Isu Enzo Zenz Allie Terpapar Radikalisme, Eks Panglima TNI Angkat Bicara, Kominfo Cari Jejak Digital

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Enzo Zenz Allie Disebut Terpapar Radikalisme, Kepala Sekolahnya Saat SMA Beri Jaminan, Ini Alasannya

TRIBUNSUMSEL.COM -- Isu menyerat taruna akmil Enzo Zenz Allie yang disebut terpapar Radikalisme terus merebak.

Pasca Enzo Zenz Allie dituding merupakan simpatisan dari organisasi terlarang yakni Hizbut Tahir Indonesia (HTI).

Bak sebuah polemik, banyak orang yang memberikan pendapat hingga menimbulkan pro-kontra.

Terbaru mantan Panglima TNI kini menjabat sebagai kepala staf Kepresidenan ikut memberikan tanggapan.

mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko angkat bicara soal Enzo yang lolos Taruna Akmil dan disebut-sebut terlibat organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Moeldoko menegaskan, TNI akan meneliti kembali soal Enzo yang lolos taruna akademi TNI dan diterpa isu terlibat organisasi yang sudah dilarang di Indonesia itu.

Menurutnya, pihak TNI akan melakukan penelitian personel secara bertahap untuk mengetahuinya.

"Di TNI itu mengenal penelitian personel yang bertahap dan berlanjut. Jadi itu nanti akan terlihat dan diikuti dari waktu ke waktu.
Apalagi dalam pendidikan itu akan diikuti dengan baik," kata Moeldoko seusai memberikan Studium Generale pada mahasiswa baru Tahun Akademik 2019/2020 di Unair, Surabaya, sebagaimana dikutip dari Kompas TV, Sabtu (10/8/2019).
Enzo Zenz Allie Akmil Taruna Viral (Tribunnews/kompas)

"Suatu saat orang-orang yang yang memiliki catatan-catatan itu pasti ketahuan.

Kalau itu nyata-nyata pasti akan dikeluarkan. Apalagi di pendidikan. Itu pasti," terang Moeldoko, yang kini menjabat Kepala Staf Kepresidenan.

Moeldoko juga memberi tanggapan atas pendapat bahwa TNI kecolongan sehingga ada Taruna Akmil yang terpapar organisasi terlarang, bisa lulus.

Menurut Moeldoko, semua hal itu bisa terjadi. Sebab, hal-hal seperti itu tidak bisa dideteksi secara psikologi.

"Ternyata pada suatu saat nanti ada anak yang terlanjur masuk atau kecolongan kita, bisa itu terjadi.

Karena psikologi itu sulit melihat orang-orang yang contohnya ini yang biasa nyuri. Itu sulit dilihat dan tidak bisa dilihat di psikologi dan biasa kita di taruna juga sering terjadi begitu," ujarnya.

"Nah, begitu mereka di kampus Akademi Militer maka saat itu akan dikeluarkan. Jadi maknanya adalah penelitian personel itu berjalan terus-menerus di lingkungan TNI," tambahnya.

Ia kemudian mencontohkan, TNI pernah juga kecolongan saat ada orang-orang yang masuk taruna tetapi terindikasi berpaham ideologi komunis.

Halaman
1234

Berita Terkini