Fahmi (65) ayah dokter Shabrina mengatakan, kepergian anaknya itu adalah untuk mengisi masa jeda setelah berhenti sebagai dokter di RS Pusri dan akan berkerja di salah satu RS di Jakarta.
"Kami tahu di berangkat ke Lampung. Bahkan saya yang membelikan dia tiket satu hari sebelum dia berangkat," ujar Fahmi kemarin.
Tepat di hari keberangkatan Selasa (11/2/2020) lalu, Fahmi bersama istrinya juga yang mengantar Nurshabrina hingga ke stasiun Kertapati Palembang
Saat itu tidak ada gelagat mencurigakan atau hal-hal aneh yang terlihat dari anaknya itu.
Bahkan setelah sampai di Lampung, Nurshabrina sempat memberi kabar melalui pesan singkat bahwa ia telah sampai disana.
"Pak, sudah sampai di Lampung. Dia sempat kabari itu, tapi melalui SMS bukan WA. Alasannya kuota dia habis," ujarnya.
Setelah itu, pihak keluarga juga masih berkomunikasi melalui sambungan handphone dengan dokter Nurshabrina seperti biasanya.
Namun di hari Jumat, (14/2/2020) dokter Nurshabrina mengirim pesan ke Fahmi dan memberi kabar bahwa ia akan pulang keesokkan harinya yakni dihari Sabtu.
"Dan itu jadi pesan terakhir dari anak saya. Setelah itu, telepon, SMS maupun pesan WhatsApp dia sama sekali tidak bisa dihubungi lagi," ujarnya.
Di tengah suasana hati tak menentu itu, Fahmi teringat ucapan sang anak yang berujar bahwa ia akan pulang ke Palembang di hari Jumat.
Ia kemudian datang ke stasiun kereta api di kertapati untuk menunggu dan berharap bahwa anaknya itu akan pulang ke Palembang.
Terhitung sampai lima hari pria paruh baya itu terus berada di stasiun mulai dari pagi hingga malam hari.
Namun keberadaan anaknya tak kunjung nampak.
Hingga akhirnya tepat dihari ke-enam atau dihari Rabu, pihak keluarga memutuskan untuk membuat laporan orang hilang di Mapolda Sumsel.
"Saya sampai ditanya sama sopir taksi disana, bapak nunggu siapa. Soalnya dari pagi buta sampai malam hari penumpang dan petugas sudah sepi, saya terus berada disana," ujar Fahmi.