Arti Kata Bahasa Arab

Arti Asshomtu Hikmah, Kumpulan Hadits Nabi, Diam itu Banyak Hikmahnya, Pentingnya Menjaga Lisan

“Diam itu mengandung hikmah yang banyak, tetapi sedikit orang yang melakukannya.” (HR. Qadha’I, dari Anas dan Dailami, dari Ibnu ‘Umar)

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/lisma
Arti Asshomtu Hikmah, Kumpulan Hadits Nabi, Diam itu Banyak Hikmahnya, Pentingnya Menjaga Lisan 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Berikut ini adalah kumpulan hadits nabi tentang diam banyak hikmahnya. Diam yang bagaimana? Berikut penjelasannya.

اَلصَّمْتُ حِكَمٌ

Asshomtu hikmah

Artinya:
Diam itu banyak hikmahnya.

Berikut versi selengkapnya hadits asshomtu hikmah:


عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و
سلم : “اَلصَّمْتُ حِكَمٌ، وَقَلِيْلٌ فَاعِلُهُ.”

(أَخْرَجَهُ الْبَيْهَقِيُّ فِيْ “اَلشُّعَبِِ” بِسَنَدٍ ضَعِيْفٍ وَصَحَّحَ أَنَّهُ مَوْقُوْفٌ مِنْ قَوْلِ لُُقْْمَانََ اََلْْحَكِِيْمِ)

Artinya:
Dari Anas radhiyallāhu ‘anhu beliau berkata, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Diam adalah hikmah dan sedikit pelakunya (sedikit yang melakukannya).”

(HR Imām Al Baihaqi dalam kitabnya Asy Syu’abul Īmān dengan sanad yang dha’īf dan sebagian ulama membenarkan bahwasanya hadits ini adalah dari perkataan Luqmān Al Hakīm)

Beberapa hikmah dari diam, dijelaskan dalam hadits-hadits lainnya, sebagai berikut

Hadits tentang Hikmah Diam

Rasulullah SAW bersabda:


الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّيْنِ وَالصُّمْتُ أَفْضَلُ وَ الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ غَضْبَ الرَّبِّ وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ مِنْ النَّارِ وَ الصَّمْتُ أَفْضَلُ وَالْجِهَادُ سَنَامُ الدِّيْنِ وَ الصَّمْتُ أَفْضَلُ

Artinya:
“Shalat adalah tiang agama, tetapi diam itu lebih utama. Shadaqah dapat memadamkan murka Rabb, tetapi diam itu lebih utama. Puasa adalah perisai dari siksa neraka, tetapi diam itu lebih utama. Jihad itu puncaknya agama, tetapi diam itu lebih utama.”


Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda:


الصَّمْتُ أَرْفَعُ الْعِبَادَاتِ

“Diam adalah bentuk ibadah yang paling tinggi.” (HR. Ad-Dailami)


Maksud diam di sini adalah diam dari sesuatu yang tidak bermanfaat, baik dalam urusan agama maupun dunia, dan diam dari membalas omongan orang yang mencemooh kita.


Nah, diam yang seperti ini termasuk ibadah yang paling tinggi, sebab kebanyakan kesalahan itu timbul dari lisan. Adapun jika seseorang diam karena dia sendirian tanpa adanya orang lain yang memotivasinya untuk diam, maka diamnya bukan ibadah.

Rasulullah SAW juga bersabda :


الصَّمْتُ زَيْنٌ لِلْعَالِمِ وَ سِتْرٌ لِلْجَاهِلِ

“Diam itu adalah perasaan bagi orang ‘Alim dan selimut bagi orang bodoh.” (HR. Abu Syaikh, dari Muharriz)

الصَّمْتُ سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ

“Diam itu adalah akhlak yang paling utama.”


الصَّمْتُ حِكَمٌ وَقَلِيْلٌ فَاعِلُهُ
“Diam itu mengandung hikmah yang banyak, tetapi sedikit orang yang melakukannya.” (HR. Qadha’I, dari Anas dan Dailami, dari Ibnu ‘Umar)


Rasulullah SAW bersabda:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ اَنْ تُجَاهِدَ نَفْسَكَ وَهَوَاكَ فِيْ ذَاتِ اللهِ
“Jihad yang paling utama adalah memerangi hawa nafsu karena Allah.” (HR. Ad-Dailami)

Dilansir dari ilmiyyah.com, dari kitab Nashaihul 'Ibad karya Imam Nawawi Al-Bantani menjelaskan


Kata bijak berbahasa Arab


 لو كان الكلام من فضة لكان السكوت منذهب

Artinya:

Kalau seandainya berbicara itu terbuat dari perak, maka diam itu terbuat dari emas.

Karena lisan ini sangat berbahaya.

Dia bisa memudahkan seorang masuk dalam surga dan juga bisa memudahkan orang masuk dalam neraka Jahannam.

Makanya, Mu’ādz bin Jabbal radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu, tatkala Nabi berkata kepada dia:

كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا

“Jagalah (kekanglah) lisanmu ini.”

Maka Mu’adz berkata:

يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟

“Ya Rasulūllāh, apakah kita akan disiksa gara-gara ucapan-ucapan kita?”

Maka, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ-أَوْ قَالَ: عَلَى مَنَاخِرِهِمْ-إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟

“Bukankah kebanyakan orang terjerumus dalam neraka Jahannam gara-gara hasil dari perkataan-perkataan mereka?”

(HR At Tirmidzi no. 2616, dishahīhkan oleh Syaikh Al Albāni dalam Shahīh At Tirmidzi)

Oleh karenanya sebagian ulama (Al Fudhail bin ‘Iyyādh) mengatakan:

من عد كلامه من عمله قل كلامه فيما لا يعنيه

“Barang siapa yang menganggap perkataannya itu termasuk dari perbuatannya, maka dia tidak akan banyak omong.”

(Kitab Al Minhaj Syarah Shahīh Muslim, 2/19 (Asy Syamila))

Bukan berarti tidak boleh berbicara, boleh berbicara bahkan berbicara yang baik sangat dituntut, misalkan dalam rangka berdakwah.

Allāh mengatakan:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ

“Dan perkataan siapa yang terbaik dari orang yang berdakwah dijalan Allāh.”

(QS Fushshilat: 33)

Namanya berdakwah tentu harus berbicara.

Jadi, berbicara itu baik, akan tetapi pembicaraan yang banyak yang tidak bermanfaat dan yang berlebihan bisa mengantarkan kepada neraka Jahannam.

Oleh karenanya, seseorang hendaknya tidak berbicara kecuali dengan perkataan yang baik.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allāh dan Hari Akhirat maka hendaknya dia mengucapkan yang baik atau diam.”

(Muttafaq ‘alaih: Al Bukhāri, no. 6018; Muslim, no.47 dari shahābat Abū Hurairah)

Kalau dia tidak bisa berucap yang baik, tidak pas atau pembicaraannya berlebihan maka hendaknya diam.

Maka diamnya itu adalah emas, diamnya itu adalah hikmah.

Dan dalam hadits yang lain dari Abū Mūsā radhiyallāhu ‘anhu, beliau berkata:

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْمُسْلِمِينَ أَفْضَلُ ؟ قَالَ : مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah ditanya:

“Muslim yang mana yang paling afdhal, wahai Rasūlullāh?”

Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

“(Seorang muslim yang paling afdhal yaitu) jika kaum muslimin yang lain selamat dari kejahatan lisannya dan kejahatan tangannya.”

(HR Bukhāri, Muslim, Tirmidzi dan Nasāiy)

 

Itulah Arti Asshomtu Hikmah, Kumpulan Hadits Nabi, Diam itu Banyak Hikmahnya, Pentingnya Menjaga Lisan. (lis/berbagai sumber)

Baca juga: Arti Innaka Samiud Dua, Doa Nabi Zakaria AS Mohon Keturunan, Sesungguhnya Allah Maha Mendengar Doa

Baca juga: Mengenal Tanda Waqaf atau Berhenti dalam Ilmu Tajwid, Ada 14 Huruf, Penjelasan dan Contoh Kalimat

Baca juga: Doa Allahumma Faqqihhu Fiddin Wa Allimhuttakwil dan Artinya, Agar Anak Cerdas & Paham Belajar Agama

Baca juga: Arti La Tak Khudzuhu Sinatuw Wa La Naum, Doa agar tidak Mudah Mengantuk atau Menghilangkan Kantuk

Baca juga: Bacaan Ayat Kursi dengan Tulisan Arab, Latin, Arti dan Keutamaan, Kutipan Surat Al Baqarah Ayat 255

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved