Berita UMKM
Budidaya Jamur Tiram Manfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Kayu, Warga Musi Rawas Raih Cuan Puluhan Juta
Disambangi Sripoku.com, Selasa (14/1/2025) Abdul Rohim mengaku, sudah 5 tahun lebih menekuni usaha budidaya jamur tiram tersebut.
Penulis: Eko Mustiawan | Editor: Slamet Teguh
TRIBUNSUMSEL.COM, MUSI RAWAS - Serbuk gergaji kayu yang biasanya hanya menjadi limbah dan sampah sehingga kerap dibuang dan disia-sia oleh masyarakat berubah ditangan Abdul Rohim.
Ditangan kreatif warga Desa H Wukirsari Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan ini, serbuk gergaji kayu mampu diubah menjadi bahan utama untuk budidaya jamur tiram dan menghasilkan pundi-pundi uang.
Disambangi Sripoku.com, Selasa (14/1/2025) Abdul Rohim mengaku, sudah 5 tahun lebih menekuni usaha budidaya jamur tiram tersebut.
Dia dibantu istri dan anak laki-lakinya, mampu menghasilkan 500 hingga 600 baglog atau media tanam jamur tiram untuk sekali produksinya.
Di pondok sederhananya yang berada di bagian belakang samping rumahnya, Abdul Rohim dan istri serta anak laki-lakinya memproduksi baglog setiap harinya.
Abdul Rohim menceritakan, awal mula menekuni usaha jamur tiram.
Ketika itu ia merantau dari Musi Rawas ke Lampung dan bekerja sebagai pembuat keramba atau jaring ikan.
Namun, usahanya tersebut disapu bersih oleh tsunami yang saat itu terjadi, sehingga peralatan pembuatan keramba atau jaring ikan hilang.
Akhirnya diapun sempat menjadi pengangguran.
Saat itulah, dirinya yang berniat berjalan (masih di wilayah Lampung), kemudian melihat orang-orang sedang membuat baglog.
"Awalnya tidak tahu, mereka itu buat apa. Jadi saya tanya, teryata untuk membuat budidaya jamur tiram," kata Abdul Rohim saat diwawancarai Sripoku.com, Selasa (14/1/2025).
Tak lama kemudian, dirinya memutuskan pulang ke kampung halamannya di Desa H Wukirsari.
Namun, saat itu dirinya tidak langsung memulai usaha jamur tiram tersebut.
Tapi, setelah melihat serbuk gergaji kayu yang melimpah dan hanya dibuang sia-sia oleh masyarakat, kemudian dirinya teringat, bahwa serbuk tersebut bisa digunakan bahan utama untuk budidaya jamur tiram.
"Disini kan banyak serbuk gergaji kayu, karena disini banyak warga yang membuat batu bata. Jadi cobanya dipakai buat budidaya jamur tiram," ungkapnya.
Baca juga: PT Bukit Asam Bantu Warga Desa Bangkitkan Usaha Jamur Tiram
Namun, saat pertama kali mencoba, dia mengaku tak langsung berhasil.
Bahkan, selama kurang lebih 2 tahun percobaan, baru kemudian di tahun ketiga baru bisa menghasilkan penghasilan.
"Saat gagal itu bingung, karena modalnya habis. Kebetulan ada keluarga yang mensuport bantuan modal," ucapnya.
Dijelaskan Abdul Rohim, bahwa pembuatan baglog jamur tiram sendiri, hanya membutuhkan beberapa bahan yakni limbah serbuk gergaji kayu, kemudian dedak dan kapur.
Sebelum digunakan, serbuk gergaji disaring lebih dulu, untuk mendapatkan serbuk yang lebih halus.
Setelah itu, semua bahan dimasukan menjadi satu ke cetakan plastik, setelah itu dikukus.
"Setelah padat dan diikat, kemudian baglog setengah jadi ini dikukus selama kurang lebih sehari semalam. Kemudian didiamkan, baru dimasukan bibit jamurnya," katanya.
Sedangkan untuk perangsang bibit jamur sering, dirinya menggunakan pipilan jagung hibrida atau jagung pakan ternak, yang telah dikukus dan dimasukan ke botol.
"Setelah pipilan jagung ini dimasukan ke botol, kemudian dikukus lagi kurang lebih 2 jam. Baru kemudian dimasukan bibit jamurnya dan selanjutnya dimasukan ke baglog," ucapnya.
Meski proses pembuatannya yang masih tradisional, namun sekali produksi bisa membuat lebih dari 600 baglog hingga 1.000 baglog, dalam waktu kurang lebih 1 minggu.
"Seminggu itu, bisa sampai 1.000 baglog bisa digunakan dan siap panen yang kami buat," ucapnya.
Ditambahkan Abdul Rohim, setiap baglog ini memiliki umur kurang lebih 3 bulan dan bisa panen jamur tiram setiap hari selama 3 bulan.
"Sekali panen untuk 300 baglog ini bisa sampai 7-8 kilogram jamur. Tapi panen raya bisa 15 kilogram. Jamur ini bisa panen setiap hari. Kalau harga jamur tiram mencapai Rp20.000 per kilogramnya," jelasnya.
Sedangkan untuk pemasarannya sendiri, dirinya memiliki pelanggan sendiri, bahkan ada yang datang langsung untuk membeli jamur tiram.
"Jualnya kita ke pasar-pasar baik di Musi Rawas maupun di Lubuklinggau. Tapi kadang juga ada yang datang langsung, kami juga punya pelanggan sendiri," ucapnya.
Abdul Rohim juga mengaku, usaha budidaya jamur tiram sendiri cukup menjanjikan, bahkan hasilnya bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan lainnya.
"Hasilnya Alhamdulillah lah bisa diandalkan," ungkapnya.
Tak hanya menjual jamur tiram saja, Abdul Rohim juga menerima pesanan pembuatan baglog, dengan harga baglog Rp3.000 per baglog siap panen.
"Kadang ada juga yang pesan baglog nya saja, kadang dari Empat Lawang kadang juga dari daerah luar lainnya. Baru berani terima pesanan ini baru 1 tahun terkahir ini," tutupnya.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com
Inovasi Baru NR Florist Linggau, Sediakan Ucapan Lewat Bibit Tanaman Buah |
![]() |
---|
Kisah Salim, Masih Bertahan Jadi Pembuat Mainan Kapal dan Pesawat Gabus Khas 17 Agustus di Palembang |
![]() |
---|
Emas Kawin Dijadikan Modal, Fadli Sukses Rintis Percetakan di Palembang, Beromzet Ratusan Juta/Bulan |
![]() |
---|
Kemplang Panggang Tata, Perjuangan Warga OKU Timur dari Warung Kecil Hingga Beromzet Jutaan Per Hari |
![]() |
---|
Keluar dari Zona Nyaman Usahawan Muda di Lahat ini Berhasil Kembangkan Usaha Beromzet Ratusan Juta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.