Begini Perilaku Wartawan 'Bodrek' di Ogan Ilir yang Bertindak Seperti Garong, Bikin Ngelus Dada

Untuk rejeki di lapangan, lanjut pria dipanggil Rahman ini, juga disesuaikan dengan momen atau acara yang dihelat.

Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Hartati
THINKSTOCK.COM
Ilustrasi 

Mendengar jawaban Irma yang sangat jelas tersebut, TribunSumsel.com terpaksa mengurungkan niat wawancara.

Ketika mencari calon narasumber dari oknum PNS lainnya, banyak yang menolak baik dengan cara halus maupun terang-terangan.

Terbaru, wartawan TribunSumsel.com bertandang ke kampus Universitas Sriwijaya (Unsri) di kota Indralaya.

Maksud kedatangan ini untuk meminta informasi seputar ospek mahasiswa baru tahun ajaran 2017/2018.

Dengan berpakaian ala mahasiswa, wartawan TribunSumsel.com diterima dengan baik oleh seorang staf Humas Unsri.

Namun begitu memperkenalkan diri dan menjelaskan identitas, staf tersebut wajahnya langsung berubah dan buru-buru meninggalkan wartawan TribunSumsel.com.

"Oh, Humas sedang ke luar kota. Coba Bapak wawancara Kepala Biro Humas saja, beliau ada di tempat" kata staf tersebut sambil memalingkan wajah.

Begitu mendatangi ruang Biro Humas dan memperkenalkan diri, seorang staf di Biro Humas langsung memotong perkataan wartawan dan mengatakan jika Biro Humas juga sedang berada di luar kota.

"Tidak ada, sedang ke Yogyakarta," kata staf tersebut sambil berlalu.

Dua cerita di atas merupakan beberapa pengalaman yang menyesakkan dada bagi wartawan TribunSumsel.com yang baru dua bulan bertugas di Bumi Caram Seguguk ini.

J, seorang wartawan media lokal mingguan di Indralaya mengungkapkan secara terang-terangan bahwa faktor gaji yang tidak cukup, menjadi alasan sebagian besar wartawan menjadi 'lapar' saat ada kesempatan wawancara.

"Karena kalau tidak dapat rejeki di luar, mana bisa hidup dnegan gaji wartawan yang pas-pasan begini," ujar wartawan yang mengaku mendapat gaji tidak lebih dari 1,5 juta perbulan ini.

J bahkan memasang target pendapatan perbulan dari hasil memeras narasumber.

"Kalau bisa setiap hari itu minimal kita dapat cepek (100 ribu). Kalau tidak begitu, tidak hidup. Lagipula tidak selamanya kita menjadi wartawan, makanya harus dimanfaatkan," ungkapnya.

Menurut Kabag Humas dan Protokol Pemda OI, Abdurrahman, sebenarnya dana bagi media memang disediakan, namun disesuaikan dengan keuangan daerah dan asas timbal balik atau kesepakatan antara pihak Pemda dan media bersangkutan.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved