Berita Palembang
Mengenal Kampung Kayangan, Pusat Pengrajin Layang-Layang dari Seberang Ulu I Palembang
Layang-layang merupakan permainan klasik yang tak lekang oleh waktu, masih menjadi primadona di Palembang.
Penulis: Syahrul Hidayat | Editor: Sri Hidayatun
TRIBUNSUMSEL.COM,PALEMBANG - Memasuki Lorong Sepupu, Jalan Wahid Hasyim, Kelurahan 3-4 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu Satu, Palembang, suasana ramai langsung menyambut, pendatang dan pembeli, Rabu (20/8/2025).
Hampir seluruh warganya adalah perajin layang-layang. Setiap sudut, terlihat kesibukan warga yang berbeda dari lorong lainnya.
Layang-layang merupakan permainan klasik yang tak lekang oleh waktu, masih menjadi primadona di Palembang.
Seorang bapak tampak menggergaji bambu hijau di depan rumah, sementara tidak jauh dari rumahnya, seorang ibu cekatan meraut online-bilah bambu hingga sehalus lidi.
Pemandangan ini bukan sekedar aktivitas rutin, melainkan bukti semangat juang para perajin layang-layang yang tak pernah padam. Dari pagi hingga jelang sore.
"Kalau musim layangan tiba, kami makin sibuk. Saya sudah bikin layangan sejak SD, hampir dua puluh tahun," kata Zubaidah, sambil tangannya terus merangkai bambu di teras rumahnya bersama ibu ibu lainnya.
"Kami sambil ngobrol juga meraut bambu untuk kerangka layangan, ada dua bambu ukuran lidi, satu bambu lanang itu yang agak keras dan yang lembut melintasi bambu betina," jelasnya lagi.
Tradisi ini sudah dihapus sejak tahun 1970-an dan diwariskan secara turun-temurun.
Bagi banyak keluarga di sini, membuat layang-layang bukan sekadar hobi, melainkan sumber penghasilan tambahan, terutama bagi para ibu rumah tangga.
Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, mereka akan berkumpul di depan atau lorong rumah untuk melakukan proses produksi dan merangkai layangan, mulai dari merangkai bambu, membuat kerangka, hingga menempelkan kertas.
Pemandangan ini terlihat dari pagi hingga sore hari.
Proses pembuatannya masih sangat tradisional, mengandalkan keterampilan tangan.
Dalam sehari, seorang perajin bisa menghasilkan 100 hingga 150 layangan.
Nazarudin, salah satu perajin senior, bahkan bisa memproduksi 200 layangan per hari.
Baca juga: Mengenal Kampung KB Layang-layang, Penghasil Layang-layang di Palembang, Pembuat Mulai Berkurang
“Sehari 200 layangan, seminggu bisa 1.000. Kalau dihitung, omzet bersihnya sekitar Rp 2,5 juta per bulan,” tutur Nazarudin, yang beralih profesi dari tukang bangunan menjadi perajin layang-layang aduan.
Ia menambahkan, layang-layang buatannya dicari sepanjang tahun, terutama oleh komunitas layang-layang yang sering memesan melalui WhatsApp.

Meskipun metode pembuatannya masih tradisional, pemasaran layang-layang dari Kampung Kayangan sudah merambah ke dunia modern. Para perajin memanfaatkan media sosial untuk menjangkau pembeli dan mempertahankan pelanggan setia.
Harga layang-layang yang dijual sangat terjangkau yaitu Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per buah.
Tidak hanya laris di Palembang, layangan dari kampung ini juga telah dikirim hingga ke luar kota seperti Muara Enim, Batam, bahkan Solo.
Sementara untuk bahan baku berupa bambu, kertas, lem, pewarna mudah didapat dan harga masih terjangkau.
"Bambu dari Sungki dan Kemang. Kertas kami beli di kawasan Masjid Agung, pewarna banyak di online ada, pasar pun ada. Jadi kalau aku beli semua bahan itu dalam 100 layang dapat 75 ribu," jelas Nazarudin lagi.
Asmawati, seorang perajin yang membawa dua plastik berisi 130 layangan, siap menuju Pasar 16 Ilir untuk dijual. "Satu plastik ada 65 buah, saya jual Rp 1.000 per buah," demikian singkat sebelum naik angkot.
Saat ini, terdapat 37 perajin dari 77 kepala keluarga di kampung yang juga dikenal sebagai Kampung Kreatif Kayangan ini.
Lurah 3-4 Ulu, Rama Fitri, berharap adanya kejuaraan layang-layang di masa depan dapat mengangkat nama dan memperkenalkan para perajin di sini ke khalayak yang lebih luas.
“Kemarin Kampung ini kita ikut lomba Kampung Kreatif Kota Palembang. Dari Kelurahan 3-4 Ulu diangkatlah jadi Kampung Layang Layang atau disingkat Kayangan,” jelas Rama.
Kreativitas dan semangat para perajin di Kampung Kayangan membuktikan bahwa permainan sederhana ini masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat dan menjadi denyut nadi ekonomi sebuah perkampungan.
"Kita diharapkan semoga kota Palembang ada tempat khusus untuk lomba layang layang," harapnya.
Kedepan juga Rama menginginkan "reko" atau gambar pada layangan itu punya ciri khas produksi dari Kayangan. "Layangan kan banyak yang buat, selain kita juga daerah lain pasti ada, agar ada ciri dari kampung sini, akan kita buat reko atau gambar khas, bisa jadi Jembatan Ampera dan songket, ikon Palembang," tutup Rama.
Baca berita lainnya di google news
Kejari Palembang Akui Geledah Kantor Perkimtan Terkait Kasus Korupsi, Tegaskan Tak Ada OTT |
![]() |
---|
Bidar Palembang dan Pacu Jalur Riau, Serupa tapi tak Sama, Pengalaman Novie Ikut Pelatihan ABCID |
![]() |
---|
Peby Anggi Pratama Resmi Dilantik Jadi Ketua HIPMI Palembang, Tingkatkan Kerjasama Dengan Pengusaha |
![]() |
---|
Universitas MDP Buka Program Studi Desain Komunikasi Visual, Syarat-Biaya Pendaftaran & per Semester |
![]() |
---|
Sertin Agustina Raih Gelar Magister Administrasi Publik di FISIP Universitas Sriwijaya, IPKnya 4.0 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.