Seputar Islam

Materi Khutbah Jumat Jumadil Akhir Edisi 21 November 2025, Penuh Khidmat dan Makna untuk Dibagikan

Hadirin Jamaah Jumat yang Mulia, Dalam kesempatan yang baik ini marilah kita tanamkan tekad yang kuat untuk mengisi hari-hari demi meningkatkan iman

Tribunsumsel.com/ Putri Kusuma Rinjani
ILUSTRASI KHUTBAH JUMAT - Berikut adalah Materi Khutbah Jumat Jumadil Akhir Edisi 21 November 2025, Penuh Khidmat dan Makna untuk Dibagikan 

Syukur adalah hikmah, atau sebagaimana diartikan para filosof dengan pengetahuan sejati, pengetahuan sejati pertama yang diterima oleh Lukman al-Hakim. Allah Subhanahu Wa Taala menceritakan sebagai berikut:

   وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ  

Artinya: Dia sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu ‘bersyukurlah kepada Allah dan barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. (QS. Luqman: 12).  

Mengapa syukur menjadi tingkah laku utama? Karena nikmat Allah sudah begitu besar dan begitu banyak terlimpah kepada kita semua. Rasanya begitu malu jika kita masih meminta-minta kepada Allah, padahal sudah begitu banyak yang Ia curahkan. Kita terlalu banyak meminta tapi sedikit sekali bersyukur. 

Seharusnya kita banyak bersyukur tapi juga banyak meminta, karena Allah justru akan marah jika kita tidak meminta kepada-Nya.  Ini menandakan bahwa sebanyak apapun kita meminta nikmat Allah tidak jua habis dikuras. Allah sendiri menggambarkan dengan cara yang sangat cantik sekali seberapa banyak nikmat yang dapat Ia limpahkan kepada sekalian makhluk-Nya. Allah berfirman:  

 قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا 

Artinya: Katakanlah wahai Muhammad, seandainya air laut dijadikan tinta untuk menghitung kalimah atau nikmat Tuhanku, maka habislah lautan itu sebelum nikmat-nikmat selesai dicatat, bahkan jika seandainya Allah mendatangkan lagi jumlah lautan yang sama. (QS Al-Kahf: 109).  

Nikmat Allah begitu banyak, bahkan kehidupan hari ini adalah sebagian dari nikmat Allah Subhanahu Wa Taala. Dengan diberikan kehidupan kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk membuktikan diri sebagai orang-orang yang pantas mendapat ridha Allah dan memasuki surga-Nya. Ingatlah bahwa orang-orang yang telah meninggal berharap diberikan lagi kehidupan agar diberikan lagi kesempatan beribadah dan beramal, karena jika maut sudah menjemput kesempatan berbuat kebaikan sudah musnah dan harapan hidup di akhirat dengan keadaan berbahagia telah pupus.  

Nikmat Allah begitu banyak, bahkan nafas dan detak jantung yang bekerja saat ini adalah sebagian nikmat Allah Subhanahu Wa Taala. Banyangkanlah, jika menderita sesak napas saja, sudah begitu menderitanya kita, apalagi jika nafas ini dicabut oleh Allah. Atau bayangkanlah jika detak jantung ini terlalu cepat atau terlalu lambat, sudah begitu sakitnya terasa oleh kita, apalagi jika jantung sudah tak lagi bekerja memompa darah ke seluruh tubuh.  Ingatlah, karena itu untuk selalu bersyukur. Wajar kiranya Rasulullah dan para ulama mengajarkan kita untuk memulai hari dengan ungkapan rasa syukur. Hal itu melalui doa sederhana yang diajarkan guru-guru agama sejak masih kecil:  

 اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ 

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya-lah tempat kembali.  

Hadirin Rahimakumullah 

Lalu apakah syukur itu? Syukur jelas bukanlah sekadar hamdalah yang diucapkan dengan sangat fashih. 

Tetapi ia lebih berupa pengakuan sungguh-sungguh bahwa semua rejeki dan anugerah yang menghadirkan perasaan nikmat dalam jiwa kita tidak didapat dengan usaha sendiri, melainkan berasal hanya dari Allah Subhanahu Wa Taala.

Oleh karena itu, orang yang bersyukur akan terpatri dalam hatinya bahwa semua kenikmatan, pengetahuan, kemampuan, kekuasaan, dan harta yang dimiliki karena kehendak dan perbuatan Allah Subhanahu Wa Taala, bukan karena kehendak dan perbuatan usaha sendiri.  

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved