TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Di halaman samping rumah yang rindang di Desa Simpang Empat, Ogan Komering Ilir (OKI), berbatasan dengan Desa Lebung Jangkar Ogan Ilir, sekelompok pemuda sedang sibuk mempersiapkan perhelatan akbar.
Mereka adalah generasi penerus tradisi bidar, sebuah perahu panjang yang telah diwariskan turun-temurun.
Dengan semangat gotong royong, mereka mendempul sisi luar perahu sepanjang 32 meter, memastikan setiap lekukan mulus dan kedap air.
Bidar ini, yang terbuat dari kayu merawan tahan air, sedang diservis dengan teliti. Setelah didempul, perahu akan diamplas dan dicat agar tampil cantik dan menarik.
Di bawah rumah panggung, terdengar deru mesin penghalus kayu yang merapikan dayung-dayung dari kayu mahoni. Bidar-bidar prestasi, juga terparkir rapi di sana.
Bidar mereka akan turun mewakili DPD Gerindra Sumsel dengan nama lambung Ardi CS Group.
Ardiyanto, pemilik bidar, mengungkapkan bahwa semangat para pendayung muda sangat tinggi.
Baca juga: Curhat Peserta Lomba Bidar Palembang, Terkendala Biaya Perawatan, Berharap Hadiah Lebih Menggiurkan
Baca juga: Seperti Pacu Jalur, Curhat Perajin Perahu Bidar Palembang Ungkap Harapan ke Pemerintah
Latihan intensif sudah dimulai enam bulan sebelum bulan Agustus, dengan frekuensi seminggu dua kali di Sungai Simpang Empat, yang juga menjadi nama desa mereka.
Para pendayung muda ini didominasi oleh remaja berusia 16 hingga 20 tahun.
Salah satunya adalah Supri (27), seorang karyawan swasta yang sehari-hari bekerja pada malam hari.
Ketertarikan Supri terhadap bidar bermula dari hobinya menonton lomba, hingga akhirnya ia bergabung menjadi bagian dari tim Ardi CS.
"Capek tapi asyik," ujarnya sambil tersenyum, Selasa (5/8/2025).
Meskipun bayaran yang didapat tidak seberapa, hanya sekitar Rp100.000 untuk tiga hari lomba, motivasi mereka tetap tinggi.
Bagi mereka, yang terpenting adalah kekompakan, tenaga, dan napas yang kuat.
Tantangan terbesar saat lomba adalah ombak dari perahu penonton yang ramai, yang bisa membahayakan dan menenggelamkan bidar mereka.
Harapan terbesar Supri dan kawan-kawan bukan hanya sekadar menjadi juara, tetapi juga agar tradisi bidar dapat terus hidup dan menjadi kebanggaan Sumatera Selatan.
Mereka berharap panitia lomba dapat lebih tegas menjaga penonton agar tidak mengganggu jalannya perlombaan.
"Kami ingin bidar viral seperti Pacu Jalur," ungkap Supri, merujuk pada tradisi perahu panjang di Riau yang sudah mendunia.
Ia dan timnya berharap penyelenggaraan lomba bidar bisa lebih rapi dan semarak.
Dengan dukungan pemerintah, khususnya untuk perawatan perahu, mereka yakin bidar di Sumatera Selatan bisa berkembang dan menarik lebih banyak perhatian.
"Ya kami harapan panitia bisa meningkat jumlah hadiah juara, kalau bisa seperti daerah lain biar tambah semangat berpacu," tutup Supri.
Baca artikel menarik lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel