Polisi Bantu Tunawisma di Palembang

Cerita AKP Sutioso, Viral Bantu Makamkan Bayi Tunawisma di Palembang, Terdorong Rasa Kemanusiaan

AKP Sutioso kepala siaga regu 2 SPKT Polda Sumsel viral karena membatu memakamkan bayi berusia 20 hari pasutri tunawisma di Palembang.

YouTube Tribun Sumsel
POLISI BANTU TUNAWISMA -- AKP Sutioso KA siaga regu 2 SPKT Polda Sumsel saat dibincangi Tribunsumsel.com dan Sripoku.com, Senin (22/9/2025). Sutioso adalah polisi yang membantu memakamkan jenazah bayi perempuan pasutri tunawisma di Palembang. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - AKP Sutioso kepala siaga regu 2 SPKT Polda Sumsel viral karena membatu memakamkan bayi berusia 20 hari pasutri tunawisma di Palembang yang meninggal di rumah sakit.

Sebelumnya, orangtua bayi tersebut sempat berjalan kaki sambil membawa jenazah bayinya karena tak punya uang dan diusir mertua.

Kondisi memilukan itu didengar oleh AKP Sutioso yang kemudian tergerak untuk bergegas membantu dan memakamkan bayi malang tersebut di TPU Kamboja pada Sabtu 20 September 2025.

Rasa kemanusiaan yang ia miliki begitu iba melihat pasutri Joko dan Novi Yanti ketika kebingungan untuk memakamkan buah hati mereka yang meninggal dunia.

Sutioso menceritakan kedua pasutri itu terlihat putus asa karena diusir ayah mertua Joko karena membawa jasad bayinya.

"Saat saya bertemu mereka di dalam mobil setelah diantar anggota polisi ke Polda, pasutri itu syok dan menangis katanya 'kalau begini saya lebih baik mati'. Karena habis dari tempat mertua mereka diusir," ujar Sutioso saat diwawancarai Tribunsumsel.com dan Sripoku.com, Senin (22/9/2025).

Baca juga: Klarifikasi RSUD Bari Bantah Kabar Telantarkan Jenazah Bayi Tunawisma di Palembang, Ungkap Kronologi

DIBANTU POLISI -- Joko (40) dan Novi Yanti (29), pasutri tunawisma di Palembang dibantu oleh AKP Sutiyoso, anggota Polda Sumsel untuk memakamkan jenazah bayinya, Sabtu (20/9/2025). Sebelumnya, saat membawa jenazah sang anak dengan berjalan kaki, Joko diusir dari rumah mertuanya.
DIBANTU POLISI -- Joko (40) dan Novi Yanti (29), pasutri tunawisma di Palembang dibantu oleh AKP Sutiyoso, anggota Polda Sumsel untuk memakamkan jenazah bayinya, Sabtu (20/9/2025). Sebelumnya, saat membawa jenazah sang anak dengan berjalan kaki, Joko diusir dari rumah mertuanya. (TRIBUNSUMSEL.COM/RACHMAD KURNIAWAN)

Setelah berkoordinasi dengan Rumah Sakit Bhayangkara pimpinan ia bersama beberapa anggota piket SPKT lainnya mengantar pasutri itu ke TPU Kamboja.

Sutioso berusaha menguatkan Joko dan istrinya yang diusir ketika membawa jenazah bayinya.

"Karena diusir oleh mertua saya sampaikan ke mereka berdua, tidak usah takut keluarga sampean, saya. Aku saudaramu. Dia nangis tidak ada biaya biat pemakaman, saya sampaikan kalau untuk biaya pemakaman insyaallah saya ada," katanya.

Setibanya di TPU Kamboja liang kuburan sudah dipersiapkan, Joko kembali menangis dan tak sanggup memakamkan anaknya.

"Dia syok pas di depan Liang kuburan makanya langsung saya ambil alih yang menguburkan," katanya.

Profil AKP Sutioso

Sutioso sudah 2 tahun bertugas sebagai Kepala Siaga SPKT Polda Sumsel, sebelumnya ia menjabat sebagai Kasat Resnarkoba Polres Pagaralam.

"Di SPKT saya sudah 2 tahun 2 bulan. Alhamdulillah banyak yang berkesan selama bertugas, di sini adalah letak pintu pelayanan pertama Polri mulanya dari sini," kata pria kelahiran OKU Timur tahun 1977 itu.

Berkarier sebagai abdi negara selama 29 tahun, Sutioso sudah beberapa kali berdinas di daerah Kabupaten seperti di OKI ia pernah menjadi Kapolsek Mesuji Makmur.

Kemudian sebagai Kasi Propam, Kanit Tipikor, Panit 3 Subdit II Ditresnarkoba Polda Sumsel dan Pagaralam.

"Sebelum di SPKT saya menjabat sebagai Kasat Narkoba di Pagar Alam," katanya.

Jalan Kaki Bawa Jenazah

 Joko (40) dan Noviyanti (29), pasutri tunawisma di Palembang viral karena disebut ditelantarkan sopir ambulans rumah sakit hingga harus membawa pulang jasad bayinya dengan berjalan kaki.

Namun kabar itu telah dibantah Joko dan manajemen RSUD Palembang Bari sebab sebenarnya pihak rumah sakit telah memberikan bantuan ambulans. 

Dikarenakan akses jalannya kecil, Joko minta diturunkan di seputaran bundaran air mancur dan memilih melanjutkan perjalanan ke rumah mertuanya di kawasan 10 Ilir dengan berjalan kaki. 

"Saya minta diturunkan di sana, karena mau ke tempat mertua. Dari bundaran air mancur jalan kaki ke rumah mertua," katanya.

Bayi perempuan dari Joko dan Noviyanti meninggal setelah 20 hari lahir karena sesak napas, yang sebelumnya dirawat di RSUD BARI Palembang

Ternyata hal ini bukan pertama kali ia harus kehilangan anak, karena sebelumnya Joko juga kehilangan anaknya yang meninggal.

"Ini anak yang kedua. Yang pertama juga meninggal pas usianya masih kecil, waktu itu saya masih kerja," ujar Joko.

Menikah sudah lebih dari tiga tahun, saat ini sehari-hari ia bertahan hidup hanya dengan mengharapkan belas kasihan dari orang lain di jalanan.

Hal itu baru ia lakukan semenjak 3 bulan terakhir, padahal istrinya sedang hamil besar.

"Dulu saya kerja kuli bangunan, semenjak tiga bulan ini sudah tidak kerja lagi makanya sekarang cuma minta-minta di jalan. Nyari-nyari biaya sendiri untuk istri," kata pria asal Blitar, Jawa Timur itu.

Karena tak punya tempat tinggal, Joko dan istri selalu berpindah-pindah tempat dan bertahan hidup seadanya.

Pulang ke Lampung

Setelah kejadian pilu dirinya yang diusir mertua membuat Joko membawa istrinya untuk kembali ke Lampung. 

Kepulangan Joko dan istri ke Lampung diantar oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palembang BARI. 

Joko dan Novi merupakan  orang tua dari N, yang anaknya (N) meninggal di rumah sakit pasca baru 20 hari lahir di RSUD Palembang Bari. 

Joko dan Novi diantar menggunakan kendaraan milik RSUD Palembang BARI, lengkap dengan sopir. 

Joko sendiri, membantah informasi yang beredar jika anaknya yang meninggal di RSUD Palembang BARI, ditelantarkan saat hendak diantar ke rumah mertuanya. 

"Kemarin itu dituruni di depan lorong karena ada portal sehingga kendaraan tidak bisa masuk, dan sebenarnya tidak benar (ditelantarkan), meski kita minta diturunkan di depan rumah, " katanya di RSUD Palembang BARI, Senin (22/9/2025). 

Ia pun mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang peduli selama ini terhadap keluarganya, termasuk Wali Kota, Wakil Wali Kota Palembang dan pihak RSUD Palembang BARI, yang selama ini telah memberikan pelayanan secara gratis, saat istrinya melahirkan hingga akhirnya sang anak meninggal. 

"Jadi beribu- ribu terimakasih jajaran RSUD Palembang BARI, Wali Kota dan sebagainya. Yang pastinya ini kesalahpahaman saja selama ini  karena tidak ada niat dan warga sekitar di masjid Agung saja berinisiatif memviralkan, " ucapnya. 

Joko sebelumnya menceritakan fakta sebenarnya terkait anaknya meninggal di rumah sakit pasca baru 20 hari lahir.

Keduanya dibantu anggota siaga SPKT Polda Sumsel untuk memakamkan jenazah bayi perempuannya.

Joko dan istrinya sempat ditolak mertua saat mengantar jenazah bayinya ke rumah, dengan niat meminta bantuan untuk dimakamkan dan bersandar di tengah suasana duka.

Akhirnya ia mendapat pertolongan dari anggota siaga di SPKT Polda Sumsel, AKP Sutiyoso bersama dua anggota siaga lainnya. Jenazah bayi itu dimakamkan di TPU Kamboja, pada Sabtu (20/9/2025) sore.

Joko menceritakan bayi perempuannya itu dinyatakan meninggal dunia oleh dokter di rumah sakit BARI Palembang karena sesak nafas. Bahkan bayinya sudah diberi nama, Firli Saputri.

"Dari semenjak lahir dirawat di sana sudah 20 hari. Selama dirawat alhamdulillah kami urus surat-surat supaya biayanya lebih ringan," ujar Joko.

Kemudian pihak rumah sakit menyediakan ambulans, mulanya Joko diminta diantarakan ke rumah mertuanya di kawasan 10 Ilir.

Tapi karena lokasi rumah mertuanya berada di gang sempit ia minta diturunkan di sekitar bundaran air mancur (BAM) Masjid Agung.

"Saya minta diturunkan di sana, karena mau ke tempat mertua. Dari bundaran air mancur jalan kaki ke rumah mertua," katanya.

Sampai di rumah mertua, Joko yang menggendong jasad anaknya bersama istri justru tak diterima dan diusir.

Hal itu membuatnya tambah sedih dan bingung mencari bantuan ke mana.

"Sampai di sana saya dimaki-maki. Dibilang bawa mayatlah, apalah. Di situ hati saya bingung," ungkapnya.

Karena tak diterima, akhirnya Joko dan Novi kembali berjalan kaki menuju ke Masjid Agung SMB Jayo Wikramo.

Ia bertemu salah seorang anggota polisi yang selesai salat di sana, lalu mengantarkannya ke Polda Sumsel.

"Tadi bertemu ada bapak polisi di masjid Agung mengantar kami ke sini (SPKT) kemudian langsung dibantu dimakamkan, Alhamdulillah. Pikiran saya ini sudah harus hari itulah dimakamkan pak, alangkah rasanya, lebih baik saya saja," katanya.

Kepala Tim (Katim) Humas RSUD Palembang BARI Adelia Triutama menerangkan, pihaknya membantu pasutri tunawisma itu atas dasar kemanusiaan. 

"Bantuan untuk mengantar pulang mereka (Joko dan Novi) ke Lampung kita lakukan demi atas nama kemanusiaan, dan pastinya RSUD Palembang BARI memberikan pelayanan terbaik ke masyarakat, " ujarnya. 

Menurut Adea Triutami, jajarannya sudah melaksanakan seluruh prosedur pelayanan medis dan nonmedis telah dilakukan sesuai standar, termasuk pendampingan hingga pengantaran jenazah. 

 

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved