabar.
Parmin menjelaskan data yang benar atau yang valid adalah yang ditempel.
"Sistem kita kan daya tampung asrama. Jadi sistem komputer tidak bisa membacanya. Karena itu ada klasifikasinya untuk berapa jumpah wanita dan perempuan," ungkap dia.