Begini Perilaku Wartawan 'Bodrek' di Ogan Ilir yang Bertindak Seperti Garong, Bikin Ngelus Dada

Untuk rejeki di lapangan, lanjut pria dipanggil Rahman ini, juga disesuaikan dengan momen atau acara yang dihelat.

Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Hartati
THINKSTOCK.COM
Ilustrasi 

Tidak merasa malu dan terus melakukan hal yang sama begitu ada kesempatan.

"Mereka itu mainnya uang receh, dikasih 50 ribu langsung senyum-senyum dan pergi," terang anggota DPRD Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini.

Tidak hanya pejabat pemerintahan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) OI juga merasakan tidak aman oleh perilaku 'garong' wartawan yang suka meminta-minta.

Zuhda, seorang PNS di Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah (BKD) OI, dirinya mengungkapkan, keberadaan wartawan yang tidak jelas identitasnya serta suka memalak narasumber, sudah menjadi pemandangan biasa.

Menurut Zuhda, sulit menemukan wartawan yang bekerja tanpa pamrih.

Sampai-sampai jika ada wartawan datang ke kantor BKD, Zuhda dan rekan sesama PNS diperintahkan untuk tidak melayani dan bahkan menjauhi dari wartawan bersangkutan.

"Banyak wartawan yang selalu dan pasti minta uang dengan cuma-cuma. Apalagi pas mau Lebaran, mereka rela menunggu berjam-jam di depan pintu ruangan pimpinan atau kepala dinas biar dikasih uang," beber Zuhda.

Akibat reputasi wartawan di Kabupaten OI yang tidak baik ini, wartawan TribunSumsel.com pun sempat mengalami hal tidak menyenangkan ketika akan mewawancarai narasumber di sejumlah instansi.

Ceritanya, beberapa hari lalu, TribunSumsel.com bermaksud mewawancarai seorang guru SMA mengenai pungutan liar (pungli) pada sertifikasi guru.

Saat itu berita tersebut cukup panas di Provinsi Sumsel karena dua orang staf Dinas Pendidikan (Disdik) Sumsel ditetapkan sebagai tersangka dan Kadisdik Sumsel, Drs. Widodo belakangan diperiksa sebagai saksi oleh Polda Sumsel terkait kasus tersebut.

Karena begitu merebaknya dugaan pungli ini, TribunSumsel.com berusaha mewawancarai PNS yang kemungkinan mengalami pungli saat pencairan dana sertifikasi.

Adalah Irma Yuleni, Wakil Kepala SMA Unggulan Indralaya yang menjadi calon narasumber karena direkomendasikan oleh seorang mitra TribunSumsel.com.

Ketika mitra ini menghubungi Irma, lalu menjelaskan maksud dan tujuan untuk wawancara, suara Irma yang semula pelan, seketika menjadi tinggi begitu diberitahu akan diwawancarai.

"Tidak mau! Saya tidak mau berurusan dengan wartawan karena pasti dapat masalah," begitu suara Irma terdengar lewat sambungan telepon yang dikeraskan suaranya ketika dihubungi mitra TribunSumsel.com ini.

"Sampaikan pada wartawan itu, saya tidak mau diwawancarai karena saya pernah dikerjai wartawan. Pokoknya saya tidak mau," kata Irma lagi.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved