Mereka antusias mendengarkan paparan demi paparan dari narasumber.
Momen ini tak disia-siakan Menhub Budi Karya Sumadi yang merupakan asli kelahiran Palembang. Dia mengajak masyarakat segera menjadikan LRT Palembang sebagai gaya hidup masa kini.
"Pembangunan transportasi massal yang modern ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi yang ingin memberikan layanan maksimal kepada rakyat Indonesia, seperti halnya di Sumsel ini. LRT merupakan angkutan massal yang akan diragamkan dengan angkutan lain," ujarnya.
LRT dibangun pemerintah agar orang perkotaan tidak lagi terkendala macet. Karena itu dia mengajak masyarakat untuk mulai meninggalkan angkutan pribadi dan beralih ke angkutan massal.
"Palembang sudah jadi model dan kita tidak ingin LRT dimanfaatkan sekarang saja, tapi harus continue dan jadi lifestyle. Ini harus menjadi lifestyle seperti kita pakai gadget. Kita juga harus bangga karena 80 persen LRT hasil karya anak bangsa," kata Budi.
Menhub menjelaskan, pengaturan koneksi LRT bisa dilakukan dengan moda transportasi yang ada di Palembang, baik itu bus trans musi (BRT), angkot dan transportasi lainnya.
"Interkoneksi ini bisa dilakukan dengan LRT sebagai moda transportasi utama. Dimana moda transportasi lainnya menjadi feeder (penghubung) untuk penumpang menuju ke stasiun LRT," ujar dia.
Pengembangan interkoneksi LRT dengan transportasi lain merupakan tugas pemerintah daerah bagimana membuat ini dapat berjalan.
"Palembang menjadi kota pertama dibangun LRT, sehingga Palembang bisa jadi model bagi pembangunan transportasi suatu kota. Kalau ini jadi model maka keharusan bagi kita menjadikan model ini berhasil. oleh karnanya saya all out di Palembang ini untuk menjadikan lifestyle masyarakat," ungkapnya.
Hanya saja, untuk LRT saat ini masih terkendala di kecepatan, karena memang masih dibatasi demi keamanan dan kenyamanan.
Saat ini waktu yang di butuhkan sekitar 60 menit atau 1 jam dari Bandara sampai ke DJKA dengan kecepatan rata-rata 18 sampai 20 menit per kilometer.
"Saat Asian games nanti kecepatan akan kita tambah, sehingga jarak tempuh Bandara-Jakabaring bisa 45 menit," ujarnya.
Terhitung sejak 1 Agustus kemarin, tarif LRT ditetapkan Rp 5.000 untuk jarak dekat, dan Rp 10 Ribu untuk Bandara-Jakabaring serta sebaliknya.
Ini merupakan harga subsidi dari pemerintah yang besarannya sekitar Rp 200-300 miliar per tahun.
"Subsidi akan ditanggung pemerintah selama dua tahun, dan di tahun ketiga kami perkirakan sudah cukup mandiri, sehingga bisa ditetapkan harga ideal atau harga semestinya yang dua kali lipat dari harga subsidi saat ini," kata Budi.