Raja Keraton Surakarta Meninggal

Profil Raja Keraton Surakarta Sinuhun Paku Buwono XIII Meninggal Dunia Usia 77 Tahun, Dikenal Hangat

Mengenang sosok Sri Susuhunan Paku Buwono XIII (PB) Hangabehi raja Keraton Kasunanan Surakarta meninggal di usianya 77 tahun pada Minggu (2/11/2025)

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Kharisma Tri Saputra
TribunSolo/Eka Fitriani
MENINGGAL DUNIA- Potret Keraton Solo gelar Kirab dalam rangkaian acara Tingalan Jumenengan Dalem Sri Susuhunan Pakubuwono (PB) XIII ke-21, Minggu (26/1/2025) siang. Mengenang sosok Sri Susuhunan Paku Buwono XIII (PB) Hangabehi raja Keraton Kasunanan Surakarta meninggal di usianya 77 tahun pada Minggu (2/11/2025) 
Ringkasan Berita:
  • Raja Keraton Kasunanan Solo PB XIII Hangabehi meninggal dunia pada Minggu (2/11/2025) pagi. 
  • Ia meninggal dunia setelah dirawat idap sakit komplikasi
  • Kondisinya menurun dan dirawat di RS Indriati Solo Baru sebelum wafat

TRIBUNSUMSEL.COM -  Mengenang sosok Sri Susuhunan Paku Buwono XIII (PB) Hangabehi raja Keraton Kasunanan Surakarta meninggal dunia di usianya 77 tahun pada Minggu (2/11/2025) pagi. 

Pakubuwana XIII lahir di Surakarta pada 28 Juni 1948 dengan nama kecil Gusti Raden Mas (GRM) Suryadi. 

PB XIII merupakan salah satu putra tertua dari Sri Susuhunan Pakubuwana XII disingkat PB XII, raja terdahulu Keraton Surakarta.

Namanya sempat berganti usai dirinya sakit-sakitan.

Baca juga: Penyebab Raja Keraton Surakarta Sinuhun Pakubuwono XIII Meninggal Dunia, Kritis Sejak Satu Bulan

MENINGGAL DUNIA- Tangkap layar unggahan @pakoeboewono.13 pada 1 Mei 2022. Keraton Kasunanan Surakarta, sang Sang Raja, Sri Susuhunan Pakoe Boewono XIII (PB  Hangabehi meninggal dunia pada Minggu (2/11/2025) pagi., idap sakit
MENINGGAL DUNIA- Tangkap layar unggahan @pakoeboewono.13 pada 1 Mei 2022. Keraton Kasunanan Surakarta, sang Sang Raja, Sri Susuhunan Pakoe Boewono XIII (PB  Hangabehi meninggal dunia pada Minggu (2/11/2025) pagi., idap sakit (ig/pakoeboewono.13)

Nama GRM Suryadi kemudian diganti menjadi GRM Suryo Partono.

Pergantian nama itu dilakukan oleh sang nenek, GKR Pakubuwana, karena kondisi kesehatan cucunya yang kerap sakit-sakitan.

Seperti halnya tradisi masyarakat Jawa pada umumnya, pergantian nama dianggap sebagai bagian dari petuah spiritual untuk memperoleh keselamatan dan keseimbangan hidup.

Seiring berjalannya waktu, saat Kasunanan Surakarta telah hidup berdampingan dengan sistem kenegaraan Republik Indonesia, sebuah keputusan adat atau paugeran ditetapkan pada tahun 1979.

Dalam keputusan tersebut, GRM Suryo Partono, sebagai putra sulung dari Pakubuwana XII, dinyatakan berhak menyandang nama Hangabehi dengan gelar lengkap Kangjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH).

Gelar ini menandakan posisinya sebagai pangeran tertua dan calon penerus takhta Kasunanan Surakarta.

Baca juga: Isi Surat Terakhir Anak Rantau Asal Sumsel Meninggal Diduga Kelaparan, Singgung Broken Home

Dalam kiprahnya di lingkungan keraton, KGPH Hangabehi pernah menjabat sebagai Pangageng Museum Keraton Surakarta serta memegang berbagai posisi penting lainnya.

Ia juga menerima penghargaan Bintang Sri Kabadya I dari ayahandanya, Pakubuwana XII, atas jasanya dalam menangani kebakaran besar yang menimpa Keraton Surakarta pada tahun 1985.

Dari seluruh keturunan Pakubuwana XII, hanya Hangabehi yang memperoleh bintang kehormatan tersebut.

Di luar aktivitas keraton, Hangabehi pernah bekerja di Caltex Pacific Indonesia, Riau, sebelum kemudian menetap di Jakarta.

Ia juga menerima sejumlah penghargaan dari berbagai lembaga nasional maupun internasional, termasuk gelar Doktor Kehormatan dari Global University (GULL), Amerika Serikat (AS).

Hingga akhirnya dirinya menjadi raja, dengan nama Susuhunan Pakubuwana XIII sejak 2004.

Ia meniggalkan enam anak di antaranya masih hidup, yaitu GKR Timur Rumbai Kusuma Dewayani, GRAy Devi Lelyana Dewi, GRAy Dewi Ratih Widyasari, KGPH Mangkubumi, GRAy Putri Purnaningrum, dan KGPH Purboyo.

Dari enam nama tersebut, KGPH Purboyo diketahui telah diangkat sebagai Putra Mahkota Keraton Kasunanan Surakarta pada acara Tingalan Jumenengan PB XIII.

Kabar duka ini meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga serta para kerabat keraton.

Salah satu Sentono atau kerabat Keraton, KRMRAP L. Nuky Mahendranata Adiningrat, atau yang akrab disapa Kanjeng Nuky,

“Beliau sosok yang tidak ambisius, penyayang terhadap keluarga, dan selalu menghindari konflik. Sinuhun lebih mencintai ketenteraman di dalam keraton,” ungkapnya.

Selain dikenal bijaksana, almarhum juga memiliki sisi pribadi yang hangat.

Menurut Nuky, Sinuhun senang memelihara hewan seperti anjing dan kucing, serta gemar bersepeda di waktu senggang.

“Beliau sangat humble. Walau seorang gusti, beliau tetap sederhana dan merakyat. Banyak yang dulu tidak menyangka bahwa beliau adalah putra dalem dan calon raja Keraton Surakarta,” tuturnya.

Meninggal Dunia

PB XIII tutup usai di RS Indriati Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pukul 07.29 WIB.
 
Kabar duka tersebut dibenarkan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Eddy Wirabhumi, salah satu kerabat Keraton Kasunanan Surakarta.

PB XIII meninggal dunia akibat pengayikut komplikasi yang dideritanya sejak lama.

Baca juga: Kondisi Ibu Jerome Polin usai Ayah Meninggal Dunia, Pilu Ditinggal Selamanya, 3 Anak Janji Menjaga

Menurut Eddy, PB XIII telah cukup lama menjalani perawatan karena kondisi kesehatan yang menurun.
 
“Beliau memang sudah lama sakit. Terakhir komplikasi, termasuk gula darah tinggi dan penyakit lainnya. Usia beliau juga sudah sepuh,” ujar KPH Eddy Wirabhumi, Minggu pagi.
 
Saat ini sedang dipersiapkan proses pemulangan dari rumah sakit ke Keraton,” sambungnya.

Sebelummya, PB XIII sempat dirawat di rumah sakit sebelum acara Adang Dal, dan sempat pulih.  

Namun, kondisi kesehatannya kembali menurun beberapa waktu setelah kegiatan tersebut hingga akhirnya berpulang.

Kondisi pria bernama asli Gusti Raden Mas Suryo Patono itu kritis sejak 6 September 2025 kemarin.

Menurut sumber internal Keraton Solo yang enggan disebut namanya kondisi Pakubuwono XIII sudah memasuki masa kritis sebelum prosesi adat Adang Tahun Dal yang dilaksanakan Minggu (7/9/2025).

Namun hal ini dirahasiakan kepada publik oleh pihak Keraton Solo.

KPH Eddy Wirabhumi mengungkapkan sinuhun akan dimakamkan bersama raja mataram terdahulu di Kompleks Makam Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta.

“Memang hari ini kita berduka sudah positif pagi beliau nggak ada di Rumah Sakit Indriati. Sekarang sedang dipersiapkan untuk memulangkan beliau dari rumah sakit ke keraton,” ungkap Eddy.

Saat ini pihak keluarga sedang membicarakan prosesi adat yang akan digelar menuju peristirahatan terakhir almarhum.

Ia membuka kemungkinan pemakaman akan digelar pada Selasa (2/10/2025).

“Sedang dibicarakan pagi ini. Kemungkinan besar di Hari Selasa. Selasa besok kebetulan Selasa Kliwon. Kemungkinan besar di atas jam 13.00,” jelasnya.

Baca juga: Isi Surat Terakhir Anak Rantau Asal Sumsel Meninggal Diduga Kelaparan, Singgung Broken Home

Jenazah rencana akan disemayamkan di Bangsal Maligi. Bangsal ini terletak di belakang Sasana Sewaka.

“Sebelum ke Imogiri di belakang pendopo utama itu,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), Sumartono Hadinoto membenarkan bahwa Sinuhun Pakubuwono XIII meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit.
 
Ia pertama kali mendapat kabar tersebut dari pihak Rumah Sakit Indriati.

Karena beberapa waktu sebelumnya, ia pernah menjenguk seorang teman yang sedang dirawat di rumah sakit tersebut.

Saat itu, ia mendapat informasi dari pihak rumah sakit jika Sinuhun sedang dirawat.

"Saat itu saya mau menjenguk (Sinuhun) tapi katanya tidak boleh," kata Martono.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul BREAKING NEWS : Raja Keraton Solo Sinuhun Pakubuwono XIII Meninggal Dunia

 (*)

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved