Kehidupan Malam di Air Sugihan
Eksklusif: Geliat Kehidupan Malam di Air Sugihan, Dari Wanita Seksi, Judi Sampai Narkoba
Musik keras semakin bersahutan, sementara di depan kafe perempuan-perempuan berpakaian seksi terus menyapa. Menggoda agar mampir.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Pembangunan pabrik PT OKI Pulp & Paper Mills di Desa Bukitbatu Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, menyedot ribuan pekerja lokal maupun mancanegara.
Mereka menetap di kawasan itu dan membentuk perkampungan kecil. Segala kebutuhan tersedia, termasuk hingar bingar hiburan malam. Judi, mabuk-mabukan, dan perempuan.
Tribun Sumsel mengunjungi wilayah itu, akhir pekan lalu. Perjalanan melalui jalur perairan Sungai Baung naik speedboat menempuh waktu dua jam.
Tarif Rp 100 ribu per orang. Puluhan speedboat tertambat di dermaga ketika Tribun tiba di sana pukul 13.00. Terlihat kesibukan aktivitas bongkar muat barang tak henti sepanjang hari. Orang-orang datang silih berganti.
Di seberang dermaga ratusan bangunan semipermanen berdiri. Bangunan-bangunan itu beratap terpal, hanya beberapa atapnya seng.
Untuk menuju ke sana dari dermaga pengunjung jalan kaki menyeberangi jembatan kecil terbuat dari kayu. Jaraknya sekira 100 meter. Sementara dari pabrik dan mess PT OKI Pulp & Paper Mills jaraknya sekitar 700 meter.
Kios-kios pedagang berjejer memanjang menempati kanan kiri jalan. Pedagang di pasar ini banyak berasal dari Palembang, Kayuagung, dan beberapa desa di sekitar pabrik.
Tempat ini hanya sementara, sebab tanah yang digunakan adalah milik perusahaan. Kios pedagang menggunakan atap dan dinding terpal, hanya beberapa menggunakan triplek sebagai dinding.
Pedagang menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari, mulai dari perlengkapan mandi, pakaian, sayur, dan elektronik.
Di ujung jalan, berbelok ke kanan terdapat deretan bangunan yang lebih besar. Ini merupakan lokasi hiburan kafe. Siang itu sepi. Suasana berubah menjelang malam.
Dentuman musik remix terdengar memekakkan telinga. Lampu disco warna warni membuat suasana semakin meriah.
Semakin malam, kunjungan para pekerja pabrik terus bertambah. Mereka berkelompok berjalan kaki, menyusuri jalan setapak yang memisahkan masing masing kafe.
Musik keras semakin bersahutan, sementara di depan kafe perempuan-perempuan berpakaian seksi terus menyapa. Menggoda agar mampir.
"Mampir, kak, minum dulu," katanya menyapa.
Di kafe sebelah, sejumlah pria berjoget remik ditemani pasangannya. Lainnya terlihat berbincang dengan para pelayana kafe.