Vaksin MR

Sudah Imunisasi Vaksin MR, Apa Masih Bisa Terkena Campak dan Rubella? Ini Penjelasan Dokter

Penulis: Weni Wahyuny
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sharing Session Bersama Komunitas Perangi Rubella Workshop Jurnalis dan Media Kompetisi 'Kampanye Imunisasi Campak Rubella' di Meeting Room Amaris Hotel Palemban, Selasa (28/8/2018).

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Weni Wahyuny

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Banyak pertanyaan setelah imunisasi vaksin Measles and Rubella (MR) apakah masih bisa terkena penyakit campak dan Rubella?

Dokter RSUD Bari sekaligus Ketua Pokja KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bagian infeksi dan tumbuh kembang, Dr Halimah menerangkan tentu masih bisa tertular penyakit campak namun jauh lebih ringan dan tidak berbahaya.

Ia melanjutkan jika belum diimunisasi campak maka penularan lebih berat, lebih lama dan berbahaya.

Baca: Final Sepak Takraw Indonesia Vs Malaysia, Pemain Malaysia Protes Gemuruh Teriakan Suporter Indonesia

"Maka perlu imunisasi tambahan," katanya pada Sharing Session Bersama Komunitas Perangi Rubella Workshop Jurnalis dan Media Kompetisi 'Kampanye Imunisasi Campak Rubella' di Meeting Room Amaris Hotel Palemban, Selasa (28/8/2018).

Sedangkan Rubella, sambung Dr Halimah efikasi vaksin diperkirakan mencapai 90-100 persen setelah mendapatkan imunisasi.

Baca: Tak Hanya Uang, Atlet Panjat Tebing Sumsel, M Hinayah Dapat Bonus Tambahan Usai Meraih Emas

Dr Halomah menjelaskan bahwa kampanye vaksin MR sudah dilakukan sejak Agustus-September 2018 dengan sasaran anak usia 9 bulan hingga lebih 15 tahun keatas meskipun imunisasi dasar dan lanjutan sudah lengkap.

"Vaksin MR disuntikkan di lengan kiri atas," ujarnya.

Dr Halimah pula menginformasikan bahwa tidak semua orang bisa vaksin MR karena ada kontra indikasinya.

Baca: Suporter Pelajar Bikin Ranau Hall Bergemuruh Setiap Detik

Disebutkan Dr Halimah diantaranya individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi, wanita hamil, leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya.
Selanjutnya kelainan fungsi ginjal berat, decompensatio cordis, setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah.

"Vaksin juga tidak dapat diberikan oleh orang yang punya riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn).

Sementara suntik vaksin MR harus ditunda jika sesorangs sedang demam, sedang batuk pilek dam sedang diare.

Baca: 7 Potret Nadia Zerlinda,Selebgram Cantik Bertatto yang Bikin Hotman Paris Kaget,Disebut Mirip Nagita

Dr Halimah melanjutkan pengobatan penyakit campak dan Rubella dengan cara berobat jalan jika pasien campak dan Rubella tanpa penyulit, anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, pengobatan bersifat simptomatik, penderita demam usia dibawah 5 tahun perlu diberikan vitamin A dan istirahat yang cukup.

Dr Halimah mengimbau kepada masyarakat yang belum tahu campak dan Rubella agar mengenal penyakit ini sebagai upaya pencegahannya.

Baca: Beredar Pesan Badan Siber Rekam Telepon-Pantau WA Mulai Senin Kemarin, Ini Penjelasan Kominfo

Campak adalah penyakit infeksi virus akut sangat menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu stadium inkubasi, prodormal dan erupsi.

Sementara untuk penyebab campak adalah adanya virus campak Myxovirus Vindae Measles. Cara penularannya dengan percikan ludah dan melalui jalan napas.

Baca: Berjuang Lawan Kanker, Momoko Sakura Pencipta Manga Chibi Maruko Chan Meninggal Dunia

"Komplikasi beratnya dari penyakit ini adalah radang paru, radang otak, diare, radang telinga, dehidrasi dan kematian," terangnya.

Untuk gejala campak, lanjut Dr Halimah diantaranya demam, bercak kemerahan, batuk, pilek konjungtivitis (mata merah) dan timbul ruam pada muka dan leher kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki.

Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis hingga sampai 4 hari setelah timbul ruam.

Baca: Ini Perbandingan Bonus Atlet Indonesia Vs Malaysia Jika Raih Emas Asian Games,Bak Bumi & Langit

Sementara Rubella adalah penyakit infeksi virus akut, sangat menular yang biasanya berupa penyakit ringan pada anak. Penyebab penyakit ini karena adanya virus Rubella dengan cara penularannya adalah melalui saluran pernapasan pada saat batuk atau bersin.

"Komplikasi beratnya adalah jika menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan yang dikenal sebagai Sindroma Rubella Kongenital atau Congenital Rubella Syndrome (CRS)," terangnya.

Baca: Atlet Silat Suami-Istri Berhasil Kawinkan Medali Emas,Sempat Ucap Janji Kado Spesial Pernikahan

CRS sendiri, jelas Dr Halimah adalah sindrom kecacatan pada bayi baru lahir yang meliputi kelainan pada jantung dan mata, ketulian dan keterlambatan perkembangan.

Penyebabnya adalah ibu hamil terutama trimester pertama yang terinfeksi virus Rubella. Cara penularannya sendiri adalah ibu hamil menulari janin melalui placenta. Ibu hamil terinfeksi di usia kehamilan di bawah 12 minggu resiko janin tertular 80-90 persen.

Baca: Ini Fakta-fakta Atlet Tertua Asian Games 2018, Konglomerat Indonesia yang Sukses Raih Medali

"Jika infeksi di kehamilan 15-30 minggu resiko janin tertular 10-20 persen," terangnya.

Untuk sindrom Rubella Kongenital, terang Dr Halimah janin beresiko tinggi alami kelainan telinga (gangguan pendengaran), mata (katarak, kelainan bentuk dan fungsi, glaukoma Kongenital) dan jantung (patensi duktus arteiosus defek septum atrium/ventrikel jantung) dan lain sebagainya.

"Paling bahaya adalah janin meninggal dalam kandungan," jelasnya.

Berita Terkini