Berita Palembang

Inovasi Edukasi Anak & Konsistensi Pelayanan, Masayu Nashiatul Raih Juara II Dokter Gigi Teladan

drg. Masayu Nashiatul Dania yang akrab disapa Ami mengaku tidak pernah membayangkan akan menjadi seorang dokter gigi.

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Slamet Teguh
Dokumen Pribadi
DOKTER TELADAN - drg. Masayu Nashiatul Dania, dokter gigi fungsional di Puskesmas Keramasan, meraih prestasi sebagai Juara II Dokter Gigi Teladan 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Dedikasi dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi yang ramah dan komunikatif mengantarkan drg. Masayu Nashiatul Dania, dokter gigi fungsional di Puskesmas Keramasan, meraih prestasi sebagai Juara II Dokter Gigi Teladan. 

drg. Masayu Nashiatul Dania yang akrab disapa Ami mengaku tidak pernah membayangkan akan menjadi seorang dokter gigi.

Sejak kecil ia justru takut ke dokter gigi. Namun tumbuh dalam keluarga tenaga kesehatan membuatnya memahami bahwa profesi ini adalah panggilan. 

Mendiang ayahnya, dr. H. MA. Husnil Farouk, MPH, PKK, yang dikenal berdedikasi di bidang kesehatan masyarakat, serta ibunya, Hj. Ernawaty Djohan, seorang bidan, menjadi sumber inspirasi dan nilai pengabdian yang ia pegang hingga kini.

"Saya ingin melanjutkan semangat kebaikan yang orang tua saya tanamkan, termasuk menghadirkan pelayanan gigi yang lebih ramah terutama bagi anak-anak yang dulu seperti saya, takut bertemu dokter gigi,” kata Dokter Ami, Jumat (14/11/2025). 

Terpilihnya Ami sebagai dokter gigi teladan berawal dari hal-hal kecil yang ia lakukan secara konsisten. Mulai dari memberikan pelayanan yang baik, menjaga komunikasi yang jelas, hingga memastikan seluruh tindakan sesuai standar. Dedikasinya membuat pimpinan Puskesmas Keramasan, drg. Erwita Firzalisa, M.Kes, mempercayakan Ami untuk mewakili puskesmas dalam ajang penilaian dokter gigi teladan.

Upayanya membuahkan hasil, hingga ia dinobatkan sebagai Juara II. "Saya hanya mencoba melakukan yang terbaik setiap hari. Ternyata konsistensi kecil itu dihargai,” kata Ami yang memiliki hobi desain. 

Ami menceritakan, salah satu pengalaman paling membekas terjadi ketika ia menangani seorang anak yang sangat ketakutan memasuki ruang perawatan. Tangisan anak itu mengingatkannya pada rasa takut masa kecilnya. Dari situlah ia menyadari bahwa profesi ini tidak hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga membutuhkan empati, kesabaran, dan kreativitas.

Pengalaman tersebut mendorongnya membuat pendekatan edukasi yang lebih bersahabat, khususnya bagi pasien anak.

Berangkat dari kebutuhan pasien anak yang sering kali takut dan bingung, Dania menciptakan BUPOGI (Buku Pop-Up Gigi) media edukasi interaktif berisi visual bentuk gigi, cara menyikat gigi, hingga ilustrasi sederhana prosedur perawatan.

Media edukatif ini terbukti membuat anak-anak lebih kooperatif serta mempermudah proses komunikasi. BUPOGI juga menjadi alat yang efektif dalam penyuluhan di sekolah dan posyandu.

"Ketika anak tahu apa yang akan terjadi, rasa takut mereka berkurang. Edukasi jadi lebih hidup dan menyenangkan,” kata Ami yang selalu didukung sang suami Fazli Ruby, SE, M.Si, CIA, QRMA atas dedikasinya di bidang kesehatan.

Menurut Ami, tantangan terbesar saat ini adalah maraknya informasi kesehatan yang belum tentu valid di internet. Banyak pasien datang dengan informasi dari media sosial atau video pendek yang sering kali tidak lengkap atau kurang akurat.

Situasi ini membuatnya harus lebih detail dalam menjelaskan agar pasien tidak salah paham. Ketika pasien paham, mereka lebih tenang. Keputusan perawatan pun lebih mudah diambil.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved