Seputar Islam

Alasan Mengapa Kita Harus Menghormati dan Memuliakan Guru Menurut Ulama, Bagian dari Meraih Ilmu

orang yang tidak memuliakan gurunya, sama halnya dia tidak memuliakan ilmu yang sedang ia tekuni, kalau tidak maka ilmunya tidak akan didapat

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
Tribunsumsel.com
MEMULIAKAN GURU -- Ilustrasi seorang guru, berikut alasan Mengapa Kita Harus Menghormati dan Memuliakan Guru, Menurut pandangan Ulama. 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Dalam Islam, guru ataupun profesi yang setara dengan guru, memiliki kedudukan mulia.

Para ulama sejak zaman dahulu selalu berpesan perihal pentingnya memuliakan guru.

Salah satu pesan itu sebagaimana dicatat oleh Imam Burhanuddin az-Zarnuji (wafat 591 H).

Ia mengatakan bahwa seorang pelajar tidak pernah mendapatkan ilmu jika tidak memuliakan ilmu, orang yang berilmu, dan guru-gurunya.

اِعْلَمْ بِأَنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ لاَ يَنَالُ الْعِلْمَ وَلاَ يَنْتَفِعُ بِهِ اِلَّا بِتَعْظِيْمِ الْعِلْمِ وَأَهْلِهِ وَتَعْظِيْمِ الْأُسْتَاذِ وَتَوْقِيْرِهِ. قِيْلَ مَا وَصَلَ مَنْ وَصَلَ اِلَّا بِالْحُرْمَةِ، وَمَا سَقَطَ مَنْ سَقَطَ اِلاَّ بِتَرْكِ الْحُرْمَةِ

Artinya:

 “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya seorang pelajar tidak akan bisa mendapatkan ilmu dan manfaat ilmu kecuali dengan menghormati ilmu dan orang yang berilmu, memuliakan guru dan menghormatinya. Dikatakan, tidak sukses orang yang telah sukses kecuali dengan hormat, dan tidak gagal orang yang gagal kecuali disebabkan tidak hormat.” (Imam az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim fi Thariqit Ta’allum, [Daru Ibn Katsir: 2014], halaman 55).

Melansir nu.or.id, memuliakan guru merupakan kewajiban setiap pelajar. Siapa saja yang pernah belajar kepada orang lain tentang ilmu pengetahuan, maka wajib baginya untuk memuliakan guru tersebut.

Memuliakan guru merupakan etika dan teladan para ulama terdahulu. Mereka memberikan contoh yang sangat luar biasa perihal bagaimana seorang murid memuliakan gurunya.

Merujuk pada kitab Ta’limul Muta’allim, Imam Burhanuddin az-Zarnuji pernah bercerita bahwa di negara Bukhara terdapat seorang ulama besar yang duduk di suatu majlis ilmu.

Di tengah-tengah pengajian itu, dia terkadang berdiri sambil menundukkan kepalanya. Tentu, perbuatan itu membuat para jamaah yang lain heran dan penuh tanda tanya. Namun tanpa disangka, ia menjawab:

“Sungguh anak guruku sedang bermain bersama anak-anak sebayanya di halaman, dan terkadang anak guruku mendekat ke pintu masjid. Oleh karena itu, setiap kali aku melihatnya, aku berdiri untuk memuliakan guruku.” (Imam az-Zarnuji, 56).

Memuliakan guru merupakan bagian dari memuliakan ilmu itu sendiri, dan orang yang tidak memuliakan gurunya, sama halnya dia tidak memuliakan ilmu yang sedang ia tekuni, dan siapa saja yang tidak memuliakan ilmunya, maka sampai kapan pun ia tidak akan mendapatkan ilmu.

Nasihat ini disampaikan oleh Syekh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi. Dalam salah satu kitabnya ia mengatakan:

كُنْ مُوَقِّرًا لِمُعَلِّمِكَ مُعَظِّمًا لَهُ، فَاِنَّ تَعْظِيْمَهُ مِنْ تَعْظِيْمِ الْعِلْمِ. وَلاَ يَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِتَعْظِيْمِهِ وَتَعْظِيْمِ أَهْلِهِ، وَكُنْ مُعْتَقِدًا أَيْضَا أَهْلِيَتَهُ وَرُجْحَانَهُ عَلىَ مَنْ كَانَ فِي طَبَقَتِهِ

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved