Hal ini penting untuk mempercepat deteksi dini dan penanganan titik api jika muncul.
Berdasarkan pemetaan BPBD, sejumlah wilayah di OKU Timur masih tergolong rawan Karhutla, khususnya yang berada di sekitar perkebunan tebu, sawit, dan hutan tanam industri (HTI).
Beberapa perusahaan yang beroperasi di zona tersebut antara lain PT LPI dan PT Campang Tiga di Cempaka, PT Laskar di BP Bangsa Raja, PT PSM di Belitang, PT MHP di Martapura, serta PT PMK di Kecamatan Bunga Mayang.
“Perusahaan-perusahaan ini umumnya sudah memiliki tim pemadam internal, namun tetap kami pantau dan ajak koordinasi agar upaya pencegahan dan penanganan bisa berjalan maksimal,” ujar Budi.
Selain itu, terdapat wilayah lahan gambut seluas kurang dari 500 hektare yang tersebar di Semendawai Barat, Madang Suku I, dan Cempaka.
Wilayah-wilayah ini juga menjadi prioritas pengawasan karena sifat lahan gambut yang mudah terbakar dan sulit dipadamkan.
Di tengah kondisi kemarau basah ini, Budi mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak melakukan pembakaran lahan atau aktivitas yang berpotensi menimbulkan api, meski hujan masih turun sesekali.
“Cuaca bisa berubah dalam hitungan hari. Begitu hujan berhenti dan angin kering datang, api bisa menjalar dengan cepat. Karena itu, kami harap masyarakat turut serta menjaga lingkungan,” pungkasnya.
Fenomena kemarau basah memang membawa harapan akan jeda dari kekeringan, namun juga menyimpan risiko tersembunyi. Karena itu, kesiapsiagaan adalah kunci untuk menghindari bencana.
Baca artikel menarik lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel