Berita Viral

Pilih Tinggal di Hotel, Yai Mim Ogah Pulang ke Malang usai Diusir Gegara Seterui Sahara, Ada Syarat

Mantan dosen UIN Malang, Imam Muslimin atau Kiai Imim (Yai Mim) dan sang istri, Rosyida Vigneswari kini memilih untuk tinggal di hotel usai diusir

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Kharisma Tri Saputra
Youtube CURHAT BANG Denny Sumargo
PERSETERUAN-Mantan dosen UIN Malang, Imam Muslimin atau Kiai Imim (Yai Mim) dan sang istri, Rosyida Vigneswari kini memilih untuk tinggal di hote usai diusir menyusul konflik yang sempat memanas dengan tetangganya, Nurul Sahara buntut permasalahan lahan parkir di kawasan kediaman mereka. 

Meski begitu, ia menilai tindakan yang dilakukan Sahara menimbulkan keresahan hingga berdampak pada kalangan keluarganya maupun masyarakat luas setelah viral di media sosial. 

“Dampaknya terasa bagi anak dan istri lama saya, mantan istri, menantu, santri, bahkan masyarakat luas sampai Papua. Mereka resah,” terangnya.

Dalam pernyataannya, Yai Mim menegaskan bahwa dirinya berpegang pada prinsip perang ala Majapahit yang tidak mengenal kata mundur maupun mediasi.

Pasukan Majapahit selalu menyerang habis-habisan tanpa mengenal gencatan senjata. 

Bahkan, Yai Mim telah menunjuk "Panglima Perangnya" bernama Agustian Anggi Siagian untuk menghadapi kasus hukum yang menimpanya. 

Baca juga: Sosok Agustian Anggi Siagian, Advokat Muda jadi "Panglima Perang" Yai Mim Lawan Sahara Sang Tetangga

Menurut Yai Mim, terdapat kaedah dalam ilmu perang yang diadopsi dari tradisi Majapahit, yakni “berlalang menyambar mangsa.” Artinya, ketika perang sudah dimulai, serangan harus dilakukan habis-habisan hingga lawan benar-benar kalah.

"Nah, kalau sudah perang, tentara Majapahit terus habis-habis sampai mati," katanya.

“Kalau sudah generang perang ditabuh, tidak boleh mundur apalagi gencatan senjata. Tidak ada istilah mediasi,” tegas Yai Mim.

Yai Mim bahkan tak mau Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, untuk tidak ikut campur dalam konflik mereka. 

Ia meminta Wali Kota Malang untuk jadi penonton "perang" antar mereka.

"Kalau sudah saling menabuh genderang perang maka jangan ada yang mundur alias tidak ada mediasi lagi Pak Wali, jadi biarkan kami perang. Pak Wali harus melihat sebagai penonton saja. sebagai penonton yang baik, nanti yang menang kita apresiasi yang kalah semoga jd pelajaran kenapa anda kalah," ujarnya.

Pemicu perang yang memanas itu, kata Yai Mim, laporan Sahara ke pihak berwajib. 

Yai Mim menyebut laporan yang dilayangkan oleh Suhara merupakan tanda bahwa pihak lawan sudah menabuh genderang perang.

Sebagai balasan, dirinya pun menunjuk Agustian Anggi Syakian beserta rekan-rekan sebagai kuasa hukumnya untuk menghadapi proses tersebut.

“Kalau sudah saling menabuh genderang perang, maka jangan ada yang mundur. Biarkan kami perang. Pak Wali cukup jadi penonton. Yang menang kita apresiasi, yang kalah biar jadi pelajaran,” kata Yai Mim.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved