Berita Viral

Kisah Rizki Nurfadhilah, Kiper Bandung jadi Korban TPPO Kamboja, Awalnya Dijanjikan ke Klub di Medan

Kiper muda asal jebolan Diklat Persib Bandung jadi korban TPPO di Kamboja. Awalnya ia dijanjikan gabung ke klub sepak bola di Medan.

|
Editor: Weni Wahyuny
Tribun Jabar/ Adi Ramadhan Pratama
KORBAN TPPO - Imas Siti Rohanah (52) warga Kelurahan Pesawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung sedang memegang foto cucunya Riski Nur Fadhilah (18). Riski jadi korban TPPO di Kamboja usai kena tipu bakal masuk klub sepakbola asal Medan. 

Ringkasan Berita:
  • Rizki Nurfadhilah, kiper jebolan Diklat Persib Bandung jadi korban TTPO di Kamboja
  • Ia sempat dijanjikan bermain di klub bola di Medan, namun ternyata ia kena tipu
  • Rizky dipaksa bekerja sebagai "penipu" dengan modus platform percintaan

TRIBUNSUMSEL.COM, BANDUNG - Rizki Nurfadhilah (18), kiper muda jebolan Diklat Persib Bandung jadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Kamboja.

TPPO merupakan kejahatan yang melibatkan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan cara ancaman, kekerasan, penipuan, atau penyalahgunaan kekuasaan untuk tujuan eksploitasi.

Pemuda asal Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat itu tertipu janji manis.

Awalnya ia dijanjikan akan bermain di klub sepak bola profesional asal Medan, Sumatera Utara.

Namun ternyata ia tertipu usai menerima tawaran kontrak.

Kontrak yang ditawarkannya tersebut ternyata palsu.

Bukannya ke Medan, Rizki Nurfadhilah justru dibawa ke Kamboja. 

Dia dipaksa bekerja sebagai "penipu" dengan modus platform percintaan.

"Anak saya bilang ada kontrak main bola di Medan selama satu tahun. Lalu dijemput ke sini pakai travel, terus dibawa ke Jakarta. Tapi di Jakarta, bukannya ke Medan, malah ke Malaysia. Sebelum akhirnya ke Kamboja," ujar Ayah Rizki Nurfadhilah, Dedi Solehudin (42), Selasa (18/11/2025).

Sesampainya di Kamboja, Dedi menceritakan, anaknya memang sempat berkomunikasi dengannya. 

Sang anak mengabarkan sering mendapatkan tindak kekerasan oleh pimpinannya.

Rizki Nurfadhilah diwajibkan mencari 20 kontak calon korban yang kaya raya dari berbagai negara untuk nantinya ditipu. Jika tidak memenuhi target, maka mendapat penyiksaan fisik.

"Kalau enggak dapat, dia disiksa. Sampai 500 kali pukulan, kadang-kadang. Terus disuruh ngangkat galon dari lantai satu sampai lantai 10. Dia tiap hari kerja dari jam 8 pagi sampai jam 12 malam. Bahkan sering belum selesai meski sudah jam 12 malam," katanya.

Komunikasi dengan Keluarga Dilakukan Sembunyi-sembunyi

Dedi mengungkapkan, komunikasi dengan sang anak memang tidak pernah putus hingga saat ini.

Namun berdasarkan pengakuan Rizki Nurfadhilah, dia melakukannya secara sembunyi-sembunyi.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved