Penculikan di OKI

Bocah 6 Tahun Dibunuh dan Dirudapaksa, Camat Pedamaran OKI Ungkap Kondisi Desanya Pasca Warga Ngamuk

Seorang anak perempuan yang dikenal ceria dan mudah bergaul ini, justru menjadi korban tindakan tak senonoh oleh Rozi Yanto yang merupakan warga desa.

Penulis: Winando Davinchi | Editor: Slamet Teguh
TRIBUNSUMSEL.COM/WINANDO DAVINCHI
EMOSI WARGA -- Kondisi terkini rumah tersangka Rozi Yanto (20 tahun) di Dusun 3, Desa Menang Raya, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir pada Minggu (27/7/2025) siang. Rumah Rozi dirusak warga hingga keluarganya harus dievakuasi polisi karena Rozi membunuh dan merudapaksa bocah SD yang masih satu kampung dengannya. 

TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG -- Kasus pembunuhan dan rudapaksa terhadap RDP (6) yang merupakan siswi kelas 1 SD Negeri 5 Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir menimbulkan luka mendalam dan menjadi pelajaran bagi masyarakat luas.

Seorang anak perempuan yang dikenal ceria dan mudah bergaul ini, justru menjadi korban tindakan tak senonoh oleh Rozi Yanto yang merupakan warga sedesa.

RDP ditemukan tewas di kebun karet di OKI.

Akibat kejadian tersebut, ribuan warga berbondong-bondong mendatangi rumah pelaku dan melakukan pengrusakan yang membuat jendela kaca dan genteng pecah, serta perabotan yang ada di dalamnya berserakan.

Pasca kejadian, Camat Pedamaran, Yusnursal mengatakan kondisi sekarang di Desa Menang Raya kondusif dan tidak adalagi masyarakat yang mendatangi rumah pelaku.

"Sekarang sudah tak adalagi masyarakat yang berkumpul atau melakukan kegiatan-kegiatan anarkis di rumah pelaku. Kondisinya sudah aman dan kondusif," ujarnya dihubungi awak media pada Selasa (29/7/2025) siang.

Selain itu, pihaknya mengumpulkan 14 orang kepala desa di Kecamatan Pedamaran untuk mengimbau ke masyarakat supaya menjaga anak disekolah maupun saat dirumah.

"Seluruh kepala desa diminta untuk mengimbau kepada seluruh warga baik melalui kegiatan kondangan, yasinan maupun di masjid-masjid,"

"Kami berharap seluruh orang tua agar selalu menjaga anak-anaknya saat berada diluar rumah, kami sangat berharap kejadian serupa tidak terulang kembali," ungkapnya.

Baca juga: Baru 2 Minggu Masuk Sekolah, Fakta Pilu Bocah SD di OKI Dibunuh-Dirudapaksa, Dikenal Rajin Belajar

Baca juga: 6 Fakta Bocah di OKI Dibunuh dan Dirudapaksa, Pelaku Santai Pulang usai Membunuh, Rumahnya Dikepung

Berikut fakta-fakta yang dirangkum Tribunsumsel.com terkait kasus pembunuhan bocah 6 tahun di OKI:

1. Hilang Dibawa OTK

Sebelumnya, masyarakat di wilayah Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir dihebohkan dengan hilangnya seorang anak berusia 6 tahun diduga diculik pada Sabtu (26/7/2025) siang.

Ketika dikonfirmasi, Rayhan salah seorang warga mengatakan awalnya korban bersama dengan temannya tengah bermain di pasar pagi yang ada di Dusun 1, Desa Manang Raya, Kabupaten OKI.

"Menurut informasi saat korban dan temannya sedang bermain di area pasar pagi, tiba-tiba ada laki-laki dewasa yang  datang dan mendekati korban. Selanjutnya korban segera diajak pergi oleh pria tersebut," paparnya.

Dikatakan, setelah korban diduga diculik sejak jam 12.00 WIB, hingga kini korban tidak kunjung kembali.

"Sejak dikabarkan hilang tadi siang, sampai dengan sore ini korban belum juga pulang. Warga sekitar dan keluarga masih lakukan pencarian," sambungnya.

2. Ditemukan Tewas di Kebun Karet

Seorang anak perempuan RDP (6) ditemukan dengan kondisi tidak bernyawa di area perkebunan karet Desa Pedamaran 5, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) pada Sabtu (26/7/2025) malam.

Seorang saksi mata, Lis mengatakan area tempat kejadian perkara ini merupakan wilayah rawa yang dekat dengan sungai tempat orang menyebrang untuk ke desa lainnya.

Menurutnya, sekira tepat pada jam 11.00 wib ada dua orang (korban dan pelaku) berjalan kaki menuju arah ke dalam kawasan rawa.

"Biasanya memang ada warga yang sengaja menaruh perahu di rawa. Makanya saat kemaren ada dua orang yang berjalan menuju ke tempat kejadian kami tidak curiga, karena ada jalur sungai" ungkapnya.

Masih kata Lis, berselang beberapa jam kemudian terdapat informasi adanya seorang anak kecil yang dinyatakan hilang di pasar pagi di Desa Menang Raya.

"Setelah melihat ada orang hilang yang beredar di Facebook, barulah kami curiga kalau yang tadi siang lewat adalah korban dan pelaku,"

"Beberapa warga juga mulai sibuk mencari keberadaan dari korban," sambungnya.

Seusai melakukan pencarian secara intensif dengan memakai drone dan  dibantu oleh paranormal. Barulah ada warga menemukan korban dalam keadaan tewas tergeletak didalam area rawa semak belukar di belakang kebun karet.

"Warga melihat korban dan pelaku lewat sini sekitar jam 11.00 wib dan warga baru menemukan jenazah korban sekira jam 23.00 wib. Atau tepatnya 12 jam setelah kejadian," terangnya.

3. Warga Hancurkan Rumah Pelaku

Tak berselang lama setelah penemuan jasad, amarah warga memuncak hingga merusak rumah pelaku, Rozi Yanto (20), yang ternyata masih satu desa dengan korban.

Masyarakat tidak terima atas perbuatan pelaku yang tega berbuat asusila dan menewaskan RDP (6) dan mayatnya ditemukan di dalam area perkebunan karet.

Disampaikan Kades Menang Raya, Rian Syaputra bahwa rumah pelaku menjadi bulan-bulanan masyarakat.

Mereka mengepung rumah pelaku hingga melemparkan batu sampai kondisi rusak dan perabotan juga berserakan.

"Rumah tidak dirobohkan, karena struktur rumah permanen (beton). Namun jendela kaca pecah semua, genteng juga dilempari batu hingga habis dan perabotan yang di dalam rumah juga rusak berserakan," ujarnya, kepada Tribunsumsel.com pada Minggu (27/7/2025) siang.

"Memang amukan warga tadi pagi tidak bisa dibendung lagi. Karena bukan hanya masyarakat Menang Raya saja, tetapi se Kecamatan Pedamaran yang turut menyerbu rumah pelaku," katanya menambahkan. 

Meski kondisi di lokasi tak kondusif, Rian menyebut pengamanan terus dilakukan dan beberapa petugas kepolisian berjaga di lokasi.

Setelah informasi penangkapan pelaku sekitar pukul 09.00 WIB, pemerintah desa dan kepolisian segera mengamankan pihak keluarga pelaku ke tempat yang aman.

4. Pelaku Iming-iming Jajanan ke Korban

Tersangka dihadirkan dalam rilis di Polres OKI, Minggu (27/7/2025). Ia dibawa menggunakan kursi roda lantaran betis kirinya mengalami luka tembak. 

Kapolres OKI, AKBP Eko Rubiyanto mengatakan dari hasil penyelidikan awal diketahui, korban tewas karena dicekik kemudian tubuhnya dirudapaksa tersangka. 

Dari hasil penyelidikan intensif diketahui bahwa pelaku membujuk korban dengan dalih membelikan makanan ringan dan mencari pipet (sedotan). 

Baca juga: Pengakuan Rozi Pembunuh Bocah SD di Menang Raya OKI, Iming-imingi Jajanan Lalu Rudapaksa Korban

Tanpa curiga, korban mengikuti pelaku hingga akhirnya dibawa ke area semak-semak di sekitar dusun.

"Setelah sampai di lokasi, pelaku merebahkan korban ke tanah dan menciumi tubuhnya. Ketika korban berteriak dan berusaha melawan. Pelaku langsung membekap mulut korban menggunakan tangan kiri dan mencekik leher korban dengan tangan kanan hingga korban tidak sadarkan diri dan akhirnya meninggal dunia," katanya ditemui Tribunsumsel.com di Mapolres OKI pada Minggu (27/7/2025) siang.

Tak berhenti sampai di situ, AKBP Eko mengatakan pelaku membuka pakaian korban dan melakukan tindak asusila sebanyak dua kali.

5. Ngaku Kecanduan Film Dewasa

Saat ditemui di Mapolres OKI, tidak terlihat adanya penyesalan dari wajah pelaku Rozi yang sangat tega menghilangkan nyawa anak yang masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar.

Ia melakukan perbuatan keji itu didasari karena ingin menikah dan kecanduan menonton film dewasa.

"Pelaku ini sering menonton film porno. Sehingga pelaku terpikir atau berniat untuk menyetubuhi korban. Makanya pelaku mengiming-imingi korban agar mau dibujuk mengikuti pelaku kedalam area kebun karet. Saat itu pelaku melakukan aksinya dan mendekap mulut korban. Hingga akhirnya meninggal dunia," ungkapnya.

Rozi sendiri sudah kenal dengan korban sejak setengah tahun yang lalu dan memang mengincarnya.

"Saya sudah setengah tahun kenal dia, sering ketemu juga," paparnya.

Dikatakan kembali, awal mulanya pelaku mengajak korban untuk membeli ciki (jajanan), setelah itu saya membawanya kedalam hutan (kebun karet).

"Sampai di sana saya cekik lehernya dan sekap mulutnya dengan tangan kiri. Abis itu saya perkosa sebanyak dua kali," sambungnya.

Diakui Rozi, alasan melalukan hal tersebut karena sudah lama ingin menikah. 

"Saya pengen bebini (menikah) dan memang hobi nonton film porno," urainya.

Saat disinggung terkait alasan tidak memilih mengajak wanita lain untuk diajak melakukan hal tersebut.

Rozi berasalan memilih anak dibawah umur karena tidak dapat melawan.

"Kalau yang besar tidak sanggup melawannya. Makanya pilih korban wanita yang masih kecil ini," ujarnya.

Seusai melakukan aksinya tersebut, Rozi mengaku dengan santai meninggalkan lokasi kejadian dan berlari pulang ke rumahnya di Desa Menang Raya.

"Setelah kejadian, saya langsung pulang ke rumah," pungkasnya.

Akibat perbuatannya, Rozi dikenakan pasal 80 KUHP 376C ayat 3, pasal 81 76 D ayat 1 Undang-undang tahun 2016.

Ia terancam hukuman 15 tahun penjara.

6. Keluarga Minta Pelaku Dihukum Setimpal

Duka mendalam menyelimuti keluarga korban. Indra, ayah RDP, tak henti menahan tangis dengan mata memerah. Melis, ibu korban, menceritakan bahwa temannya yang melihat kejadian sempat memberitahunya,

"Waknya diajak kakak-kakak, dak tau siapa. Tangan Rania dipegang."

Saat melihat jenazah putrinya, Melis menemukan banyak lebam dan lecet di paha, kaki, dan telinga anaknya. Ia juga menyatakan adanya bekas tindak kekerasan di area vital korban.

Melis menegaskan bahwa ia sama sekali tidak akan memaafkan pelaku.

"Hukum setimpal, mau itu hukuman mati atau penjara seumur hidup. Tolong ditegakkan keadilan pak, hukum budak (orang) itu. Bukan dak waras budak itu, tidak mungkin (dak waras)," tegas Melis dengan pilu.

Ia sama sekali tidak terima dengan apa yang dilakukan pelaku terhadap bocah malang tersebut hingga meregang nyawa dengan cara menyedihkan.

"Tidak ikhlas aku pak. Badan dia di kaki lecet lebam semua, anak sekecil itu dipaksa sama pelaku sakit dia (korban)," katanya.

Meski sudah mengetahui pelaku sudah ditangkap dan ternyata masih satu desa dengannya, Melis tidak ingin mau tahu wajahnya seperti apa.

"Lihat wajahnya saja saya tidak mau. Tidak kenal sama pelaku ketemu saja belum pernah, " cetusnya.

Semasa hidupnya, korban dikenal ceria dan periang.

Melis seolah tidak percaya dan sulit menerima kenyataan RDP anaknya yang baru saja masuk sekolah di kelas 1 SD selama dua minggu sekarang sudah tiada.

"Barulah dua minggu pak, Rania tu masuk sekolah. Satu minggu saya antar jemput, satu minggu selanjutnya dia tidak mau dijemput pulang sama temannya," katanya.

RDP dikenal sebagai anak yang periang dan aktif bicara, yang menjadi kesedihan Melis dan suaminya Indra, adalah keinginan almarhumah memiliki handphone karena sering rebutan dengan kakaknya.

"Ceria, nyenyes anak ini orangnya. Ada lah satu keinginan dia, katanya mau HP karena sering berebut sama kakaknya yang SMP. Mak aku nak HP katanya, saya jawab iyo kagek kito cari yang seken," katanya.

(*)

 

 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved