Berita OKU Timur

Petani Bukit Napuh OKU Timur Resah, Padi Diserang Hama, Modal Membengkak, Berpotensi Gagal Panen 

Menurutnya, intensitas serangan kali ini jauh lebih parah dibanding musim tanam sebelumnya. Hama tersebut tak lagi mempan dengan satu jenis pestisida.

Penulis: CHOIRUL RAHMAN | Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com/ Choirul Rahman
MEMBAJAK SAWAH -- Seorang petani di Dusun Bukit Napuh, Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur, membajak sawahnya di tengah ancaman serangan hama yang kian meluas, Selasa (28/10/2025). Meski banyak tanaman padi rusak akibat sundep dan wereng, petani tetap bersemangat mempersiapkan musim tanam berikutnya dengan harapan hasil panen membaik. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - Di tengah perjuangan untuk mempertahankan hasil panen, para petani di Dusun Bukit Napuh, Kecamatan Martapura, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumsel kini menghadapi masa-masa sulit.

Serangan hama yang semakin ganas membuat tanaman padi mereka terancam gagal panen.

“Banyak hama yang menyerang mulai dari walang sangit, penggerek batang atau sundep, wereng, sampai tikus. Hampir semua jenis hama muncul bersamaan,” ungkap Jodi Ariabima, Sekretaris Kelompok Tani Argo Jaya Bukit Napuh, saat ditemui di lahan persawahannya, Selasa (28/10/2025).

Menurutnya, intensitas serangan kali ini jauh lebih parah dibanding musim tanam sebelumnya. Hama-hama tersebut tak lagi mempan dengan satu jenis pestisida.

Para petani bahkan terpaksa melakukan penyemprotan pagi dan sore hari, dan dalam kondisi terburuk, setiap dua hari sekali.

“Saking parahnya, obatnya enggak mempan. Sekali semprot belum tentu ada hasil. Kami sudah keluar biaya ekstra, bahkan melebihi modal awal,” tambahnya.

Kondisi semakin berat karena tidak adanya obat-obatan bersubsidi, membuat harga pestisida melambung tinggi.

“Sekarang pupuk dan obat bisa sampai Rp600 ribu, itu pun belum tentu ampuh,” keluh Jodi.

Salah satu petani di kelompoknya bahkan mengalami kerugian besar pada masa tanam MT 2 lalu. Seluruh lahan garapannya rusak akibat serangan penggerek batang (sundep) yang menyebabkan gejala ‘patah leher’ pada malai padi.

“Hampir 70 persen bulir padi memutih dan kosong. Tidak tersisa. Akhirnya gagal panen total,” ujarnya lirih.

Baca juga: Petani di OKU Timur Senang Harga Pupuk Subsidi Turun, Tapi Khawatir Ancaman Hama yang Kian Adaptif

Baca juga: Cabai di Pekarangan Warga Desa Sumber Harapan OKU Timur Diserang Hama Kutu Strip, Panen Terancam

Para petani mengaku telah berupaya melakukan berbagai cara, termasuk gerakan pengendalian hama terpadu (gerdal) bersama penyuluh pertanian dan petugas POPT Kecamatan Martapura. Namun, hasilnya belum cukup memuaskan.

“Kami butuh pendampingan yang lebih intens dan pemantauan langsung di lapangan. Jangan sampai petani terus berjuang sendiri,” kata Jodi berharap.

Ia juga menambahkan, para petani di Bukit Napuh berharap ada bantuan benih unggul tahan hama serta dukungan pestisida bersubsidi dari pemerintah, agar mereka tidak terus terjerat dalam lingkaran kerugian.

Hal serupa diungkapkan Sadiran, petani lain di wilayah yang sama. Ia menuturkan, penggerek batang merupakan hama paling sulit dikendalikan.

“Larvanya makan dari dalam batang padi. Kalau sudah telat penanganan, tanaman bisa langsung mati. Cuaca yang tidak menentu sekarang juga bikin hama cepat berkembang,” ucapnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved