Tarian Wanita Telanjang saat Pembunuhan Brutal Para Jenderal Oleh G30S/PKI, Ternyata ini Faktanya!
Pasca peristiwa G30S 1965, cerita mengenai Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) hampir semuanya berbau fitnah. Kehadiran sejumlah anggota Gerwani di L
Pemberangusan terhadap organisasi itu pun dilakukan di bawah pimpinan tentara.
Sumini menyangkal bahwa kedua perempuan itu adalah anggota Gerwani.
Menurut dia, kedua wanita itu adalah pekerja seks komersial yang dipaksa untuk mengaku sebagai anggota Gerwani.
Di dalam penjara Bukit Duri, Jakarta, seorang teman Sumini pernah bertemu dengan Fainah.
Kepadanya, Fainah mengaku dipaksa menari dalam keadaan telanjang di hadapan para jenderal sebelum pembunuhan.
Tarian diiringi lagu "Genjer-Genjer".
"Padahal, setelah diangkat jenazahnya itu, mata mereka semua utuh. Itu dikatakan oleh dokter forensik. Tidak benar kalau Gerwani dilatih untuk mencungkil mata jenderal," ujar Sumini seperti dikutip Grid.ID dari Kompas.com.
Propaganda fitnah yang dilancarkan oleh koran-koran milik Angkatan Bersenjata itu kemudian dipahatkan melalui diorama di museum Lubang Buaya.
Lalu, sejak tahun 1980-an, fitnah itu dikemas melalui film Pengkhianatan G30S/PKI.
Cerita fitnah itu juga diawetkan melalui penulisan buku-buku sejarah versi Orba.
Padahal, sebaliknya seperti yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan dokumen sejarah, dan dikutip Grid.ID dari Berdikari Online ini.
Sebagian besar pendiri Gerakan Wanita Sedar (Gerwis), yang kelak berganti nama menjadi Gerwani, adalah perempuan-perempuan revolusioner.
Mereka pernah terlibat dalam perjuangan melawan kolonialisme dan revolusi bersenjata pasca Proklamasi 17 Agustus 1945.
Pemimpin terkemuka Gerwis, yakni SK Trimurti, sudah terlibat dalam pergerakan anti-kolonial bersama Bung Karno sejak tahun 1930-an.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, ia ditunjuk sebagai Menteri Perburuhan pertama dalam sejarah Republik.