Berita Nasional

Terbaru Dedi Mulyadi Larang Anak Diantar Orang Tua ke Sekolah, Gubernur Jabar Ungkap Alasannya

Dedi Mulyadi mengimbau agar para orang tua murid tidak boleh mengantarkan apalagi menunggu anaknya di sekolah, dikhawatirkan mengintervensi guru.

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Moch Krisna
Youtube Dedi Mulyadi
KEBIJAKAN DEDI MULYADI. Potret Dedi Mulyadi di hari pertama dia dilantik menjadi Gubernur Jawa Barat, Kamis (20/2/2025). Dedi Mulyadi mengimbau agar para orang tua murid tidak boleh mengantarkan apalagi menunggu anaknya di sekolah, dikhawatirkan mengintervensi guru. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Setelah heboh melarang study tour, kini Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi kembali membuat kebijakan baru untuk para pelajar.

Baru-baru ini, Dedi Mulyadi mengimbau agar para orang tua murid tidak boleh mengantarkan apalagi menunggu anaknya di sekolah.

Aturan baru itu dibuat agar mengantisipasi wali murid agar tidak menimbulkan tuduhan negatif terhadap sekolah.

Baca juga: Mentang-mentang Dia Gubernur Marahnya Kades Srijaya usai Dedi Mulyadi Bongkar Bangunan Liar Bekasi

PENJELASAN DEDI MULYADI. Tangkap layar unggahan Dedi Mulyadi, Senin, (3/3/2025). Dedi Mulyadi meminta siswa membawa cat untuk mengecat kelas, dan membawa genteng dari rumah untuk mengganti genteng yang rusak atau bocor tuai sorotan
PENJELASAN DEDI MULYADI. Tangkap layar unggahan Dedi Mulyadi, Senin, (3/3/2025). Dedi Mulyadi meminta siswa membawa cat untuk mengecat kelas, dan membawa genteng dari rumah untuk mengganti genteng yang rusak atau bocor tuai sorotan (ig/dedimulyadi71)

"Saya tidak mau ke depan anak diantar oleh orang tuanya ke sekolah, orang tuanya kumpul di depan kelas," kata Dedi Mulyadi dikutip dari akun Instagram @pembasmi.kehaluan.reall, Jumat (14/3/2025).

Selain itu, dikhawatirkan orang tua murid saling membicarakan dan mengintervensi guru.

"Mereka saling ngomongin satu sama lain, membuat klub di kelas mengintervensi gurunya, nanti mengatur guru, yang akhirnya bisa menimbulkan keributan," ungkapnya.

Menurutnya, segala yang berada di lingkungan sekolah merupakan tanggung jawab seorang guru.

Sehingga, orang tua murid tidak turut campur dalam proses pendidikan yang sedang berlangsung.

"Di sekolah tuh udah urusan guru, nanti di sekolah kasih pagar yang tinggi kasih gembok kunci gak boleh selama pembelajaran," tegasnya.

Lebih lanjut, Dedi Mulyadi juga meminta agar tidak ada lagi motor yang menumpuk di depan sekolah.

"Orang tua murid harus pulang. Tidak boleh ada tumpukan motor di depan sekolah, kenapa? mengganggu," ujarnya.

Nanti malah pada bertengkar. Siapa yang jadi korban? Ya kita semua. Ini penting, ini orang Sunda apa, salah satu contoh budaya yang harus diubah di Jawa Barat," tutup Dedi Mulyadi.

Baca juga: Sosok Oneng Windu, Kadispar Gunung Kidul Klaim Wisata Turun usai Dedi Mulyadi Larang "Study Tour"

Seperti diketahui, Gubernur Jabar tersebut langsung melakukan sejumlah gebrakan setelah dilantik jadi Gubernur Jawa Bara (Jabar), sejak Kamis (20/2/2025).

Salah satunya, Dedi Mulyadi tak segan-segan memecat kepala sekolah yang masih memberangkatkan siswanya study tour.

Melalui unggahannya di Instagram, Selasa (25/2/2025), Dedi Mulyadi tegas melarang karena berkaitan dengan aspek pembebanan ekonomi kepada orang tua dan risiko keselamatan siswa.

Meski demikian, Dedi Mulyadi menuturkan bahwa larangan itu bukan terkait swafoto atau perpisahan siswa.

Menurutnya, banyak orang tua yang terpaksa berutang untuk membiayai study tour anak mereka. Pada akhirnya, kondisi ini menambah beban ekonomi keluarga.

Dedi menekankan bahwa kegiatan perpisahan tetap bisa dilaksanakan, namun dengan cara yang lebih kreatif dan tanpa biaya besar.

Seperti halnya, organisasi siswa atau OSIS mengelola kegiatan di sekolah dengan menampilkan berbagai karya seni seperti musik, tari, dan sastra.
 
"Siswa bisa mengumpulkan iuran secara wajar di antara mereka sendiri tanpa melibatkan sekolah sebagai institusi yang melakukan pungutan,” jelasnya.

Menurutnya, yang terpenting adalah bukan soal perayaan kelulusannya, tetapi bagaimana siswa mempersiapkan masa depan.

"Tantangan terberat bukan sekarang, tapi nanti saat mereka mencari pekerjaan dan harus menata hidup. Jangan sampai mereka tumbuh menjadi pribadi yang hanya suka berpesta dan menghambur-hamburkan uang orang tua,” ujarnya.

Dedi menegaskan, tujuannya adalah membentuk anak-anak Jawa Barat yang tangguh, cerdas, dan siap bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
 
"Tugas saya adalah membangun kualitas anak-anak Jawa Barat agar mereka menjadi generasi yang mampu bersaing dengan provinsi lain, bahkan dengan bangsa-bangsa lain," pungkasnya.

Terkait kehebohan ini, Denmul menyampaikan permintaan maafnya.

Hal itu disampaikan Dedi saat berbincang melalui telepon seluler dengan Humas SMAN 6 Depok yang direkam dan diposting di akun akun Instagram @dedimulyadi71, Selasa (25/2/2025).

“Kenapa maksa piknik?” tanya Dedi.

“Ada program sekolah, outing class. Di sini disebutnya kunjungan objek belajar untuk kunjungan kampus yang sudah bekerjasama,” tutur humas SMAN 6 Depok.

Sambil tertawa Dedi menjawab, buat apa jauh-jauh, padahal di Depok ada Universitas Indonesia (UI).

“Ngapain jauh-jauh, di Depok ada UI yang bagus. Tinggal bagaimana anak Depok bisa masuk ke UI, universitas bergengsi itu,” tutur Dedi.

Tak berapa lama humas SMAN 6 Depok meminta maaf atas keputusan mereka study tour.
 
“Nggak, nggak, ga usah minta maaf sama saya. Saya yang minta maaf bikin kebijakan yang membuat marah semua orang,” tutur Dedi.

Sebelumnya, sebanyak 347 siswa kelas XI SMAN 6 Depok tetap melaksanakan study tour ke Jawa Timur dan Bali. Setiap siswa dikenakan biaya Rp 3,8 juta dengan sistem subsidi silang. 

(*)

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved