TRIBUNSUMSEL.COM, LUBUKLINGGAU-Absen, warga RT 04 Kelurahan Taba Jemekeh Kecamatan Lubuklinggau Timur II Kota Lubuklinggau, Sumsel mulai semangat menyadap karet, Kamis (12/11/2020).
Laki-laki berusia 60 tahun ini mengaku bersemangat pergi ke kebun lebih awal dari pada biasanya.
Sebab harga getah karet saat ini terus merangkak naik.
Meskipun Ia bersama dengan istrinya hanya bekerja menyadap karet milik orang lain.
Ia sangat bersyukur naiknya harga karet ini sangat membantu perekonomian keluarganya.
"Alhamdulillah sekarang harga karet sudah Rp 7.000 per kg, naik dari pada biasanya," kata Absen laki-laki yang sudah 25 tahun ini menjadi petani karet ini pada wartawan.
Ia mengaku, sejak pandemi Covid-19 awal Maret lalu sangat kesusahan karena harga karet sangat murah.
Bahkan anak bungsunya terpaksa harus putus kuliah di tengah jalan karena tak punya biaya.
Baca juga: Mengenal Sekda OKU Dr Drs Ir H Achmad Tarmizi SE SH MT MSi MH, Tahun Depan Wisuda ke-9 dan 10
"Kenaikannnya sudah tiga minggu ini biasanya harga getah karet di sini berkisar diangka Rp 5.000 perkg. saat ini ada kenaikan menjadi Rp 7.000 perkg," ungkapnya.
Menurutnya, naiknya harga karet saat ini membuat uang hasil bagi hasil dengan pemilik kebun sangat membantu.
Bahkan dalam waktu dekat ia berencana bila harga karet stabil akan melanjutkan kuliah anaknya.
"Kemarin sempat kuliah dapat bidik misi sampai semester lima di UNMURA, tapi karena pandemi stop dianjurkan jalur mandiri, rencana mau kita lanjutkan lagi karena sudah semester lima," ujarnya.
Ia juga mengaku bersyukur, ditengah harga naik saat ini produksi getah karet cukup stabil, meski pun saat ini sedang musim penghujan dan banyak kadar air.
"Jumlah getah karet yang dihasilkan lumayan, karena sekarang apabila kotor tengkulak tidak mau, mereka sekarang mau milih yang bersih," ujarnya.
Baca juga: Hama Ulat Serang Tanaman Alpokat di Pagaralam, Petani Resah Tak Bisa Panen
Sementara Tri, petani karet sekaligus pemilik kebun karet lainnnya merasa bahagia dengan harga karet naik.