Pembunuh Guru PPPK di OKU Ditangkap

Ibu Mimpi Buruk Sepanjang Malam, Tragedi Pembunuhan Guru PPPK SMPN 46 OKU, Terduga Pelaku Ditangkap

Ibunda SF kini harus menerima kenyataan pahit, menyadari bahwa serangkaian firasat buruk yang ia rasakan adalah isyarat kematian putrinya.

Penulis: Leni Juwita | Editor: Slamet Teguh
Kolase Tribunsumsel.com
PEMBUNUHAN - Ibunda Mimpi Buruk Sepanjang Malam, Tragedi Pembunuhan Guru PPPK SMPN 46 OKU, Tewas Terikat di Kos 

Di tengah duka keluarga, dunia pendidikan bereaksi. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) OKU menyatakan akan mengirimkan surat resmi kepada Presiden Prabowo dan Kapolres OKU untuk mendesak pengungkapan kasus dan pengetatan perlindungan bagi guru.

Sementara itu, Kapolres OKU, AKBP Endro Aribowo, S.I.K., M.A.P., membenarkan adanya indikasi kuat pembunuhan, tetapi proses penyelidikan terhambat.

"Untuk membuktikan penyebab kematian secara pasti, harus dilakukan autopsi jenazah. Sayangnya, pihak keluarga menolak dilakukan autopsi dan sudah menandatangani surat pernyataan," jelas Kapolres, yang menegaskan bahwa penolakan keluarga menyulitkan proses pembuktian penyebab kematian korban.

Guru di Pelosok Resah

Menyikapi kasus tragis yang menimpa anggotanya, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) menyatakan akan mengirimkan surat resmi kepada Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto. PGRI meminta agar perlindungan terhadap guru di seluruh Indonesia diperketat.

Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua PGRI Kabupaten OKU melalui Sekretaris PGRI, Natun, S.Pd., M.Si., kepada awak media pada Kamis (20/11/2025).

Natun ditemui saat sedang melihat kondisi jenazah guru PPPK SMPN 46 OKU, Syaidatul Fitriyah (27), di kamar jenazah RSUD Dr. Ibnu Sutowo Baturaja.

Tidak hanya kepada Presiden, PGRI juga menyatakan akan mengirimkan surat serupa kepada Kapolres OKU selaku pimpinan kepolisian setempat.

“Kami akan berkirim surat ke Presiden dan ke Kapolres. Semoga kasus ini cepat terungkap dan pelakunya dihukum setimpal,” harap Sekretaris PGRI OKU.

Langkah ini diambil menyusul tewasnya Syaidatul Fitriyah, yang ditemukan terikat di kamar kosnya setelah pulang mengajar, memicu kekhawatiran serius terhadap keselamatan para pendidik, terutama yang bertugas di daerah terpencil.

Dalam kesehariannya, SF dikenal sebagai gadis yang sederhana dan tanpa banyak tuntutan.

Ia sangat bersyukur begitu mendapat kabar kelulusan sebagai PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) di SMP Negeri 46 OKU.

Padahal, lokasi sekolah tersebut berada di pelosok pedesaan dan sulit dijangkau. 

Dari tempat kosnya di Desa Suka Pindah, SF harus menempuh medan yang lumayan sulit dengan sepeda motor, menghabiskan waktu sekitar 2 hingga 3 jam perjalanan.

SF memilih mengajar di desa terpencil dengan satu niat mulia: ingin ikut mencerdaskan anak bangsa.

Di sekolah tersebut, ia mengajar murid yang hanya berjumlah tiga kelas, di bawah pimpinan Kepala Sekolah Nuraisyah. Impian sederhana SF untuk mengabdi di desa terpencil, tempat yang jarang dipilih remaja seusianya, kini harus kandas secara tragis.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved