Fadli mengatakan, saat ini belum ada tulisan mengenai sejarah Presiden keempat Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Presiden kelima Megawati Soekarnoputri.
Kemudian era Presiden keenam dan ketujuh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden kedelapan dan kesembilan Joko Widodo (Jokowi).
"Jadi (dahulu sejarah) ditulis oleh Direktorat Sejarah yang dulu, (direktorat itu) sempat hilang sekarang baru ada (lagi) di Kementerian Kebudayaan," ujarnya.
Fadli menjelaskan, nantinya Direktorat Sejarah akan menulis sejarah Indonesia yang sudah laman tidak terbarukan.
Padahal, menurut Fadli sejarah adalah bagian penting dari jati diri bangsa dan harus diketahui oleh generasi muda saat ini dengan era kecepatan sosial media.
"Menurut saya ini (sejarah) penting untuk kita angkat dan didiskusikan. Sangat terbuka untuk didiskusikan karena kalau tidak kita (Indonesia) akan kehilangan jati diri," ungkapnya.
Fadli melanjutkan, nantinya sejaran yang ditulis akan memuat semua hal yang telah terjadi di Indonesia dan beberapa temuan sejarah yang baru ditemukan.
Ia juga menegaskan, penulisan ulang sejarah Indonesia tidak akan fokus sepenuhnya pada peristiwa kerusuhan 1998 dan yang akan diceritakan hanya inti-inti atau snapshot penting dari peristiwa.
"Memang buku sejarah ini tidak membahas Mei 1998 itu hanya satu snapshot," jelas Fadli Zon.
(*)
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com