Seputar Islam

Pengertian Akal dan Nafsu, Maksud Qoute Jadikan Akal Sebagai Pemimpin dan Nafsu Sebagai Tawanan

 Di dalam surat Az-Zumar ayat 9 tersebut dijelaskan bahwa kita diperintahkan untuk menggunakan akal dibandingkan dengan hawa nafsu

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/lisma
AKAL DAN NAFSU -- Ilustrasi pengertian akal dan nafsu dan maksud Qoute Jadikan Akal Sebagai Pemimpin dan Nafsu Sebagai Tawanan. 

TRIBUNSUMSEL.COM  - Ada kalimat bijak yang berasal dari kitab Al-Isti'dad Liyaumil Ma'ad oleh Ahmad Ibn Hajar.

Quote tersebut bunyinya begini: Beruntunglah orang yang akalnya menjadi pemimpin, sedangkan hawa nafsunya menjadi tawanan.

Celakalah orang yang hawa nafsunya menjadi pemimpin, sedangkan akalnya menjadi tawanan. (Ahmad Ibn Hajar, Al-Isti'dad Liyaumil Ma'ad)

Simak artikel-artikel Seputar Islam lainnya, di sini.

Akal dan nafsu adalah dua hal yang dianugrahkan Allah kepada manusia.

Dalam Islam, akal adalah kemampuan berpikir yang dianugerahkan Allah SWT untuk membedakan kebaikan dan keburukan, sementara nafsu adalah dorongan untuk melakukan sesuatu, baik positif maupun negatif.

Dikutip dari nu.online, berikut kisah penciptakan akal dan nafus, jauh sebelum penciptaan malaikat dan nabi Adam. 

Pada saat itu, Allah memerintahkan akal dan nafsu untuk menghadap-Nya. Allah berfirman: “Man ana wa man anta? (siapa Aku dan siapa kamu?)”. Kemudian akal menjawab, “Anta Rabbi wa ana ‘abduka adhdhoif (Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu yang lemah)”. Karena itu Allah memberikan kemuliaan kepada akal.

Kemudian giliran nafsu, ketika diperintahkan untuk menghadap, ia diam saja, tidak menjawab. Ketika ditanya dengan pertanyaan yang sama “Man ana wa man anta? (siapa Aku dan siapa kamu?)”, dengan sombongnya nafsu menjawab, “Ana wa ana, Anta wa Anta” (aku adalah aku, Engkau adalah Engkau).

Mendengar jawaban nafsu, maka Allah murka dan menghukumnya dengan memasukkan nafsu ke dalam neraka Jahim selama 100 tahun. Setelah dikeluarkan dari neraka Jahim dan ditanya lagi oleh Allah “Man ana wa man anta? (siapa Aku dan siapa kamu?)”, dia pun menjawab dengan jawaban yang sama.

Akhirnya Allah memasukkan lagi nafsu ke neraka Juu’ (neraka yang penuh dengan rasa lapar dan haus dahaga yang amat sangat) selama 100 tahun pula. Nafsu dibiarkan tanpa makan dan minum.

Setelah nafsu tidak diberi makan dan minum (puasa) membuat nafsu sadar dan tak berdaya. Nafsu akhirnya menyerah dan mengakui bahwa Allah Swt. adalah Tuhan yang menciptakannya.

Gunakan Akal Pikiran untuk Mencerna Masalah

 اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهٖۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِࣖ 


Artinya:

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved