Pemusnahan Bom di Garut Makan Korban

Ngadu ke Dedi Mulyadi, Tangis Anak Korban Ledakan Amunisi di Garut: Bapak Saya Kerja Sama Tentara

Anak korban tewas akibat ledakan amunisi kedaluwarsa di Garut mengadukan kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi soal keberatan dengan tuduhn mulung

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
ig/dedimulyadi71/Youtube Kompas TV
CURHAT ANAK KORBAN- Sejumlah anak korban yang tewas akibat ledakan amunisi kedaluwarsa di Garut mengadukan kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi soal keberatan dengan narasi yang beredar soal ambil sisa material. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Sejumlah anak korban yang tewas akibat ledakan amunisi kedaluwarsa di Garut mengadukan kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi soal keberatan dengan narasi yang beredar soal ambil sisa material.

Diketahui, tragedi ledakan terjadi saat proses pemusnahan bom kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menimbulkan 13 korban jiwa.

Dari 13 korban tewas tersebut tercatat, ada 9 warga sipil dan 4 personel TNI.

Baca juga: Pernyataan TNI AD Terkait Tewasnya 4 TNI dan 9 Warga Sipil saat Pemusnahan Amunisi di Garut

Kepada Dedi Mulyadi, anak-anak korban menangis mengungkapkan bahwa keluarga mereka hanya membantu TNI, tidak ada maksud mengambil sisa material ledakan.

“Saya perwakilan dari keluarga. Saya minta pertanggungjawaban. Bapak saya kerja sama tentara, Bapak saya tidak (seperti yang dikatakan orang-orang) mulung,” ujar salah seorang remaja putri sambil menangis, dikutip dari Kompas TV, Selasa (13/5/2025).

“Dari zaman sekolah, saya tahu, bapak saya kerja (sama tentara) sudah ke Manado, Makassar, Bali, ke Mabes,” tambah dia ke Dedi Mulyadi.

Remaja ini pun dengan tegas menolak ayahnya disebut nyelonong ke lokasi peledakan untuk memulung amunisi.

Mendengar hal tersebut, Dedi Mulyadi mencoba menenangkan.

Ia memastikan bahwa korban sipil yang berada di lokasi ledakan dalam kondisi sedang bekerja.

“Jadi itu kategori kecelakaan kerja,” tutur Dedi.

Dalam kunjungan tersebut Dedi mengatakan, semua korban akan mendapatkan bantuan pemakaman masing-masing Rp 50 juta.

Selain itu, semua anak-anak korban yang ditinggalkan akan menjadi anak angkatnya dan disekolahkan hingga kuliah. 

Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Kristomei Sianturi menyebut warga yang menjadi korban ledakan amunisi kadaluwarsa di Garut, Jawa Barat, sedang ingin mengumpulkan bekas granat hingga mortir.

"Memang biasanya apabila selesai peledakan, masyarakat datang untuk ambil sisa-sisa ledakan tadi, apakah serpihan-serpihan logamnya yang dikumpulkan, kemudian tembaga, atau besi, yang memang bekas dari granat, mortir, itu yang biasanya masyarakat ambil logam tersebut," ujar Kristomei dalam live Kompas TV, Senin (12/5/2025).

Baca juga: Aparatur Desa Bantah soal Warganya Mulung Sisa Ledakan Amunisi Berujung Tewas: Sudah Dipercaya TNI

Namun, ternyata, ada bom yang belum meledak.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved