TRIBUNSUMSEL.COM, SLEMAN - Nama Elwizan Aminudin jadi sorotan setelah diduga jadi dokter gadungan di PSS Sleman, salah satu klub Liga 1 Indonesia.
Dugaan itu mencuat lantaran adanya cuitan di media sosial.
Bagaimana nasib Elwizan Aminudin ?
Buntut dari terbuktinya sebagai dokter gadungan yang menangani tim Liga 1, PSS Sleman, PT Liga Indonesia Baru (LIB) bakal membuat aturan verifikasi dokter tim tidak hanya dilakukan oleh tim bersangkutan.
"Setelah kita tahu kalau dokter yang di PSS (Elwizan Aminudin) memang tidak punya ijazah kedokteran, PT LIB akan ikut menerapkan proses verifikasi terhadap dokter tim, ini jadi pembelajar juga buat kita supaya tidak lagi terulang," kata Direktur Utama PT LIB, Akhmad Hadian Lukita saat dihubungi Tribun Jogja, Kamis (2/12/2021).
Pria yang akrab disapa Luluk itu menjelaskan kalau sebelumnya proses verifikasi dokter untuk tim itu diserahkan sepenuhnya kepada manajemen tim yang bersangkutan.
Tentu melihat kejadian ini menurut Luluk, PT LIB juga harus mengambil langkah.
"Ya sebelumnya verifikasi sama manajemen klub sendiri, tapi kalau seperti ini bahaya juga, apalagi posisinya dokter yang berkaitan dengan kesehatan. Belum lagi dia (Elwizan Aminudin) pernah di beberapa klub Liga 1," ucapnya.
Selain itu pria yang akrab dipanggil Luluk itu juga sudah memastikan ke tim dokter PSSI jika Elwizan Aminudin sudah tidak bekerja di PSS lagi, sekaligus mendapat sanksi.
Seperti telah banyak diketahui, Amin sapaan Elwizan Aminudin pernah bekerja sebagai dokter tim di Bali United, Tira Persikabo, Kalteng Putera, hingga Timnas Indonesia U16 dan U 18.
Awal Mula Terbongkar
Cuitan seorang netizen di media sosial membongkar praktik dokter palsu alias gadungan sebagai dokter tim di klub Liga 1, PSS Sleman.
Adalah Elwizan Aminuddin yang selama ini dikenal sebagai dokter tim PSS Sleman diduga merupakan dokter palsu.
Dugaan itu mencuat lantaran yang bersangkutan tidak terdaftar di Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), maupun PDDikti.
Dilansir Tribun Jogja, mencuatnya skandal ini pertama kali dicuitkan oleh seorang dokter Muhammad Iqbal Amin melalui akun twitter pribadinya.