13 Tahun Bolak Balik RS Jiwa

Eksklusif: Perjuangan Yanti 13 Tahun Sembuh Dari Sakit Jiwa

Setelah 13 tahun bergelut dengan gangguan jiwa, Yanti kini aktif membantu Basa Tiur Mida Siahaan memberikan pemahaman dan berbagi pengalaman kepada

Tribun Pontianak/Leo Prima
Ilustrasi 

Kejadian hebat pernah terjadi saat bisikan itu memerintahkan untuk memasukan anaknya yang saat itu masih berusia 5 tahun ke sumur supaya suci.

Baru sebatas kaki menyentuh air sumur, bisikan itu kembali memerintahkan anak itu diangkat.

Dalam setahun Yanti bisa dua kali bolak-balik ke rumah sakit jiwa. Setelah kondisi mulai membaik, Yanti mulai malas minum obat sehingga sakitnya kambuh kembali.

Lelah, itu yang dirasakannya bolak balik rumah sakit. Yanti sekitar tiga tahun lalu mulai sadar bahwa sembuh itu harus datang dari keinginan kuat diri sendiri.

“Sampai akhirnya saya sadar sendiri. Untuk berubah harus rajin minum obat. Itu sangat penting. Keluarga yang memberikan dukungan agar minum obat,” jelas Yanti.

Selama dirawat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar itulah dia berkenalan dengan Tiur yang jadi perawat di sana. Bukan hanya kenal, Tiur dijadikan tempat bercerita dan berkeluh kesah atas masalah yang dihadapi. Sejak itu hatinya mulai tenang dan nyaman.

“Sejak keluar dari rumah sakit, sekarang aktif membagi pengalaman ke orang lain. Tanpa obat tidak bisa sembuh. Setiap orang punya masalah, tetapi tidak perlu berpikir berlebihan, “ ungkapnya.

Pengalaman lain diungkapkan Kiki, pendamping Om (paman) nya yang mengalami skizofrenia (gangguan mental). Derita ini mulai muncul setelah Om-nya keluar dari penjara.

Sejak itu ia merasa tertekan dan selalu menilai orang lain jahat. Ia memilih menghindar lingkungan sekitar. Keluarganya sudah mengajak ke dukun dan pengobatan alternatif, tetapi tidak muncul perubahan.

Kiki yang kebingungan mencari tahu mengenai sakit diderita Omnya ke google. Ia kemudian menemukan alamat KPSI.

Semua penjelasan diperoleh dari website itu, kemudian ketemu lagi alamat facebook-nya. Sempat chating beberapa kali dengan admin akun KSPI, kemudian disarankan untuk berkonsultasi dengan KSPI Simpul Palembang.

“Dari KSPI dapat pengetahuan, lalu jadi pendamping Om. Bertugas mengontrol konsumsi obat. Sekarang Om sudah mau minum obat,” ujar Kiki.

Rasa curiga yang selalu muncul itu kini terkikis. Omnya juga mulai aktif di kegiatan masyarakat, sesekali ikut tetangga mancing dan ke sawah.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved