Mata Lokal Desa

Mengenal Masyarakat Pesisir Sungai Komering OKU Timur Sumsel, Padukan Harmoni Tradisi dan Modernitas

Masyarakat pesisir Komering di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan, dikenal dengan kehidupan sederhana namun penuh makna.

TRIBUNSUMSEL.COM/CHOIRUL ROHMAN
Jempana salah satu adat istiadat masyarakat Komering yang masih bertahan di tengah kemajuan zaman, Rabu (8/1/2025). 

TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - Masyarakat pesisir Komering di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan, dikenal dengan kehidupan sederhana namun penuh makna.

Ketergantungan mereka pada Sungai Komering, yang melintasi berbagai kecamatan seperti Bunga Mayang, Martapura, Buay Madang hingga Cempaka menjadikan sungai ini sumber daya alam vital bagi pertanian dan kebutuhan sehari-hari.

Menurut tokoh pemuda Komering Fahmi, bahwa tradisi yang masih kuat dan struktur sosial masyarakat pesisir Komering menunjukkan solidaritas yang erat, dengan tradisi dan adat istiadat yang tetap hidup.

"Salah satu contohnya adalah pemberian gelar adat, tradisi jempana. Serta tradisi seni seperti tari Sabai, musik kulintang, dan sastra lisan yang sarat pesan moral. Tradisi ini mulai dipadukan dengan teknologi modern, seperti dokumentasi digital dalam ritual adat," katanya, Rabu (8/1/2025).

Lebih lanjut ia juga menyampaikan, bahwa sebagian besar masyarakat menggantungkan hidup pada sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan.

Selain itu, kerajinan dan kuliner khas daerah mulai dikembangkan di beberapa kecamatan.

"Pasar tradisional menjadi pusat interaksi sosial sekaligus roda penggerak ekonomi, di mana hasil bumi, ikan, dan kerajinan lokal diperjualbelikan," ujarnya.

Ia juga menerangkan, masyarakat Komering juga mengadakan Festival budaya seperti Sedekah Tiuh.

Ini menjadi momen penting untuk mempererat persaudaraan dan merayakan hasil bumi.

"Kehidupan komunal yang erat, dengan gotong-royong dan hubungan kekeluargaan yang kuat, menjadi ciri khas masyarakat pesisir Komering," ujar Fahmi yang juga ketua Pemuda Muhammadiyah OKU Timur.

Meskipun kehidupan mereka erat dengan alam, masyarakat pesisir menghadapi tantangan seperti perubahan cuaca yang memengaruhi hasil panen.

"Lalu pendidikan yang semakin terbuka telah mendorong generasi muda untuk mengejar pendidikan tinggi, membawa angin perubahan positif bagi desa mereka," ujarnya.

Fahmi juga menyampaikan untuk upaya pelestarian budaya pernah dilakukan penelitian oleh akademisi seperti Dr Meita Istianda dari Universitas Terbuka Palembang yang pernah dilakukan beberapa tahun terakhir.

Di mana menunjukkan pentingnya menjaga nilai-nilai sosio-kultural masyarakat Komering.

"Dr Meita Istianda menekankan perlunya kesinambungan adat istiadat agar tidak terputus dengan generasi muda. Penelitian ini juga menyoroti potensi kebijakan yang tidak selaras dengan kebutuhan masyarakat, seperti disparitas ekonomi yang tinggi," ceritanya.

Ia juga berharap, Pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan infrastruktur, akses transportasi, dan fasilitas umum untuk mendukung kesejahteraan masyarakat.

Meski menghadapi tantangan, masyarakat pesisir Komering tetap bertahan, menjaga tradisi mereka sambil membuka diri terhadap modernitas.

"Kehidupan mereka menjadi simbol keberanian dan ketangguhan di tengah arus perubahan," bebernya.

Masyarakat pesisir Komering adalah contoh nyata tentang bagaimana tradisi dan modernitas dapat hidup berdampingan.

"Dengan menjaga akar budaya sambil mengadopsi teknologi, mereka menunjukkan keseimbangan yang unik antara masa lalu dan masa depan. Tentunya dengan menjaga kearifan lokal, dan membuka jalan menuju perubahan positif tanpa kehilangan identitas mereka," pungkasnya.
 

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel
 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved