Gajah Masuk Permukiman di OKI

Gajah Liar Masuk Permukiman di OKI dan Lukai 2 Orang, Warga Minta Bantu Pemerintah Hadirkan Pawang

Bukan hanya merusak rumah, gajah melukai dua warga yakni Sualim (60) dan Sugeng (50) karena sempat mengamuk saat hendak diusir dari permukiman. 

Dokumentasi Warga
GAJAH MASUK PERMUKIMAN -- Tangkap layar saat warga dan petugas BKSDA menghalau gajah yang masuk permukiman di jalur 25 Desa Srijaya Baru, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Warga berharap bantuan pemerintah dengan menghadirkan pawang gajah. 

TRIBUNSUMSEL.COM KAYUAGUNG -- Hadirnya induk dan anak gajah telah merusak fasilitas umum milik masyarakat Jalur 25 Desa Srijaya Baru, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Bukan hanya merusak rumah, gajah melukai dua warga yakni Sualim (60) dan Sugeng (50) karena sempat mengamuk saat hendak diusir dari permukiman. 

Maraknya kawanan gajah memasuki area permukiman yang kerap terjadi belakangan ini, membuat warga menjadi waspada dan berhati-hati karena nyawa mereka yang menjadi taruhannya.

"Hidup kami dikelilingi ketakutan mendalam, karena mereka datang tiba-tiba tanpa adanya peringatan. Kalau orang dewasa masih bisa melawan, coba kalau anak-anak yang berjumpa kawanan gajah. Itu akan menjadi bencana bagi kami," ungkap Rudy dengan nada tinggi.

Menurut dia, seluruh masyarakat sangat menginginkan adanya solusi konkret terkait permasalahan interaksi negatif gajah dan manusia yang tak kunjung selesai. 

"Saya tegaskan harus ada solusi terbaik menghalau gajah kembali masuki permukiman. Sediakan pawang dan juga gajah penjinak," paparnya.

Dijelaskan dia, pawang gajah sudah seharusnya disiapkan di sekitar permukiman masyarakat.

Baca juga: Gajah Masuk Permukiman di Jalur 25 Desa Srijaya OKI, 2 Warga yang Coba Menghalau Alami Luka-luka

Karena bila sewaktu-waktu ada gajah liar yang datang dapat segera dihalau.

"Sangat perlu kalau bisa setiap desa ada pawang gajah liar. Karena dengan begitu masyarakat bisa terbantu mencari tindakan yang tepat mengusir gajah," sebutnya.

Menurutnya, dengan ditempatkannya pawang di pos pengawasan di jalur 27 Desa Banyu Biru, Kecamatan Air Sugihan, mampu menjadi solusi konkrit guna mencegah gajah-gajah liar memasuki permukiman masyarakat. 

Dikarenakan sebelumnya memang sempat ada gajah berukuran sangat besar dan usia sudah terbilang tua yang dijadikan gajah penjinak atau gajah petarung.

"Sewaktu disediakan 2 ekor gajah penjinak yang bertempat di jalur 27, alhamdulilah keadaan aman dan tidak ada satupun gajah liar yang memasuki permukiman warga. Tetapi gajah jinak itu perlu di kasih makan dan nutrisi, namun setelah berjalan beberapa bulan pendanaan pemberian makanan terhenti dan petugas dari BKSDA terpaksa meminta makanan gajah dari warga berupa pisang dan tanaman lain. Tetapi lama-kelamaan tanaman milik warga habis dan 2 gajah jinak  dikembalikan ke konservasi," ujar warga setempat.

Dikatakan kembali, setelah gajah jinak itu dikembalikan, gajah-gajah liar tersebut kembali berani memasuki area permukiman warga.

"Kalau sekarang kondisinya seperti ini lagi, banyak kawanan gajah yang kembali masuk permukiman. Seperti puncaknya kemaren ada 2 warga kami yang menjadi korban luka-luka," tegasnya.

Saat disinggung mengenai pola kerja dari gajah penjinak seperti apa, Rudi mengatakan berdasarkan ukuran lebih besar dan usia yang cenderung lebih tua membuat gajah liar lain tunduk dan takut melawan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved