Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Beberapa hari kebelakang, tercium bau asap di Palembang mulai dari malam hingga dini hari.
Hal tersebut terjadi karena dampak dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
"Sejak kemarin, Senin (12/8) terjadi kebakaran di Lempuing Jaya, Ogan Komering Ilir (OKI). Saat ini tim manggala agni beserta semua satgas sedang fokus pemadaman," kata Kepala Balai PPIKHL Wilayah Sumatera, Ferdian Krisnanto, Selasa (13/8/2024).
Sementara itu Kepala Stasiun Klimatologi SMB II Palembang, Siswanto menambahkan, sesuai release prakiraan awal musim kemarau tahun 2024, pada bulan Juli hingga Agustus 2024 berada pada puncak musim kemarau.
"Beberapa kondisi tersebut dengan ditandai nya penurunan jumlah curah hujan di sebagian besar wilayah Sumsel. Selain itu Hari Tanpa Hujan (HTH) di wilayah Sumsel juga ada yang teramati kategori sangat panjang yaitu tercatat lebih dari 30 hari tidak ada hujan," katanya
Menurutnya, dampak dari kekeringan meteorologi ini salah satunya adalah adanya potensi kebakaran hutan lahan (Karhutla).
Dari hasil monitoring Sistem Pemantauan Karhutla (sipongi.menlhk.go.id), sejak bulan Juli 2024 sudah terjadi bencana kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumsel yang terpantau berupa hotspot/firespot.
"Sudah barang tentu ketika ada kebakaran hutan dan lahan tingkat penyebaran dan trayektori pergerakan asap akan dipengaruhi oleh parameter angin," ungkapnya.
Baca juga: Kapolres OKU Timur Cek Kesiapsiagaan Sarpras Penanganan Karhutla di Perkebunan Tebu Milik LPI
Baca juga: Upaya Antisipasi Karhutla, Kapolres OKU Timur Cek Kelengkapan Pemadam
Menurutnya, berdasarkan pola pergerakan angin (streamline) dapat disampaikan bahwa kondisi angin permukaan di wilayah Sumsel secara dominan masih bertiup dari Timur Laut - Barat Daya.
Pada pada malam - pagi hari angin dominan bertiup dari Tenggara - Barat Daya, yang artinya asap dari kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera Selatan akan terbawa oleh arah angin tersebut memasuki wilayah kota Palembang.
"Kepekatan asap akibat kebakaran hutan dan lahan lebih tercium saat dini hari hingga pagi hari diakibatkan suhu udara yang masih rendah dan kecepatan angin yang masih lemah," katanya.
Menurutnya, berdasarkan pengamatan data Konsentrasi Partilulat (PM2.5) yang ada di Kantor BMKG SMB II Palembang tepat pada tanggal 13 Agustus 2024 pukul 06.00 WIB menunjukkan nilai 95.50 yang mengindikasikan bahwa udara kategori tidak sehat (55.5 - 150.4).
"Namun dengan beranjaknya sinar matahari nilai konsentrasi partikulat dari PM2,5 berangsur angsur menurun (membaaik). Jadi kondisinya masih fluktuatif dan tidak terjadi secara kontinyu," katanya.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung bersama saluran whatsapp Tribunsumsel.com