PPG

Contoh Tugas Mandiri Modul 2 Pedagogik Pendidikan Agama Islam/PAI Topik 1-8, PPG Kemenag 2025

Artikel berikut memuat contoh tugas mandiri Modul 2 Pedagogik Pendidikan Agama Islam/PAI Topik 1-8, PPG Kemenag 2025. 

Penulis: Vanda Rosetiati | Editor: Vanda Rosetiati
GRAFIS TRIBUN SUMSEL/VANDA
PEDAGOGIK PPG KEMENAG - Contoh tugas mandiri Modul 2 Pedagogik Pendidikan Agama Islam/PAI Topik 1-8, PPG Kemenag 2025. Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Kementerian Agama tahun 2025 batch 3 berlangsung sejak 3 September lalu. 

Masih banyak yang menyamakan PBL dan PjBL, padahal keduanya berbeda dalam tujuan: PBL fokus pada pemecahan masalah, sedangkan PjBL pada produk akhir. 

Banyak guru mengira pendekatan ini hanya untuk siswa cerdas, harus menghasilkan benda fisik, atau tidak butuh peran guru aktif. 

Kesalahpahaman lain adalah bahwa semua proses dilakukan mandiri dan hasil akhir lebih penting dari prosesnya. 

Padahal, PBL dan PjBL justru melatih kolaborasi, eksplorasi, dan berpikir kritis yang relevan untuk semua siswa.

Top 2: Pembelajaran Diferensiasi (DBL)

Diferensiasi sering disalahartikan sebagai membuat materi berbeda-beda untuk tiap siswa, padahal bisa cukup dengan memberi pilihan cara atau tingkat kesulitan. 

Banyak yang mengira ini hanya untuk siswa lemah atau sulit diterapkan di kelas besar. 

Padahal, pendekatan ini untuk semua siswa dan bisa dilakukan dengan strategi manajemen yang baik. 

Penilaian pun tetap adil meski bentuknya berbeda. Ini bukan memanjakan siswa, melainkan menyesuaikan tantangan agar semua bisa berkembang.


Topik 3: TPACK

TPACK kerap dianggap sekadar penggunaan teknologi, padahal esensinya adalah perpaduan teknologi, pedagogi, dan konten secara menyatu. 

Banyak guru merasa harus menguasai banyak aplikasi, padahal yang dibutuhkan adalah pemilihan teknologi yang tepat guna. 

Miskonsepsi lain menyebut teknologi bisa menggantikan guru, atau hanya cocok untuk pelajaran tertentu. 

Padahal, TPACK mendukung semua mata pelajaran, bisa diterapkan dengan alat sederhana, dan tetap menempatkan guru sebagai pengarah utama.

 

Topik 4: Deep Learning

Konsep deep learning sering disamakan dengan pembelajaran yang sulit atau khusus untuk siswa pintar. 

Padahal, mindful, meaningful, dan joyful bertujuan agar semua siswa belajar dengan sadar, penuh makna, dan menyenangkan. 

Joyful learning bukan sekadar bermain, tetapi membangun minat, mindful bukan meditasi, tapi fokus belajar. 

Ini tidak membuang waktu, malah menghindari hafalan dangkal dan memperkuat pemahaman jangka panjang. 

 

Topik 5: BK & Supervisi Klinis

Layanan BK sering dipersepsikan hanya untuk siswa bermasalah, padahal merupakan layanan pengembangan untuk semua siswa. 

Supervisi klinis juga kerap dianggap sebagai proses penilaian semata, padahal lebih kepada refleksi dan pendampingan profesional. 

Banyak yang mengira guru BK bisa bekerja sendiri tanpa kolaborasi, atau cukup dengan memberi nasihat. 

Faktanya, BK harus aktif, preventit, dan bekerja bersama semua pihak demi kesejahteraan belajar siswa.


Topik 6: Pendidikan Inklusi


Pendidikan inklusi sering disalahpahami sebagai menyamakan perlakuan, padahal sebenarnya memberikan kesempatan belajar yang setara sesuai kebutuhan tiap anak. 

Banyak yang mengira ABK harus selalu ditemani guru pendamping atau tidak bisa belajar bersama siswa lain. 

Padahal, dengan dukungan yang tepat, inklusi bisa berjalan baik. 

Inklusi bukan beban, melainkan ruang untuk membangun empati, keadilan, dan kebersamaan di kelas.


Topik 7: Gaya Belajar Gen Z & Alpha

Peserta didik Gen 2 dan Alpha sering dicap malas dan sulit fokus karena terlalu dekat dengan teknologi. 

Padahal, mereka hanya memiliki cara belajar yang berbeda cepat. visual, dan interaktif. 

Banyak yang mengira mereka hanya suka main gadget, padahal bisa belajar efektif dengan pendekatan yang relevan dan bermakna. 

Guru tidak perlu menjadi influencer cukup peka terhadap kebutuhan belajar mereka yang dinamis dan digital.

 

Topik 8: Guru Profesional di Era Digital & Al

Ada anggapan bahwa Al akan menggantikan guru, atau bahwa guru harus menguasai semua aspek teknologi. 

Padahal, teknologi hanyalah alat bantu: guru tetap pusat pembelajaran. 

Profesionalisme guru bukan soal canggihnya teknologi yang digunakan, tetapi pada kemampuan beradaptasi, berinovasi, dan menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan. 

Al dan digitalisasi justru memperkuat peran guru jika digunakan secara bijak.

===

*) Disclaimer:

Kunci jawaban di atas hanya hanya digunakan sebagai panduan bagi Guru Peserta Pelatihan PPG Daljab Kemenag 2025. Soal bersifat terbuka sehingga memungkinan ada jawaban lainnya.

Demikian Contoh Tugas Mandiri Modul 2 Pedagogik Pendidikan Agama Islam/PAI Topik 1-8, PPG Kemenag 2025.

Baca juga: 50 Soal Tes Akhir Modul/TAM Profesional GKMI PPG Kemenag 2025 Lengkap Kunci Jawaban

Baca juga: Kunci Jawaban Pretest Modul Pedagogik Topik 8 Guru Profesional Era Digital Dan AI, PPG Kemenag 2025

Baca berita dan artikel lainnya langsung dari google news

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel.com

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved