Liputan Khusus Tribun Sumsel

LIPSUS: Air Terjun Pun Kering, Sungai Surut Sumur Tak Berair, Warga Terserang Gatal -1

Editor: Vanda Rosetiati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Liputan khusus Tribun Sumsel, air terjun kering. Musim kemarau membuat sejumlah air terjun di Pagaralam mulai kekeringan, salah satunya objek wisata Air Terjun Curup Mangkok yang air terjunnya nyaris hilang.

TRIBUNSUMSEL.COM, PAGARALAM - Musim kemarau panjang yang disebabkan oleh Badai Elnino mulai berdampak buruk untuk masyarakat di kota dan kabupaten di Sumsel. Hampir semua daerah merasakan dampaknya.

Termasuk di Kota Pagaralam. Bukan saja warga sudah mulai kesulitan mendapatkan air bersih, saat ini juga sudah banyak lahan sawah warga yang kekeringan. Musim kemarau ini juga berdampak pada sektor Pariwisata di Kota Pagaralam. Sebagai salah satu destiniasi wisata di Sumsel dengan mengandalkan wisata alam termasuk wisata air terjun.

Musim kemarau membuat sejumlah air terjun di Pagaralam mulai kekeringan, salah satunya objek wisata Air Terjun Curup Mangkok yang saat ini sudah mengalami kekeringan, bahkan air terjunnya nyaris hilang karena tidak ada aliran air yang mengalir.

Bahkan akibat kemarau panjang ini banyak lahan yang terbakar, bahkan dari data yang didapat dari pihak BPBD Kota Pagaralam tercatat sudah hampir 30 hektar lahan yang terbakar.

Yesi pengelola wisata Curup Mangkok mengatakan, Curup Mangkok sudah mengalami kekeringan semenjak 3 bulan terakhir ini. Akibatnya banyak wisatawan luar yang kecewa dan harus terpaksa putar balik cari wisata lain.

"Sudah hampir tiga bulan ini kering dek air disini. Akibatnya banyak pengunjung datang kecewa dan mereka harus putar balik karena kecewa saat datang airnya kering," katanya.

Diungkapkannya, setiap musim kemarau memang air di kawasan tersebut akan menyusut yang membuat debet air terjun juga berkurang. Jadi setiap musim kemarau air terjun pasti sepi pengunjung.

Musim kemarau panjang yang melanda Kota Pagar Alam dan sekitarnya mulai berdampak pada kekeringan yang melanda beberapa daerah.

Saat ini kawasan kaki Gunung Dempo yaitu Kecamatan Tanjung Sakti PUMI beberapa Desa juga sudah mulai mengalami kekeringan.

Manfaatkan Sungai

Kondisi ini membuat sumur warga mulai kering, akibatnya warga mulai melakukan mandi dan mencuci di sungai. Pasalnya air sumur mereka cuma bisa digunakan untuk makan dan minum saja.

Rumsi (45) warga Desa Tanjung Bulan Kecamatan Tanjung Sakti PUMI mengatakan, jika saat ini warga beberapa desa di Kecamatan Tanjung Sakti mulai kekeringan.

"Sumur kami sudah kering dek, akibat musim kemarau panjang kali ini. Bahkan untuk mandi, cuci kakus (MCK) air sumur sudah tidak cukup lagi," ujarnya.

 

Untuk mandi dan mencuci warga sudah mulai menggunakan air sungai. Sungai yang ada juga cukup jauh dari permukiman warga yaitu sekitar 5 sampai 10 kilometer.

"Kami terpaksa harus mencuci piring dan alat lainnya di Sungai, kebetulan kami baru saja menggelar hajatan jadi terpaksa harus mencuci di Sungai," katanya.

Bahkan Warga dibeberapa desa di Kecamatan Dempo Tengah Kota Pagar Alam saat ini kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini disebabkan sumur milik warga yang mulai banyak mengering akibat kemarau di tambah pasokan air pipa PDAM daerah yang tidak hidup sejak beberapa tahun terakhir.

Akibatnya warga beberapa desa tersebut setiap hari terpaksa membawa jerigen mengangkut air ke sumber air yang jaraknya sekitar beberapa kilometer dari perkampungan.

Melihat kondisi ini Polres Pagar Alam bersama Pemkot Pagar Alam mulai melakukan giat pembagian air bersih untuk meringankan beban masyarakat yang harus mengangkut air bersih untuk kebutuhan sehari-hari disumber mata air yang lokasinya jauh dari permukiman warga.

Dewi salah seorang warga Desa Simpang Embacang mengatakan, bahwa warga sudah kesulitan hampir beberapa bulan terakhir ini memang sudah kesulitan mendapatkan air bersih.

"Sumur kami cuma cukup untuk makan minum saja dek, sedangkan untuk mandi cuci kakus kami harus ke sungai atau sumber mata air terdekat," ujarnya.

Bahkan jika air sumur sudah kering warga juga terpaksa harus mengambil air menggunakan jerigen di sumber mata air Desa Jangga yang lokasinya hampir 10 kilometer dari permukiman.

"Sehari kami cuma bisa satu kali menyedot air dari sumur itupun hanya bisa beberapa liter saja. Jadi dengan adanya bantuan air bersih dari Polres Pagar Alam ini kami cukup terbantu, kami juga berharap PAM kami juga bisa mengalir agar tidak terjadi lagi kondisi ini saat musik kemarau," katanya.

Sektor pertanian juga mengalami dampak dari kemarau ini, bukan saja petani sayur yang kesulitan mendapatkan air karena lokasi lahan mereka berada di dataran tinggi.

Gagal Panen

Saat ini warga yang mengarap sawah juga mulai terdampak. Tanaman padi sudah kekurangan air yang mengakibatkan padi menguning, tumbuh rumput hingga keretakan tanah.

Kota Pagar Alam sebagai kota yang dikenal dengan hasil pertanian seperti kopi, sayur mayur hingga penghasil beras sedang dilanda musim kemarau panjang yang mengakibatkan gagal panen.

Gagal panen tersebut diakibatkan oleh kekurangan sumber air yang sangat dibutuhkan dalam proses menanam apalagi sawah yang butuh air agar padi tumbuh dengan baik.

Seorang petani di desa Simpang Embacang kelurahan Karang Dalo kecamatan Dempo Tengah kota Pagar Alam, Rusma terlihat menahan tangis melihat ladangnya yang belum genap satu bulan itu sudah mengalami keretakan tanah, padi yang menguning hingga tumbuh rumput liar.

"Hampir satu bulan tanaman padi ini ditanam dampak dari kemarau ini mengakibatkan padi rusak tumbuh rumput hingga mati karena sawah sudah kering," ujarnya.

Dijelaskannya, tanaman padi dari proses menanam hingga panen butuh beberapa bulan, namun saat dilanda cuaca kemarau seperti ini kecil kemungkinan padi akan tumbuh.

"Kalau seperti ini bukan hanya padi yang mati, kami petani juga bisa mati karena jika sawah kering kami gagal panen sedangkan ini adalah penghasilan utama kami," jelasnya.

Penjabat Walikota Pagaralam H Lusapta Yudha Kurnia melakukan pemantauan langsung dibeberapa daearah yang mengalami kekeringan baik itu lahan persawahan hingga warga yang kekurangan air bersih.

"Kita sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak baik itu PDAM, serta TNI/Polri untuk siap memberikan bantuan air bersih kepada masyarakat yang membutuhkan. Silakan lapor ke kelurahan atau Polsek terdekat jika butuh air bersih maka akan kita kirim langsung," ujarnya.

Walikota menjelaskan, jika saat ini yang sangat dibutuhkan masyarakat yaitu ketersediaan air berish terutama kawasan yang sudah mulai kekeringan, jadi lurah diminta untuk aktif memantau situasi di masing-masing daerah.

"Jika memang sudah sangat kekurangan air maka kita setiap hari harus mengirim air kewarga agar mereka tidak kekurangan air unttuk kebutuhan sehari-hari," katanya.

Mandi Air Embung Kotor

Kemarau panjang tahun ini perlahan tapi pasti akan menguras cadangan-cadangan air di sejumlah wilayah Kabupaten PALI.

Fenomena anomali iklim el nino membuat bencana kekeringan di depan mata, jika tidak dikelola dengan mitigasi bencana dari pemerintah daerah.

Kemarau ini menyebabkan krisis air bersih bagi warga. Warga kesulitan mendapatkan Air bersih untuk kebutuhan minum dan memasak.

Krisis air bersih saat ini mulai dirasakan warga di beberapa wilayah Kabupaten PALI. Kondisi tersebut dikarenakan sumber Air di sumur-sumur warga mulai mengering, karena tidak ada curah hujan sejak beberapa bulan terakhir.

Di salah satu Desa yakni Desa Suka Damai Kecamatan Talang Ubi, yang memiliki jumlah penduduk 1600 jiwa, mengalami kesulitan air bersih untuk kebutuhan minum dan memasak sejak beberapa bulan terakhir.

Untuk kebutuhan minum warga membeli air galon, memanfaatkan air dari Balong (embung), bahkan menggali sumur- sumur di kebun untuk mencari sumber air bersih.

"Kalau sumur dirumah sudah tiga bulan ini kering, kalau untuk minum beli Air galon harganya Rp 7 ribu satu galon, kalau untuk mandi dan mencuci beli air Rp 14 ribu untuk satu drum, tapi itu bukan air bersih, air dari Balong," ujar Rusmala, istri Kepala Desa Suka Damai, Sabtu (7/10/2023).

Rusmala juga mengatakan kalau sumur-sumur warga dan juga sumur umum sudah mengalami kekeringan di musim kemarau ini.

"Sebenarnya bantuan sumur galian sudah banyak, tapi karena musim kemarau ini Air nya kering, walaupun masih ada Air nya itu juga hanya sedikit dan sudah keruh, makanya warga kesulitan Air bersih dimusim kemarau ini,"ungkapnya.

Liputan khusus Tribun Sumsel. Musim kemarau panjang yang disebabkan oleh Badai Elnino mulai berdampak buruk untuk masyarakat di kota dan kabupaten di Sumsel. Warga mulai kesulitan air bersih. (PDF TRIBUN SUMSEL)

Hal tersebut juga dikatakan Heri, warga Desa Suka Damai, jika Air sumur warga suda mengalami kekeringan sudah 3 bulan hinggah 4 bulan ini.

Untuk kebutuhan minum dan memasak, Heri juga mengatakan kalau di Desa Suka Damai sebenarnya ada satu Embung yang memang di khususkan untuk minum dan memasak, namun kondisi Air sudah keruh dan berwarna hijau.

"Jadi kalau untuk digunakan kebutuhan minum dan masak, Air tersebut musti di endapkan dulu sehari semalam atau di saring terlebih dahulu sebelum digunakan,"kata dia.

Meski, kondisi Air embung tersebut sudah keruh dan bewarna hijau, namun air tersebut belum mengeluarkan bau sehingga masi bisa digunakan.

Penyakit Gatal

Beberapa warga Desa Suka Damai juga mengeluhkan penyakit gatal-gatal, karena mandi di Air Embung yang sudah kotor, namun warga terpaksa mandi disitu karena tidak ada sumber Air lainnya.

"Sudah tiga bulan sumur kering, jadi terpaksa mandi di Embung, Karena mandi di situ, ini saya mengalami gatal-gatal di sela-sela jari tangan," ujar Rosida sambil menunjukan alergi di jari tangannya saat ditemui.

Keluhan serupa juga dirasakan oleh Nisa, ia juga mengalami gatal-gatal karena mandi di Embung yang Air nya tidak mengalir.

"Air embung itu kan tidak mengalir, jadi kalau banyak warga yang mandi di musim kemarau ini. Air nya semangkin keruh dan menyebabkan gatal-gatal, karena air sabun dari warga mandi tercampur di situ karena air nya tidak mengalir. Saya terpaksa mandi di Embung karena tidak ada air lagi buat mandi, sungai dan sumur juga sudah kering,"tuturnya.

Bidan Desa di Pos Kesehatan Desa (Pokesdes Suka Damai ) Teti Riani juga mengatakan kalau selama musim kemarau ini beberapa warga mengeluhkan kan penyakit gatal-gatal atau alergi.

"Sejak tiga bulan ini ada sekitar 20 warga yang mengalami sakit gatal-gatal, kebanyakan mengalami gatal-gatal di sela-sela jari tangan,"ungkapnya.

Rapik, warga Desa Suka Damai lainnya juga mengatakan kalau selama kesulitan Air bersih untuk kebutuhan minum, warga bergotong royong menggali sumur di dalam hutan atau kebun untuk mendapatkan Air bersih.

Meski Air yang di dapatkan cuma sedikit dari sumur galian sumur tersebut, namun dimanfaatkan warga untuk kebutuhan minum sehari-hari.

"Air sumurnya baru bisa di ambil pada jam 4 Fajar sampai dengan jam 7 pagi, karena air nya harus dikumpulkan terlebih dahulu, itu pun hanya keluar dari mata Air sumurnya sekitar 30 liter sehari,"katanya.

Rapik juga mengatakan kalau lewat jam 7 pagi, air sumur tersebut sudah habis dan harus menunggu jam 4 Fajar lagi baru bisa di ambil kembali.

"Dari 30 liter air yang di dapat dalam sehari, itu pun dibagikan kepada 40 kepala keluarga (KK) di dusun 3 Desa Suka Damai, dan itu tidak mencukupi, banyak juga warga yang tidak kebagian air,"tuturnya.

Kalau untuk mandi, kata Rapik, warga masih menggunakan air embung yang kondisi air nya sudah kotor dan bewarna coklat.

"Memang warga di Dusun 3 walaupun musim hujan dan kemarau mandi di embung. Kalau musim penghujan embung di sini airnya bersih, karena debit airnya tinggi sehingga air embung bisa mengalir, karena musim kemarau ini airnya menjadi dangkal, sehingga tidak mengalir dan menyebabkan kotor dan bewarna coklat," ucapnya.

Menurut Rapik ,warga masih menggunakan nya untuk mandi dan mencuci karena tidak ada sumber air lainya yang bisa digunakan warga untuk mandi.

"Walaupun di Desa Suka Damai ini sudah banyak sumur bantuan pemerintah, namun semuanya kering di musim kemarau ini," ungkapnya.

Kesulitan air bersih juga dirasakan oleh warga Desa Kota Baru Kecamatan Penukal Utara, yang mana Desa tersebut berjarak lebih kurang 6 kilometer dari Desa Suka Damai.

Russiah, warga Desa Kota Baru mengaku harus menempuh jarak 3 kilometer dari rumahnya untuk menuju sumber Air Embung yang biasa digunakan untuk kebutuhan mandi dan mencuci.

Hal itu dikarenakan, sumur di rumahnya sudah mengalami kekeringan sejak 3 bulan ini. Meski kondisi air di embung tersebut sudah surut dan kotor serta bewarna hitam, ia terpaksa tetap menggunakan nya karena tidak ada sumber air lainya.

"Kalau untuk minum saya ambil di sumur yang ada di kebun dekat sini, air nya lumayan jernih, sehingga bisa digunakan untuk kebutuhan minum dan memasak. Setiap hari saya ambil 40 liter menggunakan jerigen dan berjalan kaki dari rumah," katanya saat ditemui akan mandi di embung.

Dikatakan Russiah warga sekitar juga ramai mandi di Embung tersebut, setiap hari nya saat soreh hari ramai motor warga berjejer tepakir dipinggir jalan untuk mandi disini.

Walaupun kondisi Air sudah keruh dan kotor, sejauh ini kata Russiah belum ada warga yang mengeluh gatal-gatal atau sakit perut karena mandi di air embung.

"Saya berharap adanya bantuan Air bersih, kalau bisa dibuat kan sumur bor, sehingga di musim kemarau tidak kesulitan Air bersih, " pintanya.

Kepala BPBD PALI, Ahmad Hidayat ketika dikonfirmasi mengatakan, dampak kekeringan yang terjadi diwilayah Kabupaten PALI bahkan di wilayah Sumatera Selatan, dikarenakan saat ini memasuki puncak suhu maksimum, dengan kondisi extrem sejak akhir september 2023.

Kemarau dengan sifat yang lebih kering, karena adanya elnino merupakan salah satu faktor pemicu terjadi suhu extrem tersebut, dengan rendahnya uap air di udara akibat kemarau.

"Sehingga status sekarang ini waspada hingga awas, karena teradapat indikasi potensi kekeringan meteorologis yang mengakibatkan berkurangnya curah hujan dan terjadi kekeringan di mana-mana," ungkapnya.

Ahmad Hidayat juga menghimbau kepada Masyarakat, Kepala Desa, Lurah dan camat yang wilayahnya kekurangan Air bersih untuk Koordinasi dengan BPBD PALI

"Kami imbau kepada masyarakat, Pemerintah Desa dan Kecamatan untuk melakukan mitigasi terhadap kekurangan air bersih dan segera koordinasi kepada BPBD PALI," pintanya.

Ahmad Hidayat juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan dan menggunakan air bersih secukupnya.

Apabila terpantau kondisi krisis air bersih diimbau untuk segera melapor dan mengajukan permohonan melalui pemerintah setempat kepada BPBD, agar tidak terjadi keterlambatan informasi yang dapat berakibat keterlambatan pemenuhan kebutuhan air bersih.

"Karena hampir seluruh diwilayah Kabupaten PALI kekurangan air, jadi masyarakat yang sangat membutuhkan air bersih untuk masak atau minum dan juga pemerintah desa atau kecamatan untuk segera koordinasi ke BPBD PALI," tandasnya.

Mengutip laman Tribunsumsel.com, BMKG Sumsel menyebut wilayah Sumatera Selatan masih dalam periode musim kemarau, dimana curah hujan yang turun pada dua dasarian ke depan atau hingga 20 Oktober 2023 diprakirakan masih dalam kategori rendah dan sifat hujan awan normal.

Oleh karena itu, potensi terjadinya titik panas di wilayah Sumatera Selatan masih sangat besar.

Masyarakat diharapkan terus waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang timbul selama periode ini, bijak dalam menggunakan air bersih, serta selalu menjaga lingkungan dari potensi bahaya kebakaran hutan dan lahan.

Manfaatkan Air Sumur Tetangga

Memasuki musim kemarau panjang, terlihat debit air Sungai Komering menjadi semakin berkurang serta kualitas air yang keruh dipenuhi berbagai sampah rumah tangga. Tentunya bagi masyarakat yang memanfaatkan air sungai, kondisi ini tidak cukup baik untuk memenuhi kebutuhan mandi dan cuci.

Salah seorang warga Jua-jua, Kecamatan Kayuagung bernama Dahlia mengungkapkan keresahan dirinya di saat air sungai yang semula diandalkan untuk berbagai keperluan, namun saat ini sudah tidak layak digunakan lagi.
Menurut dia, terhitung sejak 3 bulan lalu kondisi kekurangan pasokan air bersih melanda warga.

"Setiap harinya aktivitas mencuci dan mandi hanya mengandalkan sungai. Kendati sudah tidak layak, tetapi mau gimana tidak ada pilihan lain. Kalau untuk keperluan masak dan air minum, kami terpaksa menggunakan sumur tetangga yang saat ini pun volume debit airnya sudah berkurang," ucapnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (7/10/2023) sore.

Dengan keadaan air yang semakin keruh dan berubah warna, ia dan warga lainnya mengkhawatirkan jika sewaktu-waktu akan terserang penyakit. Namun keberadaan sungai merupakan urat nadi bagi kebutuhan warga setempat.

"Sampai sekarang belum mendengar ada warga yang terjangkit penyakit tertentu. Tetapi kalau kondisi terus-menerus seperti ini kami juga khawatir," ungkapnya.

Hal yang sama juga dikhawatirkan Trisnawati. Menurutnya keterpaksaan kekurangan pasokan air bersih membuatnya menempuh risiko ancaman penyakit.

"Kondisi air di sungai sering sekali warnanya berubah, terkadang warna kecoklatan bahkan kadang juga keruh. Namun mesti bagaimana lagi. Daripada tidak mandi, walau terancam berbagai penyakit, tetap kami gunakan juga," terang dia.

Dikatakan warga cukup kerepotan dengan kondisi seperti saat ini, untuk itu dirinya berharap bisa mendapatkan bantuan pasokan air bersih supaya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Kami berharap adanya bantuan pasokan air bersih ke rumah kami, supaya warga di sini tidak lagi kesulitan mendapatkan air yang layak digunakan dan konsumsi," pintanya.

Sementara itu, Marli warga Desa Tanjung Makmur, Kecamatan Pedamaran Timur menyebut hampir rata-rata sumur milik warga di sana sudah mulai kekeringan.

"Adalah puluhan rumah yang sumurnya kering. Kejadian surutnya sumur ini baru sekitar seminggu terakhir. Jadi sekarang kalau mau mandi dan mencuci, mereka terpaksa menumpang ditempat tetangga yang masih terdapat air di sumur," ujarnya.

Menurutnya tidak semua warga kesulitan memperoleh air bersih, karena ada sebagian yang masih memiliki sumur bor dan airnya belum kering.

"Bagi yang punya sumur bor airnya masih banyak, kalau saya dan tetangga menggunakan Pamsimas (Program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat) jadi masih ada air," ungkapnya.

Meskipun demikian, ia berharap kondisi kemarau ini segera berakhir dengan turun hujan.

"Semoga saja segera masuk musim penghujan, supaya masyarakat tidak lagi kesulitan memperoleh air bersih yang layak digunakan dan konsumsi," tandasnya.

Padi Terancam Gagal Panen

Kemarau berkepanjangan yang melanda wilayah Kabupaten Musi Rawas (Mura) Sumsel, membawa dampak buruk masyarakat.

Di musim seperti, beberapa bencana alam sangat berpotensi terjadi, mulai dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) hingga bencana kekeringan yang juga mulai di rasakan oleh masyarakat.


Bahkan, disampaikan Pj Sekda Mura, H Aidil Rusman mengatakan, Musi Rawas kini berada di peringkat ketiga terbanyak terjadi Karhutla di Sumsel setelah Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir terkait Karhutla.


Berdasarkan data kejadian lapangan Satpol-PP dan Damkar Musi Rawas sampai dengan Senin 3 Oktober 2023 berjumlah 61 kejadian dengan rincian :

1. Kebakaran rumah : 23

2. Kebakaran lahan : 30

3. Kebakaran kebun : 5

4. Kebakaran kendaraan : 1

5. Kebakaran Amper listrik : 1

6. Kebakaran SPBU : 1

Untuk itu, Sekda menyampaikan hal ini menjadi perhatian bersama untuk menanggulanginya.

Tak hanya bencana Karhutla, bencana kekeringan juga kini mulai dirasakan oleh masyarakat, khususnya bagi para petani, yang lahan persawahannya kurang suplai air.

Sedangkan, untuk kebutuhan air bersih sejauh ini masih belum ada laporan yang masuk, terkait dengan kesulitan air bersih.

Namun, kemarau panjang yang terjadi, sudah berdampak terhadap lahan persawahan milik petani yang mulai mengering. Akibatnya, ada lebih dari puluhan hektar lahan persawahan yang mangkrak tak dikelola oleh petani.

Pantauan di lapangan, kondisi tersebut terlihat di beberapa Kecamatan seperti Kecamatan Tugumulyo, Sumber Harta dan Kecamatan Purwodadi.

Tak hanya itu, padi milik petani yang terlanjur tanam, juga terancam puso atau gagal panen. Kondisi itu juga terlihat di Kecamatan Tugumulyo, Purwodadi dan juga Sumber Harta.

Sebab, saat ini irigasi yang selama ini menjadi sumber utama suplai air ke lahan persawahan milik petani, mulai mengering.

Seperti disampaikan, Wahyu salah seorang petani di Desa Sukamulya Kecamatan Sumber Harta mengaku, ada puluhan hektar lahan persawahan milik petani yang sudah terlanjur tanam.

"Sebagian besar sudah tanam, kalau totalnya mungkin puluhan hektar, tapi ada yang belum tanam juga," kata Wahyu kepada Sripoku.com, Sabtu (7/10/2023).

Dikatakan Wahyu, untuk usaha padi milik petani yang sudah tanam bervariasi, namun rata-rata belum sampai 2 minggu.

"Rata-rata usianya padi masih dibawah 2 minggu," jelasnya.

Untuk kekeringan sendiri lanjut Wahyu, sebenarnya sudah mulai terlihat sejak sebelum tanam. Namun, petani masih tetap nekat tanam padi, lantaran berharap ada turun hujan.

"Kemarin sempat hujan 2 hari, jadi petani mulai tanam. Tapi, nyatanya sekarang malah kemarau panjang. Irigasi pun sudah kering," jelasnya.

Kini masih kata Wahyu, sebagian padi milik petani yang sudah tanam, mulai menguning dan kering lantaran kekurangan suplai air.

"Kalau tidak ada hujan lagi, bisa jadi padi miliknya ini mati dan gagal panen," ungkapnya.

Ditambahkan Wahyu, dia berharap agar turun hujan dalam waktu dekat ini, sehingga tanaman padi miliknya kembali segar dan bisa tumbuh subur hingga panen.

"Kemarin warga sudah melaksanakan Sholat Istisqo', harapannya Allah segera menurunkan hujan. Kemudian kepada pemerintah, diharapkan solusinya untuk mengurasi resiko kerugian kalau gagal panen," imbuhnya.

Terpisah, Sulaiman salah seorang petani di Desa F Trikoyo mengatakan, hampir sebagian lahan persawahan di Desa F Trikoyo yang belum melakukan penanaman padi.

"Masih banyak yang belum tanam padi," kata Sulaiman kepada Sripoku.com, Sabtu (7/10/2023).

Hal itu dikarenakan lanjut Sulaiman, ada beberapa lahan persawahan yang menurut pemiliknya tidak cukup mendapat suplai air. Sehingga petani memilih menunda tanam.

"Sebab kalau tidak kompak tanam, hasilnya akan sangat tidak maksimal. Jadi petani ini masih saling tunggu, agar kompak semuanya tanam," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Tugumulyo, Sumarno mengatakan, jadwal tanam padi periode 2023-2024 sudah disampaikan kepada Kepala Desa (Kades) dan juga kelompok tani masing-masing.

"Jadwal tanam sudah kami sampaikan ke Kades dan kelompok tani, bahkan sudah sejak 2 bulan lalu," katanya.

Dijelaskan Sumarno, jadwal tanam diawali dengan pengolahan tanah ke satu harusnya dilakukan pada minggu ke 1 dan 2 di bulan Agustus. Selanjutnya, penyemaian harusnya dilakukan di minggu ke 4 di bulan Agustus.

"Pengolahan lahan ke 2 di minggu ke 3 bulan Agustus, dan penanaman padi harusnya dilakukan pada minggu ke 2 bulan September," jelasnya.

Memang diakui Sumarno, sebagian petani sudah melakukan pengamanan padi, khusus untuk lahan persawahan yang mendapat cukup suplai air. Kemudian, ada juga yang belum melakukan penanaman padi sampai saat ini.

"Kalau yang dapat air cukup, mereka sudah tanam. Kalau yang tidak dapat air yang cukup, seperti sebagian di Desa Mataram, di Desa Y Ngadirejo dan di Desa V Surodadi, air tidak sampai. Jadi petani menunggu air masuk," ungkapnya.

Ditambahkan Sumarno, kemudian untuk petani yang lahan persawahannya mendapat suplai air yang cukup, namun belum tanam. Hal itu, karena adanya ketidak kompakan di petani.

"Mereka itu saling tunggu, seperti petani di Desa H Wukirsari perbatasan dengan Desa Mataram, itu mereka saling tunggu. Padahal, sudah dilakukan pertemuan antar petani, tapi belum membuahkan hasil," ucapnya.

Uuntuk itu, Sumarno mengimbau kepada para petani untuk seger melakukan tanam padi, selagi aliran irigasi Kelingi-Tugumulyo masih normal, sehingga memberikan suplai air yang cukup ke lahan persawahan.

"Kita mengantisipasi kemarau panjang dan elnino, jadi petani harus segera tanam, mumpung air irigasi masih normal. Sebab, ketika padi sudah besar itu tidak membutuhkan air terlalu banyak," tutupnya.

Kolam Ikan Kering

Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Lahat, saat ini kian berdampak. Banyak persawahan warga terancam gagal panen lantaran kurangnya pasokan air. Tak hanya itu, kolam kolam warga banyak yang mengering. Bahkan, akibat sumur yang selama ini menjadi andalan kini mengering sehingga memaksa warga untuk melakukan aktifitas mandi cuci dan kakus (MCK) ke sungai Lematang Lahat.

Disisi lain, dampak kemarau juga menyebabkan banyaknya terjadi kebakaran lahan. "Sudah hampir satu bulan ini mandi cuci ke lematang. Akibat sumur dirumah kering. Padahal biasanya walau kemarau setiap harinya sumur masih berisi air dan masih cukup tuk masak dan mandi, " Ujar Manman (38) warga Kota Lahat.

Ia enambahkan tidak ada pilihan lain selain ke aungai Lematang, jika ingin membeli air harganya cukup mahal satu tedmon bisa Rp70 ribu. Dirinya sendiri berharap Pemkab Lahat segera secara masif memberikan bantuan air bersih kepada warga setidaknya untuk kebutuhan memasak.

Terpisah, Sugiono (47) warga Kota Lahat, akibat kemarau panjang yang terjadi dia kolam ikan miliknya kering. Bahkan, tanah kolam mulai retak. Ini baginya merupakan kejadian pertama. "Biasanya walau kemarau cuman surut. Ini kering total. Akibatnya, ikan banyak yang mati. Sebelum mengering total kita sempat menyelamatkan sebagian ikan, " Sampainya.

Sehari sebelumnya, Doa dipanjatkan saat Pemerintah Kabupaten Lahat mengelar sholat istisqa untuk memohon turunnya hujan kepada Allah SWT. Sholat digelar di halaman kantor Pemkab Lahat, Jumat (6/10) digelar agar kemarau segera berlalu dan turun hujan. Terlebih saat ini, dampak kemarau banyak sawah warga yang kering, lahan terbakar dan ada juga yang kesulitan mendapatkan air bersih lantaran sumur mulai mengering.

Sholat istiaqa sendiri diikuti Bupati Lahat H.Cik Ujang.SH didampingi Wakil Bupati Lahat H.Haryanto.SE.MM, Forkopimda, TBUPP, Assisten Staf Ahli, jajaran OPD, Kemenag Lahat, Ketua MUI, Ketua Baznas Lahat, pimpinan pondok pesantren, tokoh agama,tokoh masyarakat, para pelajar dan masyarakat sekitar. Imam sholat istisqa dipimpin Kh.Kushunul Karim.

Bupati Lahat H.Cik Ujang.SH mengungkapkan. Bahwa saat ini bersama - sama meminta pertolongan Allah SWT, agar diturunkan hujan. Lantaran saat ini sudah mulai terjadi kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan.

"Semoga Allah mengampuni segala kesalahan kita. Jika ini adalah cobaan, mudah mudahan kita bisa meminimalisasi dan dapat mengurangi perbuatan buruk kita. Semoga apa yang kita laksanakan pada pagi hari ini dengan melaksanakan sholat istisqa secara berjama'ah. Diijabah oleh Allah SWT dan diturunkan hujan," ungkap Bupati.

Sementara itu, untuk langkah Pemkab sendiri guna mengantisipasi Karhutla telah menyiagakan intansi terkait seperti Damkar, BPBD, serta berkoordinasi dengan pihak- pihak lainnya. Bersama mencegah dna menangani Karhutla. Untuk kekeringan juga akan dipersiapkan pompa air. Termasuk pula digelarnya pasar murah bagi masyarakat, yang mulai terdampak kekeringan. Untuk antisipasi kerawanan pangan, telah dipersiapkan stok beras. Selain itu, juga ada penambahan stok beras. (one/cr42/ndo/cr41/ean)

Baca berita lainnya langsung dari google news

 

Berita Terkini