Berita Nasional

Seret Tom Lembong, Inilah Penampakan Uang Rp 565 Miliar Sitaan Kejagung dari Kasus Importasi Gula

Penampakan uang tunai senilai Rp 565,3 Miliar diperlihatkan Kejaksaan Agung (Kejagung) RI dalam kasus  dugaan importasi gula di Kementerian

Editor: Moch Krisna
Kompas.com/Instagram Tomlembong
KASUS IMPORT GULA : Barang bukti uang sitaan kasus impor gula ditunjukkan dalam konferensi pers di Gedung Kartika kawasan Kejaksaan Agung, Jakarta, Selasa (25/2/2025) (kiri). Mantan Menteri Perdagangan Kabinet Kerja 2015-2016, Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong (kanan) 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Penampakan uang tunai senilai Rp 565,3 Miliar diperlihatkan Kejaksaan Agung (Kejagung) RI dalam kasus dugaan importasi gula di Kementerian Perdagangan tahun 2015-2016.

Hal tersebut disampaikan Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus, Abdul Qohar, saat konferensi pers di Gedung Kartika kawasan Kejaksaan Agung, Jakarta, Selasa (25/2/2025) melansir dari Kompas.com.

 “Pada hari ini, Selasa 25/2/2025, tim penyidik pada Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) telah melakukan penyitaan uang sebanyak Rp 565.339.071.925,25,” ujar Abdul Qohar.

Berdasarkan pantauan di lokasi, tumpukan uang ini terlihat memenuhi setengah ruangan di Gedung Kartika, Kejaksaan Agung, Selasa (25/2/2025).

Uang pecahan Rp 100.000 ini dimasukkan ke dalam bundel senilai Rp 1 miliar. Qohar menyebutkan, uang senilai Rp 565,3 miliar ini merupakan pengembalian dari sembilan tersangka pihak swasta dalam kasus perkara ini.

Sementara, berdasarkan perhitungan dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), kerugian negara yang ditimbulkan dalam perkara ini adalah Rp 578 miliar. 

“Memang benar BPKP telah melakukan penghitungan kerugian negara yang saat itu jumlahnya lebih daripada yang sudah dikembalikan hari ini,” kata Qohar.

Selisih antara uang yang hari ini dikembalikan dengan total kerugian adalah Rp 12,7 miliar.

Qohar menjelaskan, selisih ini terjadi karena kerugiannya tidak terjadi di tahun 2016, bukan pada zaman Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong menjabat sebagai Menteri Perdagangan. 

“Jadi, karena bukan pada masa beliau, maka kerugian itu tidak dibebankan pada para tersangka yang disangkakan melanggar ketentuan tindak pidana korupsi bersama-sama dengan Pak Thomas Lembong,” lanjut Qohar.

Diketahui, Kejagung telah menetapkan sembilan tersangka dari pihak swasta dalam kasus korupsi impor gula. Para tersangka tersebut adalah Direktur Utama PT AP berinisial TW; Presiden Direktur PT AF berinisial WN; Direktur Utama PT SUC berinisial HS; Direktur Utama PT MSI berinisial IS; dan Direktur PT MP berinisial TSEP. Kemudian, Direktur PT BSI berinisial HAT; Direktur Utama PT KTM berinisial ASB; Direktur Utama PT BFM berinisial HFH; dan Direktur PT PDSU berinisial ES. Sementara, dua tersangka lainnya adalah Tom Lembong dan Charles Sitorus (CS) yang kasusnya kini sudah dilimpahkan tahap dua di Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat.

Profil Tom Lembong

Tom Lembong memiliki nama lengkap Thomas Trikasih Lembong. Ia lahir pada 4 Maret 1971 dan tinggal di Jerman antara usia 3 sampai 10 tahun.

Dia sempat mengenyam pendidikan di Regina Pacis, Palmerah, Jakarta.

Setelah lulus SMA, Tom Lembong pergi ke Boston, Massachusetts, Amerika Serikat.

Ia kemudian menyelesaikan pendidikan tingginya di Harvard University pada 1994 dengan gelar Bachelor of Arts (B.A) di bidang arsitektur dan tata kota.

Namun, Tom Lembong justru berkecimpung di industri jasa keuangan.

Tom sempat bekerja di Divisi Ekuitas Stanley (Singapura) pada 1995, sebelum kemudian menjadi bankir investasi di Deutsche Securities Indonesia dari tahun 1999-2000.

Dia juga pernah terlibat dalam restrukturisasi perbankan nasional melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai Division Head dan Senori Vice-President.

Pasca mengabdi di BPPN, Tom Lembong memperluas pengalamannya dengan bergabung di Farindo Investments, serta menjadi CEO dan Managing Partner di Quvat Capital, sebuah perusahaan investasi yang berfokus di Asia Tenggara.

Kiprahnya di dunia bisnis juga terlihat dari posisinya sebagai presiden komisaris PT Graha Layar Prima (Blitz Megaplex), yang kini lebih dikenal sebagai CGV Cinemas.

Tom Lembong pernah penasihat ekonomi ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Posisi ini dipertahankan sampai Jokowi menjadi presiden pada 2014.

Lalu, Tom menjadi Menteri Perdagangan 2015-2016 dalam Kabinet Kerja, sebelum menjadi Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) hingga 2019.

Selain sebagai pejabat publik, ia juga terkenal sebagai penulis beberapa pidato penting Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo yang menarik perhatian dunia, termasuk pidato "Game of Thrones" di pertemua IMF-Bank Dunia di Bali pada 2018, serta pidato bertema "Thanis" yang disampaikan di Forum Ekonomi Dunia.

Baca juga: Tersangka Pemerasan Eks Mentan SYL, Intip Koleksi Mobil Ketua KPK Firli Bahuri, Kekayaan Rp 22.8 M

Sejumlah pidato ini tak hanya viral, namun juga memberi perspektif baru Indonesia dalam menyikapi pekembangan geopolitik global.

Pada Pilpres 2024, Tom Lembong menjadi bagian dari tim sukses (timses) Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Ia menjabat sebagai Co-Captain Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

(*)

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved