Guru SMA di Palembang Dianiaya

Klarifikasi Suretno, PPPK Ngaku Spontan Aniaya Guru SMAN 16 Palembang, Ungkit Pernah Dibully Korban

Suretno, pegawai PPPK bendahara BOS mengaku spontan terkait kekerasan fisik yang dilakukannya terhadap Guru Yuli, mengaku khilaf pernah dibully korban

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Shinta Dwi Anggraini
Kolase Tribunsumsel.com/ Rachmad Kurniawan/TIKTOK/mediacakrabuana.o
KASUS ANIAYA GURU- Suretno, pegawai PPPK bendahara BOS mengaku spontan terkait kekerasan fisik yang dilakukannya terhadap Guru Yuli, mengaku khilaf pernah dibully korban 
Ringkasan Berita:
  • Suretno, PPPK bendahara BOS aniaya  guru SMAN 16 Palembang Yuli Mirza hingga masuk rumah sakit
  • Suretno mengaku spontan menganiaya guru Yuli lantaran ingat pernah dibully korban
  • Ia meminta maaf dan meminta korban mempertimbangkan untuk mencabut laporannya di Polsek Sako

 

TRIBUNSUMSEL.COM - Kasus dugaan penganiayaan guru SMAN 16 Palembang bernama Yuli Mirza (58) oleh di Palembang oleh pegawai PPPK bendahara BOS sekolah tersebut memasuki babak baru.

Kini, Suretno, pegawai PPPK bendahara BOS angkat bicara terkait kekerasan fisik yang dilakukannya terhadap Guru Yuli.

Dalam pernyataannya, Suretno mengaku hal itu bukanlah tindakan yang direncanakannya.

Ia menyinggung dirinya terpancing secara spontan karena trauma masa lalu, pernah dibully oleh korban.

Baca juga: Dirawat di RS, Suretno PPPK Aniaya Guru SMAN 16 Palembang Kini Minta Maaf: Kasihan Anak Bini Saya

KASUS ANIAYA GURU- Suretno, pegawai PPPK bendahara BOS menyampaikan permintaan maaf atas insiden dugaan penganiayaan terhadap seorang guru di SMAN N 16 Palembang bernama Yuli Mirza (58).
KASUS ANIAYA GURU- Suretno, pegawai PPPK bendahara BOS menyampaikan permintaan maaf atas insiden dugaan penganiayaan terhadap seorang guru di SMAN N 16 Palembang bernama Yuli Mirza (58). (Tiktok/mediacakrabuana.o)

Hal itu disampaikannya saat Suretno muncul dalam kondisi terbaring di rumah sakit dengan tangan diinfus setelah dilaporkan korban ke Polsek Sako.

"Saya khilaf, tidak ada unsur kesengajaan jadinya mungkin refleks yang dulu-dulu karena saya pernah dibully oleh beliau," ungkap Suretno, dilansir dari akun Tiktok @mediacakrabuana.o, Senin (20/10/2025).

Meski demikian, Suretno menyesali perbuatannya dan memohon agar pihak korban dapat memberikan maaf serta membuka peluang untuk mediasi.

"Tapi jujur saya minta maaf sebesar-besarnya kepada ibu Yuli, saya sangat khilaf," ungkap Suretno.

Suretno juga meminta korban mempertimbangkan untuk mencabut laporannya dan memikirkan nasib keluarganya jika dipecat.

"Saya benar-benar menyesal. Tolong Ibu Yuli, ingat kami punya keluarga. Kalau saya berhenti kasihan anak bini saya," kata Suretno

Cuma saya murni itu spontan reflek nampar dia," katanya. 

Diakui Suretno, kejadian tersebut terjadi pada hari Rabu (15/10/2025) siang di lingkungan sekolah.

Setelah sempat adu cekcok dan saling serang, Suretno mengaku mengalami luka cakar di bagian lehernya.

"Saya terjadi cekcok mulut dengan dia (Yuli) akibatnya saya menampar dia dan saling dorong mendorong terlepas kancing baju saya, sampai kena leher saya karena cakaran dia, saya sangat menyesal kalau bisa mediasi," ungkap Suretno.

Baca juga: Viral Guru SMA Negeri di Palembang Dianiaya PPPK Jabat Bendahara BOS Sekolah,Dipicu Urus Sertifikasi

Namun hingga berita ini diturunkan belum diketahui penyebab Suretno bisa dirawat di rumah sakit. 

Sebelumnya, video cekcok berujung kekerasan antara Suretno dan guru Yuli Mirza viral di media sosial.

Peristiwa ini membuat seorang guru di SMAN N 16 Palembang bernama Yuli Mirza mengalami sejumlah luka dan langsung melaporkan ke Polsek Sako.

Diketahui Suretno berstatus PPPK menjabat sebagai bendahara Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Korban Dirawat di RS

Seperti diketahui, peristiwa itu terjadi pada hari Rabu (15/10/2025) siang di lingkungan sekolah.

Korban sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Charitas Kenten.

Yuli yang berstatus PNS mengaku ditampar sebanyak dua kali oleh Suretno seorang PPPK, lalu didorong dan kepalanya dibenturkan oleh terlapor sebanyak tiga kali ke dinding.

Saat dijumpai, mengatakan peristiwa itu berawal ketika ia sedang menemui operator sekolah bernama Renaldi untuk mengurus berkas sertifikasi.

Lalu ia diarahkan untuk menghadap kepala sekolah.

Dari penolakan Yuli, terjadi cek-cok dengan operator bernama Yudha sampai ia dimaki dengan kata-kata bernada tinggi.

Kemudian Yuli keluar dari ruangan tersebut, ternyata operator kembali mengatakan kata kasar kepadanya.

"Dia bilang saya 'setan' saya jawab juga dia yang setan, saya sudah tua dibilang begitu," katanya.

Setelah itu, Suretno muncul berjalan sambil bilang kalau Yuli adalah penghambat dan di sanalah tamparan melayang ke wajah Yuli.

"Begitu dia (S) mendekat langsung pang pang menampar saya. Lalu didorong saya sampai ke dinding. Hanya terlapor saja yang mendorong, si Yudha cuma melihat saja," tuturnya sambil memeragakan yang dialami.

Akibat kejadian tersebut ia melakukan visum di rumah sakit dan membuat laporan resmi ke Polsek Sako.

"Di jari luka darahnya kena baju, kepala saya masih pusing dan saat divisum telinga dan wajah sebelah kiri ini memerah. Sudah lapor di Polsek Sako," tutupnya.

Terpisah Kanit Reskrim Polsek Sako, AKP Apriansyah membenarkan jika laporan tentang penganiayaan itu telah diterima dan sedang diproses.

Saat ini proses penyelidikan sudah rampung sehingga statusnya naik menjadi sidik.

 (*)

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved