Guru di OKU Timur Hilang

Guru di OKU Timur Kabur Karena Menolak Dijodohkan, Kini Dibatalkan, Keluarga Harap Yunita Pulang

Drama penolakan perjodohan di Desa Gantiwarno, Kecamatan Belitang III, Kabupaten OKU Timur, memasuki babak baru.

|
Penulis: CHOIRUL RAHMAN | Editor: Slamet Teguh
Kolase Tribunsumsel.com/ Handout
MEDIASI KELUARGA -- Kepala Desa Gantiwarno, Wahyudi Purnomo (tengah), memimpin proses mediasi antara keluarga Yunita dan pihak pelamar, Kamis (19/06/2025). Rembug ini digelar menyusul penolakan Yunita atas perjodohan (Kiri) dan Foto Yunita (Kanan). 

TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA – Drama penolakan perjodohan di Desa Gantiwarno, Kecamatan Belitang III, Kabupaten OKU Timur, memasuki babak baru.

Yunita, seorang guru muda yang sempat dikabarkan hilang beberapa waktu lalu, ternyata meninggalkan rumah atas keputusannya sendiri.

Aksi ini dilakukannya sebagai bentuk penolakan terhadap perjodohan yang tidak ia kehendaki.

Peristiwa ini bermula saat Yunita meminta keluarganya untuk membatalkan pertunangannya dan mengembalikan lamaran beserta seserahan kepada pihak laki-laki, yang tak lain adalah tetangga keluarga mereka.

Permintaan tersebut disampaikan melalui sepucuk surat yang ia tinggalkan bersama telepon genggamnya, yang ditemukan dalam jok sepeda motor miliknya.

Dalam surat itu, Yunita menyatakan bahwa ia akan kembali ke rumah jika keinginannya dipenuhi.

Kepala Desa Gantiwarno, Wahyudi Purnomo, saat dikonfirmasi pada Kamis (19/6/2025), membenarkan bahwa mediasi antara kedua pihak keluarga telah dilakukan.

“Dari pihak keluarga sudah memenuhi apa yang diinginkan oleh Yunita untuk mengembalikan lamaran kepada pihak laki-laki. Oleh sebab itu, orang tua Yunita berharap anaknya untuk segera kembali ke rumah,” katanya.

Ia juga menegaskan bahwa pihak pelamar telah menerima keputusan tersebut dengan lapang dada.

“Sudah dirembugkan, dan pihak pelamar sudah menerima bahwa Yunita memang tidak ingin melanjutkan perjodohan itu,” jelasnya.

Dengan fakta-fakta tersebut, pihak desa memastikan bahwa kepergian Yunita bukan karena kehilangan atau penculikan, melainkan keputusan pribadi yang diambil karena ketidaksetujuannya atas perjodohan yang dirancang keluarga.

Meski proses pengembalian lamaran telah selesai dan kesepakatan tercapai, Yunita hingga kini belum kembali ke rumah.

Pihak keluarga masih menunggu dengan harapan ia akan segera pulang, sebagaimana yang dijanjikan dalam suratnya.

Peristiwa ini membuka diskursus baru mengenai posisi perempuan dalam tradisi perjodohan.

Tindakan Yunita, yang memilih meninggalkan rumah demi menolak kehendak orang tua, menunjukkan keberanian untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved