Mereka Terus Berjuang
Demi Obati Penyakitnya Suhis Rela Hijrah Puluhan KM Setiap Hari dan Mengharap Belas Kasihan Dermawan
Jika dilihat dari kondisinya, Suhis tampak mengalami penyakit goiter atau lebih dikenal dengan gondok.
Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Hartati
Laporan Wartawan TribunSumsel.com, Agung Dwipayana
TRIBUNSUMSEL.COM, INDRALAYA - Suhis (58), tidak hentinya mengerang kesakitan dan sesekali menitikkan air mata.
Sambil menadahkan sebuah pot hitam berisi uang recehan, pria paruh baya ini meminta belas kasihan kepada orang-orang maupun kendaraan yang lalu-lalang, yang sudi memberi bantuan padanya.
Namun yang membuat pilu bagi siapa saja yang melihat kondisi Suhis, ialah benjolan besar menggantung di leher pria ini.
Jika dilihat dari kondisinya, Suhis tampak mengalami penyakit goiter atau lebih dikenal dengan gondok.
Tampak benjolan di leher tersebut sangat besar menggantung hingga sebatas dada.
Dijumpai saat berjongkok di sebuah jembatan di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Desa Sukarami, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Suhis mengaku jika ia sengaja 'menampakkan' diri di kawasan tersebut untuk meminta uluran tangan masyakarat.
Warga Lorong Marsawa, Kelurahan 14 Ilir, Kecamatan Ilir Timur (IT) l, Palembang ini mengaku hampir setiap hari datang ke tempat tersebut.
Debu bertebaran, hiruk-pikuk, suara bising dan asap kendaraan serta teriknya matahari tidak menghalangi Suhis mencari rezeki untuk mengobati penyakitnya.
"Dari jam pagi sampai sore aku di sini," kata Suhis saat dijumpai di jembatan Jalinsum Desa Sukarami, Kamis (10/8/2017).
Dari rumah menuju desa Sukarami, Suhis mengaku sering menumpang bus kota maupun truk.
Pria yang memiliki dua anak dan seorang istri ini mengaku selalu meminta izin kepada keluarga setiap kali bepergian mencari rezeki di luar.
Menurut Suhis, keluarga sangat paham dan prihatin dengan kondisinya, namun tidak berdaya untuk membantu selain mengizinkan ia mencari rezeki di luar.
"Anak dan bini tahu kalau aku pergi keluar. Mau bagaimana lagi, aku butuh biaya mengobati penyakit ini karena istri jadi tukang cuci, anak dua masih sekolah semua," terang Suhis sambil sesekali mengernyitkan dahi dan melebarkan bibir, menahan sakit di bagian leher.
Menurut Suhis, ia telah menderita penyakit tersebut selama 12 tahun.