12 Jam Selamatkan Pasien Jantung
Eksklusif: Kendala Fasilitas dan Ahli, Penanganan Serangan Jantung Berat di Sumsel Belum Maksimal
Penanganan cepat kurang dari 12 jam pada serangan jantung berat sangat dibutuhkan. Apabila melebihi batas itu maka efektifitas menjadi berkurang karen
Penyakit jantung koroner (PJK) hingga kini masih menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia. Akibat gaya hidup masa kini, penderita serangan jantung tidak hanya orang tua.
Di Palembang, tren menunjukkan kini PJK sudah ditemukan pada usia di bawah 40 tahun, terutama karena gaya hidup tidak sehat seperti merokok.
Spesialis jantung dari Rumah Sakit Charitas Palembang, dr Alexander Edo Tondas, SpJP (K) FIHA, FICA menyampaikan serangan jantung terbagi dalam tiga kategori, mulai spektrum ringan, sedang hingga berat, pada kasus spektrum berat pembuluh darah besar mengalami penyumbatan total akibat pecahnya plak dalam pembuluh koroner.
Keterbatasan sarana pengobatan dan tenaga ahli untuk menangani serangan jantung semakin meningkatkan risiko kematian. Padahal pasien serangan jantung berat dimana terjadi penyumbatan total pembuluh darah (STEMI/ST Elevation Myocardial Infarction) hanya punya waktu paling lama 12 jam supaya bisa ditolong.
“Masyarakat sering bingung saat menghadapi serangan jantung. Mereka mau kemana? rumah sakit ada, tapi rumah sakit yang mampu menangani serangan jantung berat itu terbatas, sementara jumlah dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Sumsel hingga kini hanya tujuh orang,” ungkap dr Edo.
Penanganan cepat kurang dari 12 jam pada serangan jantung berat sangat dibutuhkan. Apabila melebihi batas itu maka efektifitas menjadi berkurang karena sudah terjadi kerusakan otot jantung yang permenen dan komplikasi yang dapat menyebabkan kematian.
Diakuinya, penanganan serangan jantung berat di Sumsel belum maksimal, karena kendala fasilitas dan tenaga ahli.
Dalam penanganan serangan jantung berat, sumbatannya itu harus dibuka. Ada dua cara membuka sumbatan itu, yakni obat penghancur bekuan darah (trombolitik) dan pemasangan ring segera (Intervensi Koroner Perkutan Primer atau IKPP)
Penggunaan obat hanya memiliki keberhasilan 50-70 persen, sementara pemasangan ring segera, sebelum kurun waktu kurang dari 12 jam dari kejadian serangan jantung jauh lebih tinggi keberhasilannya dalam mengurangi angka kematian.
Menurut Edo, Rumah Sakit Charitas segera memiliki teknologi terkini untuk mengatasi serangan jantung tanpa operasi.
Metode terbaru ini yakni pemasangan Ring dilakukan dengan memasukan selang melalui pembuluh darah tangan atau paha (Intervensi Koroner Perkutan Primer/IKPP) hingga ke jantung dan dilakukan dalam waktu
“Dari selang kecil itu, dimasukkan balon dan ring, balon dikembangkan untuk membuka sumbatan pada pembuluh darah, dan untuk agar tetap terbuka dipasang ring atau stent. pada kasus serangan jantung berat, bekuan darah banyak, ini yang harus disedot menggunakan kateter khusus atau kateter aspirasi trombus,” jelasnya
Sebenarnya teknik ini juga sudah bisa dikerjakan di RS Pemerintah tipe A di Palembang. Tetapi belum dapat dilakukan 24 jam dan tujuh hari seminggu karena hanya dilakukan pada jam kerja dan belum ada sistem yang solid dalam sistem rujukan pasien.
“Kalau pasien datang jam 2 malam bagaimana? padahal penangan hanya dapat dilakukan kurang 12 jam,” kata Edo yang juga anggota perhimpunan dokter spesialis jantung ini.
Teknologi ini juga telah dipakai di salah satu rumah sakit swasta lain di Palembang, persoalannya biaya pengobatan belum ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.