Pilkada Muba 2024

Adu Kuat Lucianty vs Toha Tohet di Pilkada Muba 2024, Kandidat Lain Batal Berlayar

Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) saat ini, telah mengerucut kedua paslon.

Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com
Ilustrasi - Adu Kuat Lucianty vs Toha Tohet di Pilkada Muba 2024, Kandidat Lain Batal Berlayar 

"Bahkan rekam jejak tidak lagi penting. Fenomena ini menunjukkan bahwa partai-partai di Muba mungkin beroperasi lebih sebagai kartel politik daripada sebagai institusi demokratis yang benar-benar mewakili kepentingan rakyat (Katz & Mair, 1995)," tandasnya. 

Kartelisme dalam partai politik dijelaskan Husni, menggambarkan bagaimana partai-partai politik berkolaborasi untuk mengamankan akses ke sumber daya negara, sering kali dengan mengorbankan kepentingan publik dan ideologi. 

"Sebagai suatu strategi tetap sah, karena tidak ada peraturan yang dilanggar. Tetapi jika dibiarkan, akan sangat membahayakan masa depan demokrasi, " pungkasnya. (arf)

Baca juga: Kata Pengamat Politik Unsri Soal Pilkada Muba 2024, Singgung Elektabilitas Tak Lagi Menjamin

Baca juga: Didukung NasDem, Toha-Rohman Dipastikan Maju Pilkada Muba 2024, Head to Head Dengan Lucianty vs Toha

Orientasi Pada Kekuasaan

PETA politik dukungan partai politik di Pilkada Musi Banyuasin (Muba) menunjukkan akan terdapat 2 bakal pasangan calon kepala daerah yang akan berkontestasi di Pilkada Muba tahun 2024.

Sejumlah partai yang ada, terlihat tidak memajukan kader-kader terbaiknya yang akan maju bertarung di Pilkada, melainkan hanya orang- orang tertentu. 

Pengamat politik yang juga Dosen Ilmu Politik Stisipol Candradimuka Palembang Ade Indra Chaniago mengatakan, saat ini partai politik cenderung hanya memikirkan kekuasan

"Inilah dilema hari ini, ketika partai orientasinya kekuasaan dan berbicara kekuasaan, pasti nah menang dan itu mungkin salah satu pertimbangannya sejumlah partai mengusung Lucianty, " kata Ade, Minggu (18/8/2024). 

Menurut Kandidat Doktor Ilmu Politik Universitas Indonesia ini, dengan tidak majunya mantan Penjabat (Pj) Bupati Muba Apriadi yang tidak mendapatkan dukungan partai, membuat sejumlah partai yang sudah atau belum menentukan sikap mengalihkan dukungan ke Lucianty

"Apalagi Apriadi tidak bisa maju sebagai kans lawan berat selama ini, membuat partai lain merapat kepada yang bakal menang saja," bebernya. 

Diterangkan Ade, jika mau bicara calon kepala daerah yang ideal, saat ini agak susah dan itu dilemanya yang terjadi saat ini. Sehingga dengan kalkulasi uang yang ada, Pilkada Muba kemungkinan hanya diikuti maksimal dua pasangan calon saja nantinya. 

"Yang pasti tidak ada poros baru, karena tersisa 11 kursi dan klaim Lucianty sudah ngantongi 34 kursi meski PDIP belum. Jadi sah- sah saja, dan kita lihat paling prinsip di Muba Apriadi yang punya peluang mengalahkan Lucianty, dengan tidak maju kontestasi maka asumsi itu tidak berlaku lagi, melainkan dengan sendirinya otomatis gugur. Kemudian ada tokoh baru (Toha) dia merasa dapat partai, dan tidak perlu Apriadi sehingga jalan sendiri pilihan dia," paparnya. 

Toha diakuinya jika berbicara kandidat, nama Toha dirasa belum ada pengalaman. Beda dengan Lucianty yang punya pengalaman sebagai anggota DPRD dan Ketua PKK (ibu darma wanita). 

"Ketika partai orentasi kekuasaan dan diperparah partai tidak punya kader seperti inilah, di sisi lain Lucianty punya pengalaman sehingga jadi pertimbangan PKS mengarahkan dukungan ke Lucianty, " ucapnya. 

Meski begitu, Toha tidak bisa dikatakan sebagai 'boneka', sebab jika menyatakan maju dalam kontestasi Pilkada sudah ada hitung- hitunganya untuk peluang menang. 

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved