TRIBUNSUMSEL.COM - Sumber bisnis keluarga Lukminto kembali disorot usai Iwan Setiawan Lukminto Komisaris Utama PT Sri Rejeki Isman TBK atau Sritex ditangkap Kejaksaan Agung.
Diketahui, Bos PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) itu ditangkap oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) pada Selasa (20/5/2025) malam terkait dugaan korupsi pemberian fasilitas kredit bank di perusahaan Sritex.
Meski dikenal sebagai perusahaan tekstil, keluarga Lukminto rupanya dikenal agresif meraup untung dari lini bisnis yang terdiversifikasi, mulai dari hotel hingga wisata.
Lantas apa saja bisnisnya ? berikut ulasannya:
1. Tekstil
Awalnya, Sritex hanyalah sebuah usaha dagang atau UD Sri Redjeki yang didirikan oleh sang Ayah, Lukminto untuk memproduksi kain mentah dan bahan putihan di Solo pada 1966.
Setahun kemudian, Lukminto membuka pabrik cetak pertama yang menghasilkan kain putih dan berwarna di Surakarta.
Baca juga: Harta Kekayaan Iwan Setiawan Lukminto, Komisaris Utama Sritex Ditangkap Korupsi, Rumah Mewah Disorot
Pabrik kedua yakni pabrik tenun dibangun pada 1982.
Pabrik tekstil itu kemudian direlokasi ke Desa Jetis, Sukoharjo dengan nama PT Sri Rejeki Isman atau Sritex.
Pada 3 Maret 1992, pabrik Sritex diresmikan Presiden Soeharto bersama 275 pabrik aneka industri lainnya di Surakarta.
Setelah sukses di dalam negeri, Sritex mencoba menembus pasar Eropa pada 1992.
Perusahaan yang kini menjadi raksaksa tekstil di Asia Tenggara itu berhasil membuat seragam bagi NATO dan tentara Jerman yang kualitasnya diakui.
Sejak saat itu, Sritex berkembang memproduksi rata-rata 24 juta potong kain per tahun untuk 40 negara.
Perusahaan ini juga mengerjakan pakaian dengan merek ternama seperti Uniqlo, Zara, JCPenney, New Yorker, Sears, serta jaringan Walmart.
Pada 2007, Lukminto menyerahkan kepemimpinan Sritex ke putra sulungnya, Iwan Setiawan Lukminto.
Di kepemimpinan Iwan Setiawan, Sritex berkembang menjadi perusahaan tekstil besar.