Tarian Wanita Telanjang saat Pembunuhan Brutal Para Jenderal Oleh G30S/PKI, Ternyata ini Faktanya!

Pasca peristiwa G30S 1965, cerita mengenai Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) hampir semuanya berbau fitnah. Kehadiran sejumlah anggota Gerwani di L

Ilustrasi Penari Telanjang 

Tak hanya itu, Gerwani memobilisasi 15.000 wanita ke Istana Negara, saat peringatan Hari Perempuan Sedunia, 1 Maret 1961, untuk menentang pembentukan negara boneka Papua oleh kolonialis Belanda.

Berikut fakta lainnya tentang Gerwani, seperti dikutip Grid.ID dari Berdikari Online:

1. Pada tahun 1957, Gerwani aktif mendukung gerakan buruh untuk menasionalisasi perusahaan asing, terutama perusahaan milik Belanda. 

Langkah ini sekaligus upaya pemerintahan Bung Karno untuk melikuidasi sisa-sisa ekonomi kolonial. 

Dalam kampanye nasionalisasi terhadap perusahaan minyak Caltex, Gerwani dan SOBSI menggalang pembantu rumah tangga untuk memboikot majikan mereka. 

Aksi itu meluas ke restoran dan toko-toko untuk menolak melayani orang asing.

Pada tahun 1960-an, Gerwani berkampanye untuk ketersediaan pangan dan sandang bagi rakyat. 

Salah satu demonstrasi besar yang digalang Gerwani untuk menolak kenaikan harga terjadi pada tahun 1960.

Bung Karno merespon aksi tersebut dan berjanji menurunkan harga dalam tiga tahun.

2. Di desa-desa, anggota Gerwani giat bekerjasama dengan Barisan Tani Indonesia (BTI) untuk membela dan memperjuangkan hak-hak kaum tani, seperti hak atas tanah, pembagian hasil panen yang adil, dan lain-lain. 

Gerwani juga menggelar kursus dan pelatihan bagi perempuan tani di desa-desa. Gerwani juga aktif memperjuangkan dilaksanakannya UU Pokok Agraria (UUPA) 1960 dan UU Perjanjian Bagi Hasil (PBH).

3. Gerwani aktif memperjuangkan hak-hak buruh perempuan.

Pada tahun 1950-an, Gerwani berhasil mendesak Kongres Wanita Indonesia (Kowani) untuk mengadopsi piagam hak-hak perempuan, yang di dalamnya ada bab khusus tentang hak buruh perempuan, seperti hak yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam memasuki semua pekerjaan dan promosi jabatan, kesetaraan upah, dan penghapusan segala bentuk diskriminasi di tempat kerja. 

Gerwani dan SOBSI juga kerap menggelar aksi bersama menuntut upah yang sama, cuti menstruasi dan hamil, hak perempuan mendapat promosi dan perlakuan yang sama di tempat kerja.

4. Pada tahun 1962, Gerwani mendukung politik Bung Karno untuk mengganyang negara boneka bentukan Inggris di Malaya, yakni federasi Malaysia. 

Tak hanya berkampanye dan menggelar aksi demonstrasi, Gerwani juga menyetorkan anggotanya untuk menjadi sukarelawati dan dipersiapkan untuk dikirim dalam operasi Trikora.

Gerwani aktif menentang pemberontakan PRRI/Permesta, yang dibelakangnya adalah kepentingan imperialisme AS. 

Bagi Gerwani, meneruskan revolusi berarti melawan PRRI/Permesta.

5. Pada tahun 1960, Gerwani aktif mendukung kampanye pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang diserukan oleh Bung Karno.

Untuk keperluan itu, Gerwani mendirikan banyak sekali tempat-tempat belajar dan menggelar kursus-kursus PBH.

Gerwani aktif dalam memperjuangkan hak-hak anak-anak. 

Gerwani, misalnya, mendirikan fasilitas pengasuhan untuk anak-anak. Salah satunya adalah tempat penitipan anak. 

Pada pertengahan 1960, Gerwani punya 1.500 balai penitipan anak semacam itu.

Dan pada tahun 1963, Gerwani resmi mendirikan Yayasan Taman Kanak-Kanank (TK) Melati, yang pengurusnya bekerja penuh mengurus penitipan anak. Pada tahun 1960, Gerwani juga merumuskan “panca-cinta” sebagai pedoman pendidikan anak-anak, yaitu cinta tanah air, cinta orangtua dan kemanusiaan, cinta kebenaran dan keadilan, cinta persahabatan dan perdamaian, dan cinta alam sekitar.

6. Gerwani aktif berkampanye untuk pemberantasan korupsi hingga ke akar-akarnya. 

Gerwani menuding korupsi sebagai salah satu biang kerok kenaikan harga-harga.

Beberapa aksi demonstrasi yang digalang Gerwani berisi tuntutan penghapusan korupsi dan retooling aparatur negara.

7. Gerwani aktif menentang pelacuran. 

Bagi Gerwani, pelacuran bukan kesalahan perempuan, kondisi sosial dan ekonomi-lah yang memaksa mereka menjadi pelacur. 

Gerwani yakin, pelacuran akan lenyap di Indonesia apabila sosialisme sudah dipraktekkan.

Gerwani juga aktif menentang pornografi dan memboikot film-film yang merendahkan martabat perempuan. 

8. Pada tahun 1950-an, Gerwani aktif berkampanye menentang film-film yang mempromosikan kebudayaan imperialis, terutama film-film Amerika Serikat (AS). 

Salah satu film yang diprotes berjudul Rock ‘n Roll, yang dianggap bisa meracuni pikiran anak-anak muda. 

Film lain yang diprotes semisal Rock Around the Clock (1956) dan Don’t Knock the Rock. Selanjutnya, dalam kerangka melawan kebudayaan imperialis, Gerwani mendukung berdirinya Lembaga Film Rakyat.

9. Gerwani aktif dalam kampanye dan menggelar aksi-aksi menentang imperialisme.

Seperti aksi menentang aksi imperialisme Belanda saat kampanye Trikora, lalu aksi menentang kolonialisme Inggris melalui kampaye Dwikora, menuntut nasionalisasi perusahaan milik negara-negara imperialis, dan mengecam keterlibatan imperialisme AS dalam pemberontakan PRRI/Permesta.

10. Gerwani memiliki majalah bulanan bernama Api Kartini, yang mengulas banyak persoalan.

Dari pergerakan perempuan, situasi ekonomi-politik nasional, budaya, masalah-masalah perempuan, resep masakan, jahit-menjahit, dan lain-lain. 

Anggota redaksinya terdiri dari: Maasje Siwi S, S Sijah, Darmini, Parjani Pradono, SK Trimurti. Turut membantu redaksi, antara lain: Rukiah Kertapati, Sugiarti Siswadi, Mr Trees Sunio, Sulami, Rukmi B Resobowo, Siti Suratih, Sulistyowarni, Sutarni, Sudjinah, dan Sarini.

11. Gerwani aktif berkampanye tentang perlunya gerakan politik perempuan dan mendorong perempuan masuk ke gelanggang politik.

Gerwani berharap lebih banyak wanita yang menjadi anggota DPR dan DPRD, kepala desa, Bupati, Gubernur, Menteri, dan lain-lain.

Pada pemilu 1955, sejumlah pimpinan Gerwani masuk daftar calon anggota DPR melalui PKI, seperti Salawati Daud, Suharti Suwarto, Ny. Mudigdo, Suwardiningsih, Maemunah, dan Umi Sardjono.

12. Gerwani aktif dalam Gerakan Perempuan Internasional, khususnya melalui Gerakan Wanita Demokratis Sedunia (GWDS). 

Melalui GWDS, Gerwani berkampanye tentang penghentian perlombaan persenjataan, pelarangan percobaan senjata atom, mempromosikan perdamaian dunia dan menentang perang, mendukung Konferensi Asia Afrika, penghapusan apartheid, penghapuasan diskriminasi rasial dan fasisme, dan mengecam agresi imperialis di berbagai negara seperti Vietnam, Laos, Kamboja, dan lain-lain.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved