Armando Mahler, Mantan Orang Nomor Satu PT Freeport Indonesia Tutup Usia

Alumnus Jurusan Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya dikenal sebagai sosok perantau yang sukses karena 25 tahun berkarir PT Freeport

Penulis: Hartati | Editor: Hartati
zoom-inlihat foto Armando Mahler, Mantan Orang Nomor Satu PT Freeport Indonesia Tutup Usia
Sripoku.com/Zaini
KULIAH UMUM — Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Armando Mahler memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa Unsri, Sabtu (8/1/2011) lalu.

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG – Armando Mahler mantan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia tutup usia, Kamis malam (17/11/2016) di Timika Papua.

Ayah tiga anak itu diduga terkena serangan jantung, saat ini jenazah dibawa ke rumah duka di Pondok Indah Jakarta.

Alumnus  Jurusan Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya dikenal sebagai sosok perantau yang sukses karena 25 tahun berkarir di industri tambang emas tersebut.

Pria kelahiran Palembang  3 Maret 1955 memulai sukses “tidak sengaja” karena awalnya hanya ingin bekerja kantoran sebagai pegawai Departemen Pertambangan seperti teman-temannya yang lain.

Mengawali karir sejak 1982 bermodal sebuah lamaran kerja, Armando merantau ke Jakarta dan melamar di salah satu direktorat Pertambangan untuk menyalurkan mimpinya sebagai pegawai kantoran.

Setahun melamar dan menunggu panggilan kerja dari Depertemen pertambangan namun tidak kunjung membuahkan hasil, Armando yang saat itu tidak mengetahui PT Freeport iseng mengirimkan lamaran ke PT Freeport dan lamarannya akhirnya membuahkan hasil.

Armando lulus tes dan diterima oleh PT Freeport dan langsung dikirim ke lapangan untuk mengikuti pelatihan di lokasi tambang di Papua.

Perjalanan Armando memimpin PT Freeport Indonesia tidaklah mulus tanpa liku. Awal karirnya pria asal Kayuagung Sumatera Selatan itu sempat frustasi dan ingin berhenti karena pelatihan yang diikutinya begitu keras.

Pelatihan yang dijalani Armando jauh dari pekerjaan yang dibayangkannya, berada di belakang meja, dengan baju dan kemaja rapi serta ruangan be AC.

Pekerjaaan yang harus dijalaninya justru menguras tenaga dan keringat karenaa bekerja di lapangan. Pekerjaan yang dilakukan yakni mengebor, mengangkat peralatan besi, membawa bahan peledak, menjalankan mesin, dan lain-lain atau lebih layak disebut kuli.

Banyangan pekerja tambang dan migas bergemilang uang, pakaian bagus, rumah mewah dan mobil bagus seperti yang dibanyangkannya saat kuliah jauh berbeda 180 derajat.

Bayangan hidup mewah dan mapan itu dia dapatkan saat melakukan praktek kerja lapangan di Sulawesi Tenggara sehingga bayangan itulah yang mengantarkannya merantau ke ibukota.

Keputusaan Armando semakin menjadi saat tiga bulan bekerja di Papua dia menerima panggilan kerja dari departemen pertambangan yang ditunggunya selama ini.

Namun niatnya kembali ke Jakarta diurungkan dan menguatkan tekat sukses di tanah Papua.

Karis Armando di PT Freeport pun tidaklah mulus dan seindah saat berada dipuncak kekuasaan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved