Kopi Sumsel

Masuki Musim Panen Awal, Harga Kopi di OKU Selatan Rp 65 Ribu Perkilo

Puncak musim panen raya untuk wilayah Kisam Raya dan sekitarnya diperkirakan terjadi pada pertengahan hingga ujung bulan Mei 2025

|
Penulis: Alan Nopriansyah | Editor: Slamet Teguh
Sripoku.com/ Alan Nopriansyah
GILING KOPI - Petani Kopi di Kecamatan Kisam Ilir, OKU Selatan sedang menggiling hasil panen kopi buah awal, beberapa waktu lalu. 

Laporan Wartawan Sripoku com, Alan Nopriansyah

TRIBUNSUMSEL.COM, MUARADUA - Beberapa pekan pasca Hari Raya Idul Fitri 1446 H, harga kopi di Kabupaten OKU Selatan kembali merangkak naik, dari sebelumnya anjlok hanya Rp 55 ribu/kg, kini kembali naik seharga Rp 65 ribu/kg.

Diketahui Kabupaten OKU Selatan, Sumsel merupakan saah satu daerah dengan mayoritas petani penghasil kopi yang saat ini sudah mulai memasuki musim panen awal yakni dalam 1 hektare sudah panen lebih dari 1 kwintal.

"Rata-rata untuk panen buah awal atau buah selang ini dalam satu hektare maksimal baru panen 1 kwintal," kata Ujang salah seorang petani Kisam Raya, Minggu, (20/4).

Iapun menambahkan, puncak musim panen raya untuk wilayah Kisam Raya dan sekitarnya diperkirakan terjadi pada pertengahan hingga ujung bulan Mei 2025, mengingat saat ini buah kopi sudah mulai menguning.

"Kemungkinan panen yang maksimal terjadi dalam sebulan kedepan, atau hingga penghujung bulan Mei," tambahnya.

Baca juga: Latar Belakang Warung Kopi di Tempirai PALI, Jadi Tempat Bercengkerama Warga Sejak Jaman Dahulu

Baca juga: Prospek Pengembangan Kopi Liberika Tumpang Sari dengan Karet, Tingkatan Pendapatan Petani di OKU

Dilain sisi, harga kopi yang semakin menjanjikan dalam tiga tahun terakhir berdampak positif terhadap kualitas biji kopi di beberapa wilayah Kabupaten OKU Selatan khususnya Kisam Raya.

Dikatakan petani lainnya Yanto, dari bentuk kesadaran para petani mereka mulai memperhatikan pengolahan mulai dari pemetikan buah hingga penjemuran.

"Sekarang pemetikan dilakukan lebih mendahulukan yang merah minimal yang sudah berwarna kuning, penjemuran juga tidak asal-asalan dijemur beralas terpal atau waring,"ungkapnya.

Disisi lainnya, untuk pemupukan juga digencarkan oleh par petani dalam 2 tahun belakangan yakni dalam satu tahun dilakukan 2 kali pemupukan.

"Biasana dilakukan sekali kini rata-rata dilakukan dua kali, ada juga beberapa hingga tiga kali," tandasnya.

 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved