Seputar Islam

Mengenal Imam Al Ghazali dan Pemikirannya, Ulama Pakar Pendidikan Islam, Bergelar Hujjatul Islam

Dan pendidik selalu sibuk menyempurnakan, mengagungkan, dan mensucikan serta menuntutnya untuk taat kepada Allah Azza Wa Jalla.

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/welly triyono
PEMIKIRAN IMAM AL GHAZALI -- Ilustrasi Imam ALlGhazali yang dijuluki Hujjatul Islam, berikut mengenal Imam Al Ghazali dan Pemikirannya dalam pendidikan Islam. 

TRIBUNSUMSEL.COM --   Imam Al Ghazali adalah ulama besar sekaligus tokoh pendidikan Islam. Nama asli Imam al-Ghazali adalah Abdul Hamid, beliau dilahirkan di sebuah desa yang benama Ghazalah bagian timur laut Negara Iran, berdekatan dengan kota Mashhad.

Ia dilahirkan pada tahun 450 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1058 Miladiyah di desa Ghazalah, di pinggir kota Thus (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, tth). 

Simak artikel-artikel Seputar Islam lainnya, di sini.

Imam al-Ghazali memiliki daya ingat yang kuat dan bijak dalam berhujjah, karena itu beliau mendapat gelar Hujjat al-Islam yang artinya Pembela Islam, karena kemampuannya tersebut.

Imam al-Ghazali dengan gelar Hujjatul Islam tidak hanya dikenal sebagai fuqaha (ahli
hukum Islam), tetapi beliau juga dikenal sebagai orang yang ahli dalam bidang tasawuf, bidang ushul
fiqh dan bahkan sebagai filosof. 

Dikutip dari Adisampulisger.org, tulisan berjudul Guru dalam konsep Imam Al Ghazali karya Hamida Olfah, Beliau sangat dihormati di dua dinasti dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasyiah yang menjadi pusat kebesaran Islam.

Beliau  menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Beliau juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup mencari pengetahuan serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan.

Ketika belajar di Jurjan, al-Imam Abu Hamid al-Ghazali merupakan seorang pelajar yang sangat rajin. Dengan tekun, dia telah menulis setiap pelajaran yang telah dia pelajari dari gurunya itu. Kemudian ia telah menyalin semua pelajaran yang diterimanya itu dan telah dikumpulkannya di bawah beberapa judl tertentu. Beliau sangat menyayang catatan-catatan tersebut.

Banyak karya-karya beliau dan kalau diperhitungkan lebih dari 300 buah, namun yang masih kekal hingga sekarang ini hanya lebih kurang 50 buah saja. Dan salah satunya yang penulis jadikan bahan penelitian ini yaitu kitab Ihya Ulumiddin.

GURU DALAM KONSEP IMAM AL-GHAZALI

Guru adalah salah satu faktor yang sangat dominan dalam proses kegiatan pendidikan. Dalam proses belajar-mengajar, seorang guru dapat berfungsi sebaga pengajar, pendorong,  pelatih, pemberdaya, dan lain-lain.

Dalam pekerjaannya seorang guru memiliki tanggung jawab untuk membimbing”.
Pendidik tidak sama dengan Pengajar, sebab pengajar hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya.

Tetapi seorang pendidik (guru) bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada anak didik tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi (Ramayulis, 1998).

Pendidik itu secara paedagogis ada dua macam. Seperti yang dikemukakan oleh H. Abu Ahmadi, dkk, sebagai berikut: Secara kodrati pendidik ialah orang tua peserta didik masing-masing. 

Menurut Imam al-Ghazali pendidik (guru) adalah orang yang sangat mulia dan terhormat, karena kecakapannya mengajar merupakan kepandaian yang tinggi nilainya dan merupakan lapangan kerja yang sangat terhormat. 

Imam Al-Ghazali (tth) mengatakan: 

و اشرف موجود على األرض جنس األنس واشرف جزء من جواهر االنسان قلبه
والمعلم مستغل بتكميله وتجليته وتطهيره و سياقته الى القرب من الله عز و جل

Artinya:

Makhluk yang paling mulia di muka bumi ini adalah manusia sedangkan yang paling mulia dari manusia adalah hatinya. Dan pendidik selalu sibuk menyempurnakan, mengagungkan, dan mensucikan serta menuntutnya untuk taat kepada Allah Azza Wa Jalla.

Guru adalah pengusaha yang berusaha menyempurnakan dan mensucikan hati nurani dan berusaha membawa manusia mendekatkan diri kepada Allah swt. 

Imam Al- Ghazali memandang profesi guru adalah amat mulia, karena guru mengelola makhluk Allah yang paling mulia dari semua makhluk yang ada. Beliau juga menilai bahwa mulia tidaknya suatu pekerjaan diukur
dengan apa yang dikerjakan oleh seseorang. 

Maka kebahagian manusia dengan jiwa yang bersih dan berakhlak mulia dengan keutamaan budi untuk mendekatkan diri kepada Allah, adalah tujuan akhir pendidikan, dan ini diperlukan pendidik untuk mencapai tujuan akhir sebuah pendidikan.

Pendidik dalam arti umum (baik orang tua maupun guru) harus memiliki kemampuan untuk membawa anak didik dari ketidak tahuan menjadi tahu, mampu memberikan contoh akhlak yang baik yang akan ditanamkan pada jiwa anak didik. Jika anak didik telah mengalami keburukan akhlak, pendidik harus memiliki kemampuan untuk menghilangkan akhlak buruk di dalam hati  anak didiknya tersebut.

Pendidik (guru) hendaknya membekali diri dengan segala macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat dengan metode metode pendidikan yang sesuai, untuk mendidik generasi muslim.

Itulah sekilas mengenal Imam Al Ghazali dan Pemikirannya, Ulama Pakar Pendidikan Islam, Bergelar Hujjatul Islam. (lis/berbagai sumber)

Baca juga: Adab Seorang Guru Menurut Imam Al Ghazali, Tokoh Pendidikan Islam, tidak Berhenti Belajar dan Sabar

Baca juga: Quote Pendidikan dari Ki Hajar Dewantara, Penyemangat untuk Guru di Hari Guru

Baca juga: 5 Prinsip Pengajaran Ki Hajar Dewantara yang Dapat Menjadi Panutan Guru di Hari Guru Nasional

Baca juga: Beda Acara Syukuran dan Selamatan, Berikut Panduan dan Contoh Doa Pembuka dan Penutup Acara

Baca juga: Arti Kullu Bani Adama Khattaun, Hadits Sebaik-baik Berbuat Kesalahan adalah Bertaubat

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved