KABAR hadirnya PT Digi Sport Asia (Digi Asia) yang telah memiliki saham 40 persen bakal mensupport langkah memulai persiapan Sriwijaya FC di musim kompetisi Liga 2 2024/25 disambut baik.
"Apapun itu bentuknya, siapapun saham itu yang pegang. Yang penting ada kesamaan visi dan misinya bahwa Sriwijaya FC ini terselamatkan," ungkap pengamat sepakbola Sumatera Selatan, Dr H Syamsu Ramel MKes kepada Sripoku.com, Senin (22/7/2024).
Ramel yang pernah menjabat Wakil Ketua Pengda PSSI Sumsel tiga periode dan pernah menjabat Sekretaris Pengda PSSI Sumsel untuk saat ini dengan waktu yang mepet persiapan agaknya sulit untuk bisa target lolos Liga 1.
"Cuma dalam situasi seperti sekarang ini sulit kita untuk mau masuk Liga 1," kata Ramel.
Pria berdarah Minangkabau mengatakan, tentunya Sriwijaya FC akan melihat kemampuan yang dimiliki manajemen sendiri. Sementara PT Digi sifatnya hanya membantu dan bukan membackup total.
"PT Digi sifatnya hanya membantu. Kalau bantu, berapa besar bantuannya, seberapa jauh bantuannya," katanya.
Dalam situasi ini, bagaimana manajemen menentukan langkah-langkah selanjutnya. Menurut Ramel kalau bisa duduk bersama manajemen dengan Pj Gubernur Sumsel dan PT Digi, karena dulunya SFC ini milik masyarakat Sumsel walaupun kemudian menjadi PT SOM.
"Bukan berarti bahwa SFC itu sudah murni dikelola, walaupun secara hukum iya. Untuk itu menurut saya, kita harus duduk bersama-sama antara manajemen PT SOM, PT Digi Sport Asia, dan Pj Gubernur Sumsel sekarang ini. Nah bagaimana menyelamatkan Sriwijaya FC ini sehingga bisa berjalan dengan baik. Sehingga ada kejelasan ke depan," ujarnya.
Dalam artian seperti Digi mau membantu jangan-jangan hanya sebatas DP pemain saja. Setelah itu tidak bergerak lagi. Tentu akan susah juga nantinya.
Untuk itu kemampuan manajemen untuk mengelolanya, dengan berapa yang bisa dibantu melalui support Pj Gubernur Sumsel dengan kebijakannya.
"Dengan duduk bersama ini, kita yakin akan ada jalan keluarnya untuk bisa menjalani kompetisi Liga 2 musim ini," kata Syamsul Ramel.
"Begitu juga perusahaan BUMN, BUMD, swasta itu kan ada dana CSR-nya untuk menjadi sponsorship. Seperti Pusri, PTBA dan banyak perusahaan di Sumsel ini harus betul-betul bekerja dengan adanya orang-orang profesional di manajemen SFC," kata dosen Program Studi Olahraga Unsri ini.
Beratnya permasalahan finansial yang kerap menghantui jelang digulirkannya musim kompetisi Liga 2, membuat tim Sriwijaya FC masih sangat membutuhkan campur tangan gubernur Sumsel selaku pembina klub.
Sepeti halnya jelang persiapan pembentukan tim Sriwijaya FC musim kompetisi Liga 2 2024 ini, Laskar Wong Kito terkendala dana sehingga membuat semua pergerakan terkendala.
"Kalau sejarahnya Sriwijaya FC take over dari Persijatim Solo pada akhir tahun 2004 kita melalui Pemprov Sumsel menggunakan APBD zamannya Pak Syahrial Oesman Gubernur saat ini," kata Syamsu Ramel.