Makin Anjlok, Harga Karet Tak Sebanding Sekilo Beras
Saat ini harga jual karet di kalangan petani hanya Rp 6.100 per Kilogram (Kg), penurunan itu sudah terjadi sejak dua minggu terakhir
Penulis: Eko Hepronis | Editor: Prawira Maulana
Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Eko Hepronis.
TRIBUNSUMSEL.COM, MUSIRAWAS - Harga karet akhir-akhir ini terus menggelinding turun.
Saat ini harga jual karet di kalangan petani hanya Rp 6.100 per Kilogram (Kg), penurunan itu sudah terjadi sejak dua minggu terakhir.
Baca: Harga Karet Anjlok, Fraksi PDIP Gagas FGD Cari Solusi
Arip (38) petani karet di Desa Jambu Rejo, Kecamatan Sumber Harta tidak mengetahui jelas apa yang menjadi pemicu turunnya harga jual getah karet saat ini.
"Kami bingung kenapa harga karet ini terus turun. Kalau pun naik namun tidak lama. Karena setelah itu kembali turun lagi," ungkapnya pada Tribunsumsel.com, Kamis (22/11).
Hal senada disampaikan Jajang (38), ia mengatakan harga getah karet tidak sebanding dengan harga beras. Sebab, 2 Kg getah karet baru bisa membeli satu kilogram beras.
"Menyadap karet sendiri saja hasilnya tak seberapa, apalagi petani yang mengambil upah sadap karet orang lain, kami para petani karet semakin terjepit," katanya.
Ia pun meminta pemerintah daerah (Pemda) Mura dapat melakukan upaya dan mencari solusi dengan mengeluarkan peraturan daerah (Perda) dan Peraturan Bupati (Perbup) batas ketetapan harga jual karet para petani.
Sehingga, harga jual karet petani di Mura tidak terus anjlok. "Kalau ada batas minimalnya kita bisa tenang, dan lebih semangat menyadap karet, jangan seperti sekarang terus anjlok," keluhnya
Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Kabupaten Mura, Subardi beberapa waktu mengatakan harga karet kadar keringnya 100 persen berkisar Rp15 ribu per Kg di PT Bumi Beliti Abadi (BBA) dan sangat berbanding jauh untuk ditingkat tengkulak Rp6 ribu per Kg
"Solusi bagi petani karet mereka harus menjalin kemitraan dengan PT BBA. Sebab, banyak petani yang jual kepingan dan bertahan dengan karet kotor yang pemasarannya ke toke karet," kata Subardi.
Menurutnya sikap petani belum bisa meninggalkan produksi karet kotor dan merasa lebih mudah dan untung membuat nilai jualnya semakin murah.
Padahal berbanding terbalik jika produksi karet bersih akan jauh lebih untung karena harganya jauh lebih mahal.
"Kalau untuk akses petani yang akan jual ke PT BBA minimal 300 Kg sudah bisa diterima. Bahkan, Sisbun siap mendampingi untuk petani pemula yang akan menjual karetnya ke pabrik itu," ungkapnya.