Berita UMKM
Melirik Keripik Jengkol Yana, Usaha Rumahan di Kampung Jengkol PALI Jadi Penopang Ekonomi Keluarga
Jengkol atau jering dalam bahasa lokal di Kabupaten PALI, merupakan sejenis buah polong yang cukup dikenal masyarakat.
Penulis: Apriansyah Iskandar | Editor: Moch Krisna
TRIBUNSUMSEL.COM, PALI -- Jengkol atau jering dalam bahasa lokal di Kabupaten PALI, merupakan sejenis buah polong yang cukup dikenal masyarakat.
Buah ini dapat diolah menjadi hidangan keluarga dan cemilan yang menggoda selera.
Selain itu Jengkol juga disebut bermanfaat untuk kesehatan tubuh karena kandungan vitamin, zat besi, kalsium dan fosgor yang terkandung di dalamnya.
Disisi ekonomi-pun masih menjanjikan pangsa pasar, baik dalam bentuk mentah ataupun yang sudah diolah, seperti keripik jengkol salah satunya.
Potensi ini dibaca Rudiyana (49), salah seorang warga lorong asrama RT 04 RW 10 Kelurahan Talang Ubi Timur Kecamatan Talang Ubi Kabupaten PALI.
Melalui kepiawaian ibu rumah tangga yang kerap disapa bik Yana ini, buah jengkol tersebut dijadikannya sumber usaha penopang ekonomi keluarga dengan cara memproduksinya melalui pembuatan kripik atau biasa disebut dengan "Keripik Jering".
Yana menerangkan, niat awal saat merintis usaha ini, berawal dari coba-coba membuat usaha produk makanan dari bahan baku jengkol, untuk mengisi waktu luang sembari mengurus rumah tangga.
Namun siapa sangka Yana justru mendapat omzet jutaan rupiah dari usaha keripik jengkol bernama "Keripik Jengkol Barokah."
Menariknya, Keripik Jengkol Barokah, dirintis dengan modal awal sekitar Rp 50 ribu.
Di tangan Yana, jengkol yang dikenal bau disulap menjadi produk makanan olahan yang nikmat dikonsumsi dan tidak berbau.
Kepada Sripoku.com saat ditemui dirumahnya, Yana menceritakan, ia mulai menekuni usaha keripik jengkol ini sudah dijalani sejak sepuluh tahun yang lalu, pada 2015 silam.
"Kalau mulai buka usaha keripik jengkol sudah sekitar 10 tahunan. Tapi untuk pemasarannya berkembang luas dan optimal baru sekitar 5 tahun. Awalnya kita coba-coba beli sedikit jengkol untuk membuat keripik. Karena banyak yang beli dan minta dibuatkan keripik, muncul ide untuk menekuni usaha keripik jengkol ini, sehinggah menjadi tambahan ekonomi keluarga," ujar Yana, Senin (2/6/2025).
Awalnya usaha keripik jengkolnya itu, dipasarkan dengan cara dititipkan di warung- warung sekitar.
Ia juga pernah mengalami kegagalan, karena produk keripik jengkolnya tidak bisa bertahan lama di warung.
Akhirnya Yana menemukan solusinya, dimana dengan pemberian resep racikan pada sambal yang lebih pas, dan diberikan menunggu dingin agar keripik renyah.
Sambal racikan tersebut, dibuat dengan komposisi bahan berupa cabai, bawang putih, garam, gula dan penyedap rasa, sehinggah memiliki cita rasa pedas manis yang pas di lidah dengan tekstur renyah.
Selain itu, jika untuk proses pengiriman yang membutukan waktu lama, sambal tersebut dibungkus dengan pelastik kecil dan dipisahkan dari keripik jengkol yang sudah di goreng atau tidak dilumuri ke keripik, sehinggah produk keripik jengkolnya bisa bertahan hingga tiga minggu.
Dalam berjalannya waktu, meski dengan kemasan dan brand sederhana, usaha keripik jengkolnya cukup dikenal banyak orang.
Pelanggan saat ini, tidak hanya sekadar warga di Kabupaten PALI, ada juga pelanggan dari berbagai daerah di sumsel.
Bahkan ada juga pelanggan yang datang memesan kripik buatanya untuk dibawa ke pulau Jawa, Kalimantan, Bali dan sebagainnya.
“Kalau dulu pemasaranya hanya dititip di warung. Saat ini, banyak pelanggan yang datang kerumah untuk melakukan pemesanan, kita juga melayani pemesanan keripik jengkol via online melalui Facebook atau WA," tuturnya.
Ia mengaku dalam usaha ini, kendala utamanya adalah ketersediaan bahan baku, karena buah jengkol merupakan buah musiman.
Jika sedang tidak musim, harga jengkol bisa berkali lipat dari harga normal, seperti harga saat ini, sudah mencapai Rp 40 ribu perkilogram.
“Biasanya kalau lagi musim, harga buah jengkol Rp 10 ribu perkilogram, tapi kalau gak musim bisa capai Rp 40 ribu perkilogram. Kalau harganya sudah mahal, kita stop dulu pembuatan, karena selain mahal, kualitas jengkolnya juga tidak bagus. Proses pembuatab keripik baru lanjut lagi ketika musim jengkol, biasanya kita melakukan pembuatan keripik dari bulan Agustus sampai bulan Oktober, saat musim jengkol,"ungkapnya.
Dalam rentang waktu selama tidak beraktivitas membuat keripik, Yana hanya menjual stok yang sudah jadi keripik dari musim jengkol sebelumnya.
Karena, saat musim jengkol, Yana membeli buah jengkol dalam jumlah banyak, untuk dijadikan keripik, sehingga ketika sedang tidak musim jengkol, masih ada stok untuk dijual.
"Kalau sudah dijadikan Keripik mentah yang belum digoreng, bisa awet sampai satu tahun lebih, asalkan dikemas dalam pelastik yang diikat rapat dan tidak terkena air, agar tidak lempam dan jamuran," kata dia.
Yana juga mengatakan, Jengkol yang dijadikan keripik merupakan buah jengkol tua dan berkualitas bagus, jika masih muda, tentu akan berimbas pada rasa pahit setelah jadi keripik.
Untuk proses pembuatan keripik jengkol sendiri, lanjut Yana, awalnya buah jengkol di belah menjadi dua setelah dikupas kulitnya.
Selanjutnya dilakukan perendaman menggunakan air bersih. Perendaman buah jengkol bisa dilakukan selama satu hari supaya terkupas kulit arinya, selanjutnya ditiriskan.
Buah jengkol yang sudah direndam, selanjutnya digoreng sebentar, dan dimasukkan kembali ke dalam air.
Penggorengan juga tidak asal memakai minyak, Yana menggunakan minyak kemasan, hal ini untuk menjaga kualitas keripik jengkol.
Kemudian jengkol siap untuk ditumbuk hingga tipis menjadi keripik. Proses penumbukan ini yang lumayan sulit, karena perlu pas untuk ketebalan dari keripik, jika terlalu tebal maka tidak akan renyah.
Selesai ditumbuk jengkol yang sudah diletakkan di nampan, siap untuk dijemur.
Penjemuran sendiri tidak memakan waktu lama, tergantung dari panas matahari.
Tahap selanjutnya keripik jengkol tersebut bisa langsung digoreng dan diberikan sambal, atau disimpan mentah.
Ia juga menjelaskan, untuk membuat satu kilogram keripik jengkol, maka perlu menyiapkan sebanyak tiga kilogram jengkol.
Dalam proses pembuatan ini, Yana kadang dibantu oleh suami dan ketiga anaknya, jika mereka sedang libur kerja maupun kuliah.
Harga jual keripik jengkol mentah untuk yang kemasan satu kilogram dijual Rp 130 ribu.
Sedangkan untuk yang keripik jengkol yang matang atau sudah digoreng, dijual Rp 180 ribu perkilogram.
Yana juga menjual keripik jengkol yang sudah matang dan diberi sambal dengan kemasan ukuran sedang Rp 10 ribu.
"Penjualannya tergantung pesanan pembeli, ada yang minta keripik mentah, ada juga yang minta sudah di goreng, "imbuhnya.
Usaha Yana saat ini terus berkembang, tidak hanya membuat keripik jengkol, ia juga membuat Kerupuk dan Opak dari bahan baku buah jengkol tersebut.
"Kalau dapat bahan baku jengkol yang masih muda, kita olah jadi kerupuk dan opak, karena pengolahan kerupuk dan Opak berbeda dengan keripik yang ditumbuk atau di tutus. Kalau kerupuk dan Opak, jengkolnya kita giling dan dijadikan adonan, jadi masih bisa memakai jengkol yang mudah," terangnya.
Cita rasa Kerupuk dan Opak jengkol buatannya tersebut, memiliki rasa asin yang pas dan renyah, membuat tak bosan menyantapnya.
Untuk harga kerupuk jengkol mentah, dibanderol dengan harga Rp 60 ribu perkilogram, dan yang sudah digoreng dijual dengan harga Rp 80 ribu perkilogram.
Sedangkan harga Opak mentah dijual Rp 80 ribu perkilogram dan Opak yang sudah di goreng dijual Rp 90 ribu perkilogram.
Dari usaha yang ditekuninya, Yana bisa menutupi kebutuhan rumah tangga, meski usaha pembuatan keripik, kerupuk dan opak yang dilakoninya tidak setiap hari, melainkan jika ada pesanan dan ketersediaan bahan baku.
"Alhamdulillah, bisa jadi tambahan pendapatan, kadang kalau sedang rame pesanan atau ada acara pameran produk UMKM, Omzetnya bisa mencapai Rp 5 juta per bulan," bebernya.
Ia juga membuka layanan pemesanan via WhatsAap, bagi warga yang ingin memesan bisa menghubungi nomor WA 0852-6730-7751
Lebih lanjut Yana mengungkapkan nama brand produk Keripik Jengkol Barokah, nantinya akan berubah nama menjadi My Berlinda.
Penggantian nama tersebut dilakukan untuk memudahkan pengurusan ijin mulai dari NIB, P-IRT maupun sertifikat halal, agar produk usaha kripik, kerupuk dan opak nya semakin berkembang.
"Karena nama Barokah sudah ada yang pakai, jadi kita ganti dengan nama My Berlinda. Dalam pengurusan ijin tersebut kita juga dibantu oleh Dinkop UKM PALI," kata Yana.
Ia juga berharap, bisa mendapatkan bantuan packaging yang lebih menarik maupun peralatan penunjang seperti alat untuk pengemasan, maupun peralatan untuk membuat dan memasak produk kripik, kerupuk dan opak.
"Jika pun bisa diberikan bantuan juga untuk packaging maupun peralatan penunjang dalam usaha ini. Karena saat ini masih menggunakan seadanya, belum ada modal untuk membeli,"harapnya.
Sekedar informasi, usaha rumahan atau industri rumah tangga produk keripik jengkol di lorong asrama RT 04 RW 10 Kelurahan Talang Ubi Timur, Kecamatan Talang Ubi Kabupaten PALI, tidak hanya dilakoni oleh Yana seorang.
Selain Yana, disini juga terdapat 30 orang ibu-ibu rumah tangga, sebagai pelaku usaha UMKM pembuatan keripik jengkol, sehingga kawasan lorong asrama ini, nantinya akan dicanangkan sebagai Kampung Jengkol oleh Pemerintah Kabupaten PALI. (cr42)
Kisah Salim, Masih Bertahan Jadi Pembuat Mainan Kapal dan Pesawat Gabus Khas 17 Agustus di Palembang |
![]() |
---|
Emas Kawin Dijadikan Modal, Fadli Sukses Rintis Percetakan di Palembang, Beromzet Ratusan Juta/Bulan |
![]() |
---|
Kemplang Panggang Tata, Perjuangan Warga OKU Timur dari Warung Kecil Hingga Beromzet Jutaan Per Hari |
![]() |
---|
Keluar dari Zona Nyaman Usahawan Muda di Lahat ini Berhasil Kembangkan Usaha Beromzet Ratusan Juta |
![]() |
---|
Tambah Lini Produk Ada Singkong Meledak dan Churros Biar Makin Komplit |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.